Saat ini, setelah mendengar Zayden membahas tentang luka lamanya, yang dirasakan oleh Audrey hanyalah sakit yang menyayat hati dan kebencian yang mendalam.Atas dasar apa Zayden berbicara seperti itu setelah hampir membunuhnya? Memangnya pria ini kira siapa dirinya? Penguasa dunia yang bisa mengontrol semua sesuka hati? Ketika membenci Audrey, dia bisa merenggut nyawanya dan nyawa anak di perutnya. Ketika menyesal, dia bisa melupakan segalanya agar mereka kembali bersama. Jangan mimpi!Ketika melihat tatapan Audrey yang dipenuhi kebencian, hati Zayden terasa sakit. Dia mulai menyesal karena mendatangi Audrey dengan begitu gegabah. Tindakan ini bukan hanya mengurangi kebencian Audrey padanya, tetapi malah membuatnya makin marah."Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu. Audrey, setelah kepergianmu, aku baru mengerti aku tidak peduli pada yang lain. Yang penting adalah kamu bersamaku. Anak itu ...." Zayden ingin mengatakan bahwa dirinya telah melakukan kesalahan karena menggugurkan kandung
Audrey menggenggam pisau tersebut sambil menatap Zayden dengan dingin. Meskipun jauh lebih pendek daripada Zayden, karisma di sekujur tubuh Audrey sama sekali tidak kalah. Dia tampak seperti ingin mempertaruhkan segalanya."Zayden, biar kuperingatkan dulu. Jangan pernah mengungkit hal seperti ini lagi, kamu nggak pantas. Ngerti? Kalaupun harus mati, aku nggak akan membiarkan hal seperti ini terulang," ucap Audrey yang menekankan setiap patah katanya.Waktu itu, Audrey hamil karena pria ini. Dia hampir keguguran dan mati juga karena pria ini. Kejadian ini tidak akan pernah dilupakan oleh Audrey.Zayden tertegun dan merasakan sedikit sakit di dadanya karena ditodong pisau. Namun, rasa sakit ini tidak bisa dibandingkan dengan sakit di hatinya. Ternyata, dia begitu rendahan di mata Audrey? Mana mungkin dia tega menyakiti Audrey dan orang-orang yang disayanginya? Namun, Audrey malah tidak memercayai hal ini.Zayden tersenyum getir, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Audrey. Au
Audrey memelototi Zayden dengan galak. Zayden juga tidak menduga masalah akan menjadi seperti ini. Dia pun perlahan-lahan melepaskan tangannya.Begitu pisau terjatuh ke tanah, noda darah di atasnya seketika berceceran ke tanah, memperlihatkan warna yang menyilaukan.Melihat ini, kontraktor itu memberanikan diri untuk maju. Setelah menendang pisau itu, dia menatap Zayden dan bertanya, "Tuan, kamu baik-baik saja? Apa perlu aku lapor polisi?"Zayden agak mengernyit mendengarnya. Kemudian, dia membalas, "Tidak perlu, ini masalah antaraku dan istriku. Orang luar tidak usah ikut campur."Begitu mendengarnya, Audrey langsung naik pitam. Siapa pula istrinya? Jelas, mereka sudah bercerai sejak bertahun-tahun lalu.Kontraktor itu tertegun sejenak saat mengetahui bahwa pria dan wanita ini adalah suami istri. Apakah ini bumbu-bumbu cinta dalam suatu rumah tangga? Orang kampungan seperti dia benar-benar tidak memahaminya.Setelah melirik Zayden dan Audrey sekilas, kontraktor itu akhirnya memutuskan
Audrey tidak menyadari begitu banyak hal karena fokus berjalan ke depan. Area kuburan tidak jauh dari desa, tetapi ada jalan pegunungan terjal yang harus dilewati. Audrey hanya bisa memperlambat langkah kakinya dan berjalan dengan hati-hati."Hati-hati, jalanan ini agak bahaya," ujar Audrey untuk memperingatkan. Namun, setelah melontarkan kalimat itu, dia tiba-tiba merasa menyesal. Jelas-jelas pria ini yang mencari mati sendiri, untuk apa dia mengkhawatirkannya?"Kalau kamu jatuh, aku juga akan jatuh," lanjut Audrey segera, tetapi telinganya berangsur memerah. Mendengar ini, Zayden pun menyunggingkan senyuman. Audrey masih sama seperti dulu, telinganya akan memerah setiap kali dia berbohong. Benar-benar mudah untuk dibaca."Tenang saja. Kalau jatuh, aku akan membiarkanmu mendarat di tubuhku dan melindungimu," timpal Zayden. Audrey seketika mendongak, lalu mendapati pria ini menatapnya dengan serius.Entah mengapa, jantung Audrey berdebar-debar. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya de
Audrey berdiri di samping sambil menyaksikan dokter menangani luka Zayden. Setelah memeriksa, dokter mendapati bahwa luka itu terlihat menakutkan, tetapi tidak termasuk dalam. Jadi, hanya perlu dibalut dan diobati beberapa hari, tidak perlu perawatan yang rumit.Sesudah membersihkan bekas darah di sekeliling luka, dokter menggunakan alkohol untuk mendisinfeksi lukanya. Ketika hendak membalut luka, dokter itu melirik Zayden sekilas. Dia mendapati bahwa sorot mata pria ini terus tertuju pada Audrey, seolah-olah yang terluka bukan dirinya.Ketika teringat pada penampilan lesu Zayden saat baru tiba, dokter itu merasa agak kasihan padanya. Dia bertanya dengan lirih, "Dik, apa hubunganmu dengan wanita itu? Apa dia yang melukaimu?"Dokter ini telah melihat berbagai hal di dunia. Instingnya pun mengatakan bahwa ada yang tidak beres. Mendengar ini, Zayden tersenyum getir seraya membalas, "Aku sudah membuat kesalahan, aku pantas mendapatkannya."Ketika melihat ekspresi Zayden, dokter itu pun men
Audrey adalah wanita yang gampang luluh. Dengan karakter Zayden, Audrey awalnya mengira pria ini akan melawannya. Tanpa diduga, dia malah langsung meminta maaf. Untuk sesaat, Audrey merasa dia tidak memiliki tempat untuk melampiaskan kekesalannya."Aku nggak akan senang hanya karena hal nggak penting seperti ini. Zayden, berhenti menyia-nyiakan usahamu." Audrey berjeda, lalu merasa masih harus memperjelas situasi ini. Dia meneruskan, "Tanpa kehadiranku, kamu juga bisa hidup dengan baik selama ini. Masih ada Shania yang menemanimu. Jadi, hiduplah dengan baik dan jangan saling mengganggu."Selesai mengatakan itu, Audrey mundur dua langkah dan langsung pergi. Zayden tiba-tiba menyadari sesuatu. Shania? Jangan-jangan, wanita ini melihat Shania menjemputnya di bandara waktu itu? Jadi, itu bukan ilusinya? Audrey benar-benar ada di sana waktu itu? Audrey pasti sudah salah paham dengan hubungan mereka!Zayden buru-buru meraih tangan Audrey untuk menjelaskan, "Audrey, aku tidak punya hubungan a
Setelah keluar, Audrey menenangkan dirinya sejenak dan bersiap untuk pergi mencari kerabatnya. Namun, dia takut akan mengagetkan orang karena tubuhnya masih penuh dengan noda darah. Dia hanya bisa mencari seorang gadis dan berusaha meyakinkannya untuk meminjamkan setelan pakaian yang bersih. Setelah berganti pakaian dan membersihkan wajahnya dengan cermat, dia baru pulang ke rumah kerabatnya.Melihat Audrey sudah kembali, kerabatnya bertanya, "Bagaimana, Audrey? Apa semuanya berjalan lancar?"Begitu mengungkit masalah itu, Audrey tidak bisa berkata apa-apa. Awalnya, dia seharusnya menyerahkan gambar desainnya kepada kontraktor agar mereka bisa mulai bekerja. Tak disangka malah akan terjadi kejadian seperti itu yang membuat kontraktor itu berlari ketakutan. Jika mereka bertemu lagi, situasinya juga akan menjadi canggung. Bagaimanapun juga, bagi kontraktor itu, dia sudah menjadi wanita gila yang melukai orang dengan pisau.Ekspresi Audrey terlihat canggung. Setelah merenung sejenak, dia
Informasi yang ada di dokumen itu tidak lain adalah hasil penyelidikan Caleb tentang Audrey di perusahaan barunya sesuai perintah Zayden.Saat melihat data itu terkait dengan Audrey, Shania terkejut. Tanpa sadar, dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan berpikir lagi-lagi tentang Audrey. Mengapa Zayden tidak bisa melepaskannya padahal Audrey sudah mati?Selama bertahun-tahun, alasan Zayden tidak mau menikahi Shania karena Audrey. Dia tetap bersikeras untuk menjadikan Audrey sebagai satu-satunya istrinya. Tidak peduli bagaimana anggota Keluarga Moore mendesak, dia juga tidak bersedia menikahi Shania.Shania menghibur dirinya sendiri berkata tidak apa-apa. Meskipun Audrey mendapatkan semua cinta Zayden, itu juga tidak berguna karena Audrey sudah mati.Zayden tidak suka orang lain menyentuh meja di kantornya, sehingga Shania buru-buru merapikan dokumennya dan hendak meletakkannya kembali ke meja. Saat merapikan dokumen, dia melihat isi dokumennya sebentar.Awalnya, Shania mengira isi doku