Lantaran takut Zayden akan mencari masalah dengannya lagi, Audrey sama sekali tidak berbicara dan menunggu kedatangan dokter dengan patuh. Tak lama kemudian, pengurus rumah datang dengan membawa sebuah kotak obat. Tepat saat Audrey hendak menerima kotak obat itu, Zayden tiba-tiba duduk di hadapannya dan menjulurkan tangan. Kemudian, dia mengangkat kaki Audrey dan menaruh kaki Audrey yang terluka di pangkuannya.Audrey sontak merasa terkejut melihat gerakan yang terlihat sedikit ambigu ini. Dia bergegas ingin menarik kakinya kembali, tetapi Zayden langsung menahan kakinya dan tidak memberikannya kesempatan untuk pergi.Kemudian, Zayden menunduk dan mengamati pergelangan kaki Audrey dengan serius. Kakinya yang terkilir ini memang sangat serius, bahkan sudah sangat membengkak. Zayden mengernyitkan alisnya dan berkata, "Mungkin akan sangat sakit, jangan asal gerak."Sebelum Audrey sempat menjawab, Zayden sudah mengambil tindakan. Dia meraih kaki Audrey dan mengembalikan tulang yang bergese
"Tentu saja pergi kerja," jawab Audrey tanpa mendongak sambil bersiap-siap mengganti sepatunya dan pergi. Namun, begitu menyentuh kaki kanannya yang terluka, Audrey sontak menarik napas dalam-dalam. Meskipun semalam dia sudah mengoleskan obat, pergelangan kakinya masih membengkak hari ini. Sedikit saja disentuh, rasa sakit yang tajam pun langsung menyerang. Begitu mendengar Audrey mengerang, Zayden pun mengernyitkan alisnya dan berkata, "Apa Keluarga Moore tidak memberimu uang? Kakimu sudah seperti itu, cepat kembali dan istirahat."Audrey tercengang sejenak. Bisa-bisanya Zayden menyuruhnya untuk kembali dan beristirahat? Apa ada hal aneh yang telah terjadi? Zayden telah berubah menjadi baik hati?Meskipun begitu, Audrey tetap menolaknya dan berkata, "Nggak bisa. Aku sudah meminta izin berulang kali. Kalau nggak pergi kerja, aku mungkin akan dipecat."Seusai berbicara, Audrey memasukkan kakinya yang membengkak dengan paksa ke dalam sepatu. Kemudian, dia bersiap-siap untuk pergi bekerj
Saat memikirkan penampilan yang menakutkan itu, Audrey merasa bahwa dirinya akan benar-benar dibuat jengkel. Dia pun berkata, "Ayah, aku merasa aku nggak punya pengalaman untuk itu. Jadi, jangan menambah masalah untuknya lagi."Melihat Audrey hendak menolak, Timothy bergegas berbicara, "Jangan takut. Segala yang nggak bisa kamu buat bisa dipelajari, suruh Zayden yang mengajarimu. Lagi pula, aku juga nggak akan membiarkanmu bekerja dengan sia-sia. Soal gajimu, itu tiga kali lipat dari gajimu yang sekarang. Bagaimana?"Saat ini, Audrey benar-benar merasa kesulitan. Bibirnya bergetar dan tidak tahu bagaimana menolaknya. Bagaimanapun juga, Timothy berkata dengan sangat tulus. Selain itu, dia bahkan sudah memikirkan tentang gaji untuk Audrey. Jika Audrey terus menolaknya, itu akan sedikit canggung.Audrey merasa tidak berdaya dan hanya bisa menatap Zayden dengan tatapan yang memohon bantuan. Audrey berpikir bahwa dengan kebencian Zayden kepadanya, Zayden pasti juga tidak ingin dirinya terus
Zayden menggenggam setir dengan erat, lalu bertanya, "Kenapa? Apa takut orang lain melihat sehingga memengaruhimu menarik perhatian lawan jenis?"Audrey benar-benar sangat tidak berdaya dengan jalan berpikir Zayden. Dia pun menjawab dengan kesal, "Bukannya kamu yang terus mengingatkanku jangan mengumbar hubungan kita? Tuan Zayden, aku benar-benar sangat curiga apa yang ada dalam otakmu. Kalau nggak, kenapa kamu selalu mengaitkannya dengan hal-hal seperti itu?"Zayden melirik Audrey melalui kaca spion dan melihat Audrey menatapnya dengan ekspresi yang kesal. Audrey tidak terlihat begitu hati-hati dan membosankan seperti biasanya, sebaliknya malah terlihat sedikit imut.Untuk pertama kalinya, Zayden tidak mempermasalahkan nada bicara Audrey yang tidak sopan. Dia lalu membalas, "Aku hanya mengingatkanmu jangan bermain-main dengan pria lain di luar."Mendengar ucapannya, Audrey langsung memalingkan wajahnya untuk melihat ke luar jendela dan tidak memberikan jawaban apa pun. Kali ini, dia s
Audrey pun menjawab dengan nada yang jengkel, "Boleh saja kalau mau aku berbicara hal yang baik. Tapi, aku ini sangat realistis, aku nggak akan melakukan sesuatu tanpa keuntungan."Michael tentu saja mengerti maksud perkataan Audrey yang meminta uang kepadanya lagi. Selama beberapa waktu ini, Audrey sudah mengambil uang yang banyak dari Keluarga Conner. Hal ini pun membuat keluarganya menjadi kacau."Audrey, kita adalah satu keluarga. Kamu terus berbicara tentang uang, bukankah ini sedikit …," kata Michael.Audrey langsung menyela ucapan Michael dengan cepat dan berkata, "Aku sedang sakit hari ini, jadi suasana hatiku nggak bagus. Karena Tuan Michael nggak bersedia, lupakan saja. Kita bicarakan lagi setelah suasana hatiku membaik."Seusai berbicara, Audrey langsung pergi. Melihat hal itu, Michael sangat panik dan hanya bisa menyetujui permintaannya. Dia pun segera menyuruh orang untuk mentransfer uang sebesar satu miliar kepada Audrey.Saat sedang makan siang di luar, ekspresi Audrey t
Beberapa hari selanjutnya, hari-hari berlalu dengan tenang.Audrey bahkan merasa aneh. Dengan sifat Michael, Michael seharusnya akan terus mengganggunya setelah dipermainkan dan ditipu satu miliar. Namun anehnya, saat ini semuanya terlihat sangat tenang. Rasanya seperti akan ada hal buruk yang akan segera terjadi!Saat pikirannya sedang kemana-mana, ponsel Audrey tiba-tiba berdering. Begitu dia meliriknya, ternyata itu adalah panggilan dari Michael. Audrey merasa penasaran apa yang akan dikatakan Michael setelah menahan diri begitu lama. Akhirnya, dia pun mengangkat panggilan itu tanpa keraguan.Begitu panggilannya tersambung, suara Michael terdengar. Dia berkata, "Audrey, aku akan berbaik hati untuk nggak mempermasalahkan masalah terakhir kali itu. Tapi, kamu harus memikirkan cara membuat Zayden ke Kediaman Conner akhir pekan ini. Aku punya hal penting yang mau didiskusikan dengannya."Audrey mengangkat alisnya. Michael benar-benar terlalu percaya diri. Dari mana Michael punya keyakin
"A … aku mengantarkan kopi untukmu," jawab Audrey.Audrey tampak ragu untuk mengatakan tujuannya yang sesungguhnya dan tidak tahu bagaimana mengutarakannya. Namun, Zayden punya intuisi yang sangat tajam. Dia langsung mengetahui pikiran Audrey dan berkata, "Katakan, ada hal apa?"Biasanya, wanita ini selalu menghindar begitu melihatnya layaknya tikus yang melihat kucing. Sekarang, dia tiba-tiba bersikap baik, jadi pasti ada sesuatu yang ingin dia katakan. Melihat Zayden sudah menebak niatnya, Audrey juga tidak ingin berbelit-belit lagi. Dia langsung berkata, "Begini, besok adalah hari minggu. Apa kamu bisa menemaniku pulang ke rumah?"Zayden mengernyitkan alisnya, lalu menatap Audrey sejenak. Jika dia tidak salah ingat, bukankah keluarga yang dia katakan itu telah melukai dan mengurungnya di ruang bawah tanah terakhir kali? Zayden sama sekali tidak memiliki kesan yang baik kepada semua orang itu."Memangnya apa alasan bernilai yang membuatku harus ke sana? Kalau tidak ada hal lain, kel
Yasmin segera memberikan isyarat kepada Maggie. Maggie sontak mengerti maksudnya dan segera menarik Audrey ke samping. Saat ini, Audrey baru meresponsnya. Ketika melihat Zayden sudah datang, Audrey pun merasa lega dalam hatinya.Namun, dia juga merasa kebingungan. Audrey mengira bahwa Zayden tidak akan datang. Bagaimanapun juga, Zayden tidak menyetujui permintaannya sebelumnya.Kemudian, Maggie membawa Audrey ke luar. Setelah memastikan tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka, dia baru berkata, "Audrey, kamu juga tahu bahwa kamu bisa menikah dengan Zayden waktu itu hanya karena Yasmin nggak bersedia. Karena itu pula, kamu bisa mengambil keuntungan ini. Sekarang karena Zayden sudah sadar, kamu harus tahu diri dan segera menyerahkan posisimu itu kembali."Audrey memang sudah mengetahui jalan berpikir anggota Keluarga Conner, tetapi ucapan yang sangat percaya diri ini membuatnya tidak bisa berkata-kata. Dia pun menjawab, "Waktu itu, Yasmin sendiri yang nggak mau menikah, ak
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis