Audrey adalah wanita yang gampang luluh. Dengan karakter Zayden, Audrey awalnya mengira pria ini akan melawannya. Tanpa diduga, dia malah langsung meminta maaf. Untuk sesaat, Audrey merasa dia tidak memiliki tempat untuk melampiaskan kekesalannya."Aku nggak akan senang hanya karena hal nggak penting seperti ini. Zayden, berhenti menyia-nyiakan usahamu." Audrey berjeda, lalu merasa masih harus memperjelas situasi ini. Dia meneruskan, "Tanpa kehadiranku, kamu juga bisa hidup dengan baik selama ini. Masih ada Shania yang menemanimu. Jadi, hiduplah dengan baik dan jangan saling mengganggu."Selesai mengatakan itu, Audrey mundur dua langkah dan langsung pergi. Zayden tiba-tiba menyadari sesuatu. Shania? Jangan-jangan, wanita ini melihat Shania menjemputnya di bandara waktu itu? Jadi, itu bukan ilusinya? Audrey benar-benar ada di sana waktu itu? Audrey pasti sudah salah paham dengan hubungan mereka!Zayden buru-buru meraih tangan Audrey untuk menjelaskan, "Audrey, aku tidak punya hubungan a
Setelah keluar, Audrey menenangkan dirinya sejenak dan bersiap untuk pergi mencari kerabatnya. Namun, dia takut akan mengagetkan orang karena tubuhnya masih penuh dengan noda darah. Dia hanya bisa mencari seorang gadis dan berusaha meyakinkannya untuk meminjamkan setelan pakaian yang bersih. Setelah berganti pakaian dan membersihkan wajahnya dengan cermat, dia baru pulang ke rumah kerabatnya.Melihat Audrey sudah kembali, kerabatnya bertanya, "Bagaimana, Audrey? Apa semuanya berjalan lancar?"Begitu mengungkit masalah itu, Audrey tidak bisa berkata apa-apa. Awalnya, dia seharusnya menyerahkan gambar desainnya kepada kontraktor agar mereka bisa mulai bekerja. Tak disangka malah akan terjadi kejadian seperti itu yang membuat kontraktor itu berlari ketakutan. Jika mereka bertemu lagi, situasinya juga akan menjadi canggung. Bagaimanapun juga, bagi kontraktor itu, dia sudah menjadi wanita gila yang melukai orang dengan pisau.Ekspresi Audrey terlihat canggung. Setelah merenung sejenak, dia
Informasi yang ada di dokumen itu tidak lain adalah hasil penyelidikan Caleb tentang Audrey di perusahaan barunya sesuai perintah Zayden.Saat melihat data itu terkait dengan Audrey, Shania terkejut. Tanpa sadar, dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan berpikir lagi-lagi tentang Audrey. Mengapa Zayden tidak bisa melepaskannya padahal Audrey sudah mati?Selama bertahun-tahun, alasan Zayden tidak mau menikahi Shania karena Audrey. Dia tetap bersikeras untuk menjadikan Audrey sebagai satu-satunya istrinya. Tidak peduli bagaimana anggota Keluarga Moore mendesak, dia juga tidak bersedia menikahi Shania.Shania menghibur dirinya sendiri berkata tidak apa-apa. Meskipun Audrey mendapatkan semua cinta Zayden, itu juga tidak berguna karena Audrey sudah mati.Zayden tidak suka orang lain menyentuh meja di kantornya, sehingga Shania buru-buru merapikan dokumennya dan hendak meletakkannya kembali ke meja. Saat merapikan dokumen, dia melihat isi dokumennya sebentar.Awalnya, Shania mengira isi doku
Di desa, Audrey menginstruksikan dengan jelas apa yang harus dilakukan tim konstruksi itu. Kali ini, semuanya berjalan dengan sangat lancar tanpa gangguan Zayden. Setelah selesai, dia memberikan nomor kontaknya agar mereka datang untuk pemeliharaan setiap tahun dan dia akan mentransfer uangnya secara teratur. Setelah semua itu, dia baru bisa meninggalkan tempat itu dengan tenang.Saat duduk di mobil, Audrey melihat ke luar jendela. Tempat ini adalah pedesaan yang tidak sejahtera seperti kota. Namun, pepohonan hijau yang mengelilingi dan juga pemandangannya memiliki keunikannya sendiri. Saat melihat pegunungan di kejauhan dan tanaman di dekatnya, hatinya perlahan-lahan menjadi tenang. Namun pada saat itu, terdengar teleponnya berdering menghancurkan keheningan suasananya. Saat melihat panggilan itu dari perusahaannya, Audrey menerima panggilan itu."Ini Audrey, ya? Ini dari departemen personalia. Kamu segera kembali ke perusahaan sekarang."Audrey mengernyitkan alisnya. Saat melapor ke
Kepala departemen itu pergi terlalu cepat hingga Audrey tidak sempat meresponsnya. Dia merasa bingung dengan perlakuan perusahaan yang berbeda dengan sebelumnya. Apakah mungkin orang-orang di cabang merasa tidak puas karena dia dipindahkan dari kantor pusat?Sebelumnya, Audrey juga pernah menghadapi situasi seperti ini di perusahaan karena usianya yang terlalu muda. Namun, dia akhirnya mengubah penilaian orang-orang itu dengan kemampuan profesionalnya.Setelah berpikir sejenak, Audrey memutuskan untuk menerjemahkan dokumen-dokumen itu dengan baik. Dia ingin lihat apakah orang-orang ini akan mengubah penilaian mereka setelah melihat kemampuan profesionalnya. Jika berubah, berarti dia masih bisa bekerja sama dengan mereka. Jika mereka terus mempersulitnya, Audrey juga tidak akan diam begitu saja.Setelah membereskan mejanya sebentar, Audrey membuka dan melihat isi dokumennya. Tugas itu memang tidak begitu sulit bagi seseorang sepertinya yang sudah tinggal di luar negeri beberapa tahun. N
Audrey merasa kebingungan sejenak, tidak mengerti apa maksud kepala departemen personalia itu. Dia sudah berusaha keras menyelesaikan tugas yang diberikan kepala departemen itu, tetapi kepala departemen itu malah memfitnahnya.Orang lain di perusahaan mulai melihat ke arah mereka dan kepala departemen personalia itu terus menekan Audrey. "Ada begitu banyak dokumen, nggak mungkin kamu bisa selesai menerjemahkannya sendirian dalam satu malam. Kamu pasti menyuruh orang untuk membantumu. Membiarkan orang luar melihat dokumen rahasia perusahaan adalah pelanggaran besar, perusahaan nggak sanggup mempekerjakan orang sepertimu."Audrey tidak kuasa tersenyum dingin. Dia akhirnya mengerti kepala departemen personalia itu sengaja mempersulitnya. Jika begitu, dia juga tidak perlu untuk bersabar lagi. "Kalau kamu tahu orang biasanya tak akan selesai menerjemahkannya, kenapa kamu memintaku untuk menyelesaikannya? Aku bergadang hampir semalaman baru selesaikan tugas darimu, kamu malah bilang aku menc
Zayden awalnya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melihat Audrey dari kejauhan. Dia juga tidak berani muncul di hadapan Audrey karena tahu Audrey tidak ingin diganggu. Namun tak disangka, baru tiba di pintu kantor, dia melihat Audrey bertengkar dengan seseorang. Belum sempat menghentikannya, dia melihat Audrey didorong orang dengan kuat. Dia langsung lupa untuk mengendalikan dirinya dan menjaga jarak. Dia ingin segera mendekat dan melindungi Audrey."Hah? Bukankah ... ini Pak Zayden?""Kenapa dia bisa datang ke sini? Gawat. Terlihat lebih ganteng daripada di televisi, hatiku jadi berdebar."Begitu Zayden muncul, orang-orang di kantor berteriak. Namun, Zayden sama sekali tidak merespons orang-orang itu dan tatapannya hanya tertuju ke arah Audrey yang berada di pelukannya. "Bagaimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?"Mendengar suara pria yang familier, Audrey tersadar kembali. Dia buru-buru berdiri tegak dan terlihat sangat canggung. "Nggak ... apa-apa. Terima kasih, Pak Zayden."Sapaan
"Nona Audrey, apa kamu puas dengan hasil ini?"Melihat kepala departemen personalia itu sekarang ketakutan hingga tubuhnya gemetar, Audrey merasa sangat senang. Namun, dia masih merasa masalahnya tidak semudah itu. "Cukup puas, tapi aku ada sebuah pertanyaan. Semuanya sangat ramah saat aku pertama kali datang, tapi dalam satu hari saja, sikap kepala departemen ini menjadi dingin. Aku yakin pasti ada alasannya, 'kan?"Audrey tidak percaya ada kebencian yang timbul tanpa alasan di dunia ini. Perubahan sikap kepala departemen yang mendadak itu seharusnya bukan karena tidak suka melihatnya, pasti ada alasan lain di baliknya."Benar." Mendengar perkataan itu, Zayden menganggukkan kepalanya dan melihat orang-orang Grup Joysun.Mereka segera menyadari Zayden berada di pihak Audrey dan mendukungnya menyelidiki lebih lanjut, sehingga masalah ini tentu tidak akan dibiarkan begitu saja. Presdir Grup Joysun menatap kepala departemen personalia dengan tatapan dingin lagi. "Apa tujuanmu sebenarnya?