Sejak Zayden membawanya kemari, pria ini tidak pernah datang untuk mencarinya. Dengan sikap angkuh Zayden, Audrey sama sekali tidak heran. Itu sebabnya, dia juga tidak menghubungi Zayden. Di luar dugaan, Caleb malah membawanya kemari hari ini. Entah Zayden akan marah atau tidak setelah bangun nanti.Audrey mengambil ponsel Zayden dari sakunya. Setelah mempertimbangkan sesaat, dia memutuskan untuk menelepon Kenny.Saat ini, Keluarga Moore melihat Audrey seperti seekor binatang buas. Kalau tahu Zayden ada di sini, mereka mungkin akan mengira Audrey masih belum menyerah dan menghinanya habis-habisan. Jadi, satu-satunya orang yang bisa membantu dan tidak akan menimbulkan masalah hanya Kenny.Ketika melihat telepon dari Zayden, Kenny segera mengangkatnya dan bertanya dengan nakal, "Halo, Zayden. Kenapa? Kamu tiba-tiba merindukanku, ya?""Tuan Kenny, ini aku, Audrey. Zayden mabuk. Apa kamu bisa menjemputnya dari tempatku?" sahut Audrey dengan canggung.Begitu mendengar suara wanita, Kenny la
Audrey yang lengah langsung jatuh ke pelukan Zayden. Dia terkesiap, jantungnya seketika berdetak kencang."Kamu sudah bangun? Lepaskan aku, aku akan memasak sup pereda pengar untukmu," ucap Audrey yang merasa tidak nyaman dengan kedekatan ini. Dia mengulurkan tangan dan mendorong dada kekar Zayden, berusaha untuk menjauhkan jarak mereka.Ketika mendengar suara wanita, Zayden memicingkan mata sembari menatap. Wajah Audrey tampak tersipu, sedangkan matanya tampak jernih. Audrey membuka mulutnya seperti mengatakan sesuatu, tetapi Zayden tidak bisa mendengar karena fokusnya hanya tertuju pada bibir ranum Audrey.Audrey seketika merasa gelisah melihat Zayden tidak memedulikannya dan hanya menatapnya. Ketika hendak mendorong, Zayden tiba-tiba mengangkat dagunya dan menciumnya.Audrey tidak menyangka bahwa Zayden yang mabuk akan melakukan hal seperti ini. Dia benar-benar terperangah. Begitu tersadar kembali, dia baru mendorong dada Zayden dengan sekuat tenaga.Zayden sepertinya tidak senang d
Begitu memikirkan hal ini, Audrey pun merasa jengkel. Dia mengulurkan tangannya untuk mencubit pinggang Zayden. Namun, Zayden yang tertidur lelap hanya mengernyit dan sama sekali tidak bangun.Audrey mengerlingkan matanya melihat ini. Setelah berpikir sesaat, Audrey mengambil tangan Zayden yang satu lagi dan meletakkannya di atas perutnya.Tangan ini sangat hangat sehingga membuat Audrey merasa nyaman. Pria ini cukup berguna juga. Lagi pula, anak di kandungan Audrey adalah darah daging Zayden. Dengan cara ini, Audrey mungkin dapat menebus rasa bersalahnya karena tidak mampu memberi anaknya sebuah keluarga yang utuh.Setelah berpikir demikian, Audrey pun membiarkan Zayden memeluknya dan tidak bergerak lagi. Saat berikutnya, dia mulai mengantuk dan perlahan-lahan tertidur.....Keesokan harinya, Audrey membuka matanya karena merasakan cahaya matahari yang silau di kamar. Begitu menoleh, dia melihat Zayden masih tidur di sampingnya. Mungkin, pria ini minum kebanyakan kemarin.Audrey tak k
Christian awalnya khawatir Audrey menolak panggilannya. Begitu melihat panggilannya terjawab, wajahnya langsung berseri-seri.Beberapa hari ini, Christian harus memulihkan diri sehingga tidak bisa menelepon siapa pun. Lantaran tidak berdaya, dia terpaksa berpura-pura patuh dan tidak menanyakan kabar Audrey. Setelah bersikap dingin, dia akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan Vivi.Begitu Vivi mengizinkannya keluar dari rumah sakit, hal pertama yang dilakukan Christian sudah pasti adalah mencari Audrey. Dia telah mendengar kabar bahwa Zayden dan Audrey telah bercerai. Dengan kata lain, Audrey bukan lagi bibinya. Dia bisa mengejar Audrey secara terang-terangan."Audrey, maaf, aku baru mencarimu sekarang. Apa ada yang menyulitkanmu setelah kamu bercerai? Aku masih berusaha menangani urusan keluargaku, tolong tunggu aku di Slastin untuk sementara ini. Aku akan membawamu dan Bibi ke luar negeri supaya nggak ada yang mengenal kita. Aku janji akan membahagiakanmu," jelas Christian langsung
Audrey benar-benar tidak berdaya. Dia segera menelepon Zayden karena ingin menjelaskan dirinya tidak pernah menghubungi Christian, juga tidak tahu mengapa Christian menelepon. Namun, setelah menekan tombol membuat panggilan, Audrey tiba-tiba mengakhirinya.Terlihat ekspresi mengejek pada wajah Audrey. Entah sudah berapa kali dia menjelaskan hubungannya dengan Christian kepada Zayden, tetapi pria ini tidak pernah memercayai ucapannya. Lagi pula, Zayden sudah mengecapnya sebagai wanita murahan sejak awal. Untuk apa mengklarifikasi semua itu lagi?Meskipun berpikir demikian, Audrey tetap merasa sedih atas kenyataan ini. Tidak berselang lama, dia tersadar kembali dan memutuskan untuk menelepon Christian. Audrey tidak tahu apa yang Christian katakan, tetapi sebaiknya diperjelas karena pria ini mungkin masih memikirkan hal-hal tidak realistis.Saat ini, Christian sedang merasa gelisah karena panggilannya tiba-tiba diakhiri. Dia khawatir Audrey marah padanya. Jadi, begitu melihat Audrey menel
Ketika mendapati panggilannya tidak dapat tersambung lagi, Christian hanya bisa tersenyum getir. Dia bergumam, "Audrey, gimana aku bisa bahagia kalau nggak ada kamu? Mana mungkin ...."Christian memegang ponselnya sembari terbengong menatap dinding dengan ekspresi kesepian. Dia sedang berpikir, mungkin dirinya sudah salah karena tidak berada di sisi Audrey saat wanita ini sangat membutuhkannya. Dia telah melewatkan kesempatan terbaik. Namun, bagaimana mungkin Christian bisa melepaskan wanita yang telah dicintainya selama bertahun-tahun?....Setelah mengakhiri panggilan, Audrey merasa sangat lelah. Perasaan lelah ini bukan berasal dari fisik, melainkan hatinya. Pada akhirnya, dia tidak menyantap sarapan yang telah dimasaknya dengan susah payah dan langsung berbaring di ranjang sambil memandang langit-langit.Ketika Audrey melamun, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengangkat dengan lemas, lalu tiba-tiba terdengar suara melengking dari ujung teleponnya. "Audrey, kamu kira perkataanku h
Emilia mengernyit saat melihat Christian meneleponnya. Dia tahu hubungan antara Zayden dengan Christian dan kesal terhadap hal ini. Jika Christian berbicara jujur saat keduanya berpacaran, mungkin Audrey tidak perlu menderita seperti ini.Akan tetapi, Emilia tidak bisa menolak panggilan Christian. Pada akhirnya, dia tetap menjawabnya dan bertanya, "Kenapa mencariku?""Emilia, maaf sudah mengganggumu. Aku hanya ingin tahu kondisi Audrey belakangan ini. Dia sangat marah padaku, ya?" tanya Christian balik."Kamu terlalu percaya diri. Ibu Audrey dibawa pergi oleh anggota Keluarga Conner, entah di mana dia sekarang. Audrey sangat panik karena masalah ini, mana mungkin sempat marah padamu lagi," sahut Emilia dengan dingin.Christian tidak keberatan dengan nada bicara Emilia. Begitu mendengar Lara dibawa pergi dan tidak diketahui keberadaannya, dia sontak merasa panik. Dia tahu sedekat apa hubungan ibu dan anak ini. Jadi, dia tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya Audrey selama beberapa h
Begitu mendengar perkataan itu, Timothy tentu saja merasa sangat senang. Bagaimanapun juga, dia selalu menyayangi Christian, cucunya ini. Lagi pula, Christian akhirnya bisa melupakan wanita itu. "Baik, kamu nggak usah mengkhawatirkan masalah ini, aku yang urus saja."Mendengar Timothy sendiri yang akan mengurus hal itu, Vivi tentu saja tidak menolaknya. Keduanya mengobrol sebentar lagi baru menutup teleponnya.Timothy segera mulai mempersiapkan pesta yang mewah untuk menyambut kepulangan Christian. Saat sedang sibuk, Zayden membuka pintu dengan tanpa ekspresi. Timothy menghela napas saat melihat ekspresi Zayden yang terlihat sangat kesal. Sepertinya, sejak putra bungsunya ini bercerai, kepribadiannya yang memang sudah cuek menjadi lebih dingin lagi sekarang. "Zayden, ke mana kamu semalam? Kenapa baru pulang sekarang?"Mendengar Timothy yang menanyakannya, langkah Zayden tiba-tiba berhenti. "Ada acara semalam dan aku mabuk, jadi aku menginap di luar semalaman."Timothy menganggukkan kep
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis