Setelah keluar, Audrey menenangkan dirinya sejenak dan bersiap untuk pergi mencari kerabatnya. Namun, dia takut akan mengagetkan orang karena tubuhnya masih penuh dengan noda darah. Dia hanya bisa mencari seorang gadis dan berusaha meyakinkannya untuk meminjamkan setelan pakaian yang bersih. Setelah berganti pakaian dan membersihkan wajahnya dengan cermat, dia baru pulang ke rumah kerabatnya.Melihat Audrey sudah kembali, kerabatnya bertanya, "Bagaimana, Audrey? Apa semuanya berjalan lancar?"Begitu mengungkit masalah itu, Audrey tidak bisa berkata apa-apa. Awalnya, dia seharusnya menyerahkan gambar desainnya kepada kontraktor agar mereka bisa mulai bekerja. Tak disangka malah akan terjadi kejadian seperti itu yang membuat kontraktor itu berlari ketakutan. Jika mereka bertemu lagi, situasinya juga akan menjadi canggung. Bagaimanapun juga, bagi kontraktor itu, dia sudah menjadi wanita gila yang melukai orang dengan pisau.Ekspresi Audrey terlihat canggung. Setelah merenung sejenak, dia
Informasi yang ada di dokumen itu tidak lain adalah hasil penyelidikan Caleb tentang Audrey di perusahaan barunya sesuai perintah Zayden.Saat melihat data itu terkait dengan Audrey, Shania terkejut. Tanpa sadar, dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan berpikir lagi-lagi tentang Audrey. Mengapa Zayden tidak bisa melepaskannya padahal Audrey sudah mati?Selama bertahun-tahun, alasan Zayden tidak mau menikahi Shania karena Audrey. Dia tetap bersikeras untuk menjadikan Audrey sebagai satu-satunya istrinya. Tidak peduli bagaimana anggota Keluarga Moore mendesak, dia juga tidak bersedia menikahi Shania.Shania menghibur dirinya sendiri berkata tidak apa-apa. Meskipun Audrey mendapatkan semua cinta Zayden, itu juga tidak berguna karena Audrey sudah mati.Zayden tidak suka orang lain menyentuh meja di kantornya, sehingga Shania buru-buru merapikan dokumennya dan hendak meletakkannya kembali ke meja. Saat merapikan dokumen, dia melihat isi dokumennya sebentar.Awalnya, Shania mengira isi doku
Di desa, Audrey menginstruksikan dengan jelas apa yang harus dilakukan tim konstruksi itu. Kali ini, semuanya berjalan dengan sangat lancar tanpa gangguan Zayden. Setelah selesai, dia memberikan nomor kontaknya agar mereka datang untuk pemeliharaan setiap tahun dan dia akan mentransfer uangnya secara teratur. Setelah semua itu, dia baru bisa meninggalkan tempat itu dengan tenang.Saat duduk di mobil, Audrey melihat ke luar jendela. Tempat ini adalah pedesaan yang tidak sejahtera seperti kota. Namun, pepohonan hijau yang mengelilingi dan juga pemandangannya memiliki keunikannya sendiri. Saat melihat pegunungan di kejauhan dan tanaman di dekatnya, hatinya perlahan-lahan menjadi tenang. Namun pada saat itu, terdengar teleponnya berdering menghancurkan keheningan suasananya. Saat melihat panggilan itu dari perusahaannya, Audrey menerima panggilan itu."Ini Audrey, ya? Ini dari departemen personalia. Kamu segera kembali ke perusahaan sekarang."Audrey mengernyitkan alisnya. Saat melapor ke
Kepala departemen itu pergi terlalu cepat hingga Audrey tidak sempat meresponsnya. Dia merasa bingung dengan perlakuan perusahaan yang berbeda dengan sebelumnya. Apakah mungkin orang-orang di cabang merasa tidak puas karena dia dipindahkan dari kantor pusat?Sebelumnya, Audrey juga pernah menghadapi situasi seperti ini di perusahaan karena usianya yang terlalu muda. Namun, dia akhirnya mengubah penilaian orang-orang itu dengan kemampuan profesionalnya.Setelah berpikir sejenak, Audrey memutuskan untuk menerjemahkan dokumen-dokumen itu dengan baik. Dia ingin lihat apakah orang-orang ini akan mengubah penilaian mereka setelah melihat kemampuan profesionalnya. Jika berubah, berarti dia masih bisa bekerja sama dengan mereka. Jika mereka terus mempersulitnya, Audrey juga tidak akan diam begitu saja.Setelah membereskan mejanya sebentar, Audrey membuka dan melihat isi dokumennya. Tugas itu memang tidak begitu sulit bagi seseorang sepertinya yang sudah tinggal di luar negeri beberapa tahun. N
Audrey merasa kebingungan sejenak, tidak mengerti apa maksud kepala departemen personalia itu. Dia sudah berusaha keras menyelesaikan tugas yang diberikan kepala departemen itu, tetapi kepala departemen itu malah memfitnahnya.Orang lain di perusahaan mulai melihat ke arah mereka dan kepala departemen personalia itu terus menekan Audrey. "Ada begitu banyak dokumen, nggak mungkin kamu bisa selesai menerjemahkannya sendirian dalam satu malam. Kamu pasti menyuruh orang untuk membantumu. Membiarkan orang luar melihat dokumen rahasia perusahaan adalah pelanggaran besar, perusahaan nggak sanggup mempekerjakan orang sepertimu."Audrey tidak kuasa tersenyum dingin. Dia akhirnya mengerti kepala departemen personalia itu sengaja mempersulitnya. Jika begitu, dia juga tidak perlu untuk bersabar lagi. "Kalau kamu tahu orang biasanya tak akan selesai menerjemahkannya, kenapa kamu memintaku untuk menyelesaikannya? Aku bergadang hampir semalaman baru selesaikan tugas darimu, kamu malah bilang aku menc
Zayden awalnya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat Audrey dari kejauhan. Dia juga tidak berani muncul di hadapan Audrey karena tahu Audrey tidak ingin diganggu. Namun tak disangka, baru tiba di pintu kantor, dia melihat Audrey bertengkar dengan seseorang. Belum sempat menghentikannya, dia melihat Audrey didorong orang dengan kuat. Dia langsung lupa untuk mengendalikan dirinya dan menjaga jarak. Dia ingin segera mendekat dan melindungi Audrey."Hah? Bukankah ... ini Pak Zayden?""Kenapa dia bisa datang ke sini? Gawat. Terlihat lebih ganteng daripada di televisi, hatiku jadi berdebar."Begitu Zayden muncul, orang-orang di kantor berteriak. Namun, Zayden sama sekali tidak merespons orang-orang itu dan tatapannya hanya tertuju ke arah Audrey yang berada di pelukannya. "Bagaimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?"Mendengar suara pria yang familier, Audrey tersadar kembali. Dia buru-buru berdiri tegak dan terlihat sangat canggung. "Nggak ... apa-apa. Terima kasih, Pak Zayden."Sapaan
"Nona Audrey, apa kamu puas dengan hasil ini?"Melihat kepala departemen personalia itu sekarang ketakutan hingga tubuhnya gemetar, Audrey merasa sangat senang. Namun, dia masih merasa masalahnya tidak semudah itu. "Cukup puas, tapi aku ada sebuah pertanyaan. Semuanya sangat ramah saat aku pertama kali datang, tapi dalam satu hari saja, sikap kepala departemen ini menjadi dingin. Aku yakin pasti ada alasannya, 'kan?"Audrey tidak percaya ada kebencian yang timbul tanpa alasan di dunia ini. Perubahan sikap kepala departemen yang mendadak itu seharusnya bukan karena tidak suka melihatnya, pasti ada alasan lain di baliknya."Benar." Mendengar perkataan itu, Zayden menganggukkan kepalanya dan melihat orang-orang Grup Joysun.Mereka segera menyadari Zayden berada di pihak Audrey dan mendukungnya menyelidiki lebih lanjut, sehingga masalah ini tentu tidak akan dibiarkan begitu saja. Presdir Grup Joysun menatap kepala departemen personalia dengan tatapan dingin lagi. "Apa tujuanmu sebenarnya?
Tatapan Zayden menjadi dingin dan mengulurkan tangan untuk menarik Audrey ke belakangnya. "Bu Winda, aku tidak tahu trauma apa yang membuat pikiranmu jahat seperti ini. Kamu ingin tahu apa hubunganku dengan Audrey? Baiklah, aku akan memberitahumu."Mendengar perkataan itu, Audrey merinding, tangannya juga gemetar saat menarik pakaian Zayden. Dia berpikir apakah Zayden sudah gila hingga mengungkapkan mereka pernah menjadi pasangan suami istri? Waktu itu, pernikahan mereka dirahasiakan dan tidak diketahui orang luar. Jika kabar Zayden pernah menikah ini tersebar, pasti akan menjadi berita besar. Dia tidak ingin hal ini menjadi heboh seperti ini.Melihat ada keanehan di belakangnya, hati Zayden terasa pahit. Dia berpikir apakah Audrey begitu takut terlibat hubungan dengannya? Dia ingin memberi tahu semua orang bahwa Audrey adalah wanita yang dicintainya dan siapa pun jangan berharap bisa menyentuhnya. Namun, dia tahu Audrey akan makin membencinya jika dia mengatakan kata-kata ini di situa
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis