Setelah mengatakan itu, Audrey berbalik dan kembali ke kamarnya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, pikirannya sekarang sangat kacau.Melihat punggung Audrey yang panik, Christian perlahan-lahan mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia akhirnya mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.....Audrey pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah keluar, dia mengeringkan rambutnya, tetapi pikirannya masih melayang-layang. Saat dia masih tidak fokus, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia melihat sejenak dan segera menerimanya saat melihat itu adalah telepon dari nomor luar negeri Lara."Ibu, ada apa? Kenapa meneleponku di waktu seperti ini?""Nggak apa-apa, aku hanya ingin tanya bagaimana situasimu belakangan ini.""Aku sangat baik, tenang saja." Selama ini, Audrey selalu melaporkan kabar gembira, tetapi tidak menceritakan kekhawatirannya."Baguslah. Tapi, kamu berencana kapan untuk menetapkan hubunganmu dengan Christian?"Lara memikirkan kata-kata yang dikatakan Christian tadi
Setelah cemas semalaman, Audrey merasa sangat kelelahan, sehingga dia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Pekerjaannya kali ini juga mungkin bisa diatasi dengan bekerja dari jarak jauh dan beberapa kali dinas. Dia berencana untuk tidak memikirkan hal ini lagi dan membuat ibunya khawatir. Dia juga tidak ingin memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk goyah."Menurutku lumayan. Mama, kamu rencana kembali ke negara sana, ya?"Audrey tersenyum. "Nenekmu di luar negeri sangat merindukanmu. Beberapa hari lagi kita kembali ke sana, ya?"Dash menganggukkan kepala dengan patuh. Dia tidak keberatan untuk kembali, tetapi keputusan yang begitu mendadak ini membuatnya merasa ada yang aneh. Bagaimanapun juga, saat pulang ke sini, ibunya sangat yakin dengan keputusannya, sekarang malah tiba-tiba ingin kembali. Pasti ada penyebabnya jika terjadi sesuatu yang aneh. Dia langsung teringat dengan Zayden. Apa ayah berengseknya itu membuat masalah lagi? Bagaimanapun juga, sepertinya tidak ad
Siapa pun tidak akan membayangkan situasi yang mendadak itu. Saat semuanya menyadari telah terjadi masalah, sudah tidak sempat untuk menghalanginya. Orang-orang di sekitar juga berteriak, bahkan ada beberapa orang yang menutup mata mereka dan berteriak dengan ketakutan. Van itu melaju ke arah anak sekecil itu dan tidak ada tempat untuk menghindar sama sekali. Anak itu pasti akan tertabrak.Di belakang kerumunan, mata Shania hanya bisa membelalak dan melihat kejadian itu. Saat ini, hatinya sama sekali tidak merasa takut, dia malah merasa senang dan bersemangat. Selama beberapa hari ini, orang yang dia perintahkan selalu tidak mendapat kesempatan untuk bertindak. Audrey menjaga anaknya dengan sangat ketat, selalu ada yang mengantar anaknya saat berangkat dan pulang sekolah dengan mobil. Dia juga tidak berani gegabah. Entah mengapa, hari ini dia berhasil menemukan kesempatan saat anak itu sedang sendirian.Melihat van itu melaju ke arahnya, Dash langsung merasa waktu berlalu dengan sangat
Dash memang sudah khawatir melihat orang di dalam mobil. Tidak boleh terjadi sesuatu dengan orang yang menyelamatkannya. Jika tidak, Dash akan merasa bersalah seumur hidupnya. Saat mendengar mobil itu milik Zayden, dia tertegun sejenak. Ternyata Zayden yang menyelamatkannya? Suasana hatinya tiba-tiba menjadi sangat kacau.Di kejauhan, ada seseorang yang suasana hatinya juga ikut cemas. Shania yang berdiri di depan teleskop melihat awalnya semua berjalan dengan sangat lancar dan berpikir akan berhasil. Tak disangka, ada seseorang yang tiba-tiba muncul dan menghancurkan semua rencananya. Dia langsung mengutuk di dalam hatinya agar orang yang ikut campur itu segera mati saja. Namun, setelah melihat mobil itu dengan saksama, dia langsung tertegun sejenak.Mobil itu adalah mobil edisi terbatas di seluruh dunia dan hanya ada satu milik Zayden di seluruh Slastin. Shania tidak menyangka orang yang tiba-tiba muncul itu adalah Zayden. Dia berpikir apakah Zayden sudah mengetahui sesuatu. Meski ti
Rumah sakit? Audrey masih ingin menanyakan sesuatu, tetapi orang itu sepertinya sangat sibuk. Dia hanya memberitahu Audrey alamat rumah sakit dan lantai tempat ruang gawat daruratnya berada, lalu menutup teleponnya.Pikiran Audrey langsung menjadi kosong sejenak. Bukankah Dash harusnya berada di TK saat ini? Kenapa dia bisa pergi ke rumah sakit, apalagi masuk ruang gawat darurat? Apa yang terjadi padanya? Sekujur tubuh Audrey gemetaran. Jika lukanya tidak serius, Dash seharusnya tidak pergi ke ruang gawat darurat.Beberapa saat kemudian, Audrey berusaha memaksa dirinya untuk tenang. Dia memerintahkan orang untuk membereskan kantornya yang kacau, lalu mengambil kunci mobil di meja dan bergegas berlari keluar. Di sepanjang jalan, Audrey mengendarai mobilnya dengan sangat cepat menuju rumah sakit. Tak lama kemudian, mobil telah tiba di parkiran rumah sakit. Begitu memarkir mobilnya, dia membuka pintunya dan langsung berlari masuk. Setelah menekan tombol lift dan pintu lift terbuka, dia ma
Audrey menunggu di luar. Entah berapa lama kemudian, pintu ruang gawat darurat akhirnya dibuka. Melihat ini, Audrey buru-buru menghampiri. Dia meraih tangan dokter dan bertanya, "Dokter, gimana kondisinya?""Sudah aman, airbag menghalangi sebagian besar daya hantaman, tapi lengannya patah. Dahinya juga terkena luka gores, jadi mungkin ada sedikit gegar otak. Intinya, nggak ada yang berbahaya. Dia cukup istirahat beberapa hari," jawab dokter itu.Audrey menghela napas mendengarnya. Dash yang berdiri di samping akhirnya tidak mengernyit lagi. Untung saja, pria ini tidak kenapa-kenapa. Kalau tidak, dia akan merasa bersalah untuk seumur hidup."Dia sudah di bangsal. Kamu boleh menjenguknya, sekalian bersihkan luka dan ganti pakaiannya," ujar dokter saat melihat Audrey begitu khawatir pada Zayden. Dia pun mengira Audrey adalah kerabatnya sehingga berpesan beberapa hal kepadanya, lalu pergi.Audrey ragu-ragu sejenak. Menurut logika, dia seharusnya menjaga jarak dengan Zayden. Namun, pria ini
Dash bisa merasakan kehangatan dari tangan Zayden. Dia merasa kurang nyaman sehingga berniat untuk menghindar. Namun, begitu mengangkat kakinya, matanya tertuju pada tangan kiri Zayden yang digips. Dia pun merasa tidak tega pada pria ini. Hanya saja, wajah mungil Dash tanpa disadari menjadi tersipu.Audrey tak kuasa menghela napas dalam hati saat melihat ekspresi Dash. Apakah ini yang dinamakan ikatan batin? Bagaimanapun, Dash memiliki gengsi tinggi dan sikapnya sangat dewasa. Anak ini selalu berperilaku layaknya orang dewasa, tidak pernah malu-malu begini."Dash, kamu keluar dulu. Ada yang ingin kubicarakan dengannya," ucap Audrey. Mendengar ini, Dash melirik Audrey dengan agak ragu. Ketika melihat tatapan serius ibunya, dia pun berjalan ke luar tanpa mengatakan apa pun.Sesudah Dash keluar dan pintu ditutup, Audrey baru bertanya dengan tulus, "Gimana kondisimu? Apa lukamu masih sakit?""Kamu peduli padaku, ya?" timpal Zayden sembari tersenyuman dan menatap Audrey dengan tenang. Bagai
Zayden menggenggam tangan Audrey. Terdapat sedikit kapalan di tangannya yang lembut dan kecil. Ini adalah bukti kerja keras Audrey selama bertahun-tahun di luar negeri.Zayden mengelusnya dengan pelan, merasa benar-benar puas dengan momen ini. Meskipun efek obat bius mulai hilang dan rasa sakit mulai menyebar, setidaknya ada Audrey yang bersedia menemaninya.Tangan Zayden agak berkeringat karena mengerahkan tenaga. Meskipun demikian, pria ini tetap tidak berniat melepaskan tangannya. Hanya saja, hatinya seketika tergerak melihat Audrey yang sama sekali tidak berwaspada. Selama wanita di sisinya adalah Audrey, dia tidak akan pernah merasa cukup.Audrey menemani Zayden untuk sesaat. Ketika merasa sudah cukup, apalagi Dash masih menunggu di luar, dia pun berkata, "Zayden, sudah saatnya kamu melepaskan tanganmu ...."Begitu ucapan ini dilontarkan, Zayden sontak menarik dengan makin kuat, sampai-sampai Audrey jatuh ke pelukannya.Audrey tidak menduga pria ini akan melakukan hal seperti itu.
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis