Waspada!Satu kalimat yang langsung muncul di kepala Darren saat mendengar perkataan si tukang parkir. Dia langsung menoleh ke sekeliling dan tidak menemukan mobil selain milik Bu El di bagian tempat parkir ini.Dia melihat pada si tukang parkir yang sekarang sedang bersiul sambil kembali ke pos jaganya setelah memasang traffic cone itu. Dia berjalan ke arah lain agar si tukang parkir tetap tidak menyadari keberadaannya, namun dia memperhatikan area itu, mencari tempat untuk bersembunyi agar bisa memantau mobil Bu El tanpa diketahui.Anggap saja dia parnoan, belum tentu yang dimaksud si tukang parkir adalah pria itu dibayar untuk mencelakakan Bu El, tapi lebih baik mencegah daripada terlambat!Dia mengirim pesan pada Nick agar datang ke tempat kampus jika urusan sahabatnya itu sudah selesai. Tahu saja ada pembunuh bayaran baru dan dia membutuhkan bantuan Nick untuk meringkus pembunuh bayaran itu.Jika dia berhasil menangkap pembunuh bayaran itu dan kemudian bisa memberitahu orang yang
“Eloisa!” teriak Darren panik yang langsung melompat dari tangga itu.“Darren!” teriak Nick panik, secara tinggi tempat mereka berada sekarang itu, hampir tiga meter dari permukaan tanah dan Darren melompat begitu saja. Dia melongok ke bawah dan terlihat Darren sudah mendarat sempurna dan sedang berteriak sambil mengejar mobil itu.Nick berlari turun dari tangga, dia lalu melihat kunci mobil Eloisa yang terjatuh di tanah. Dia langsung mengambil kunci mobil itu dan masuk ke dalam mobil Eloisa, lalu menyalakan mesin mobil itu. Dia mengejar Darren yang berlari mengejar mobil yang tidak mungkin bisa dikejar oleh kaki itu.“Masuk, Darren!” perintah Nick setelah dia mengejar Darren. Dengan cepat Darren langsung masuk ke mobil yang dikendarai Nick dan mobil langsung melaju dengan cepat untuk mengejar mobil di depan mereka.Di sedan hitam mewah yang sedang dikejar oleh Nick dan Darren, Eloisa sedang ketakutan setengah mati. Dia mendengar bagaimana pria-pria yang menculiknya ini akan memperkos
Eloisa sedang berada di mimpi terburuknya. Dia ditarik keluar dari mobil dan dilempar ke lantai begitu saja. Dia berusaha bangun tapi tidak bisa, hanya bisa terduduk di lantai sambil kedua kakinya mendorong bokongnya agar mundur, tangannya masih terikat, sehingga membuatnya sulit untuk berdiri, bibirnya juga masih di lakban.Di depannya keempat pria sedang menertawakan dirinya yang ketakutan dan mencoba menjauh dari mereka. Keempat pria itu yakin kalau para tukang pukul bayaran mereka di depan pasti bisa membereskan mobil yang hanya berisi dua orang pria, yang mengejar mereka, jadi sekarang waktunya mereka bermain-main dengan mangsa mereka.“Lihat, tikus kita sekarang ketakutan,” ejek Leo yang sejak tadi sudah sangat ingin memperkosa Eloisa, apalagi tadi wanita itu memukulkan kepalanya ke wajahnya hingga hidungnya berdarah. Dia semakin ingin menyiksa wanita itu.“Sepertinya kau sudah tidak tahan, kau duluan saja,” kata Rinaldi.“Kalian yakin? Kalian tahu, kan, kalau aku akan lama.” ta
Mereka kembali merangsek maju dan Nick membawa Eloisa mundur hingga akhirnya mereka mentok dengan dinding yang berada di belakang mereka.Sedangkan Darren, dia sedang memikirkan cara untuk lepas dari kepungan ini. Dia tidak mungkin menembaki mereka semua, pelurunya tidak cukup. Hanya ada tujuh belas peluru di dalam pistol yang dia pegang dan sudah dia lepas tiga dan Nick melepas satu, jadi tinggal tiga belas, sedangkan disini ada lebih dari dua puluh orang. Apa sisanya dia hajar saja, ya? Sepuluh orang sepertinya tidak sulit juga. Yang penting ada Nick yang bisa menjaga Bu Eloisa. Sahabatnya itu juga memiliki kemampuan beladiri koq.Baiklah seperti itu saja!Darren dengan cepat melemparkan tembakan ke kaki para tukang pukul itu sebanyak peluru yang masih tersisa.Setelahnya dengan cepat dia berlari dan menghajar para tukang pukul itu. Kemampuan para tukang pukul itu tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan beladiri yang telah dipelajari Darren sejak kecil. Dengan mudah dia bisa menghi
Kembali ke tiga puluh menit yang lalu..Di kediaman Hartadi, Rosaline langsung berlari keluar dari rumahnya saat mendengar informasi dari Darren, dan berteriak memanggil seseorang.“Lucas!” Tidak sampai satu menit, seorang pria paruh baya berdarah campuran Jawa-Belanda muncul di depan Rosaline.“Aku sudah mengirimkan titik lokasi Darren padamu. Kau bawa tim terbaikmu dan pastikan putra dan calon menantuku aman. Aku tidak terima kegagalan, mengerti?” perintah Rosaline penuh penekanan. Pria itu mengangguk dan langsung pergi sambil menghubungi timnya.Rosaline lalu masuk ke dalam rumah lagi sambil menghubungi sepupunya, Aksa.“Aku sudah mengirimkan foto sebuah mobil padamu, cek siapa pemilik mobil itu dan aku ingin laporan segera!” perintah Rosaline dan dia lalu berjalan turun ke ruang latihan yang dibangun di bawah tanah kediaman rumahnya itu, dimana Darius yang sedang berlatih disana.“Mama mau apa?” tanya Darius waspada saat melihat Ibunya melewatinya, lalu masuk ke sebuah ruangan de
“Sebenarnya, Nick menyukai Bu Eloisa,” kata Darren memulai kebohongannya. Nick meringis saat Adianto dan Rosaline menatap ke arahnya. Sedangkan Darren, sekarang dia bisa berekspresi datar seperti Darius semenjak dia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, dan hal itu membuat keluarganya tidak bisa mendeteksi kebohongannya.“Apa itu benar?” tanya Rosaline.“Betul, Tante,” jawab Nick sambil menunduk. Dia takut kebohongannya akan ketahuan jika matanya beradu dengan tatapan tajam Tante Rosaline.“Apakah Eloisa juga memiliki perasaan yang sama denganmu?” tanya Rosaline. Bukan tanpa alasan dia bertanya begitu, saat dia datang tadi, Eloisa sedang berada di pelukan Nick.“Tidak, Tante. Bu Eloisa hanya menganggap saya sebagai mahasiswanya saja,” jawab Nick.“Darren sudah memberitahu Nick kalau Bu Eloisa sudah dijodohkan dengan Kak Darius. Jadi Nick berniat tetap menyimpan perasaannya sendiri, tapi sesekali dia memang ke kampus untuk melihat Bu Eloisa,” kata Darren bercerita. “Lalu, kenapa
“Saya mengerti, Bu Eloisa. Kalaupun mereka sudah kelewat batas, saya tetap akan menikahi Ibu,” jawab Darius yang membuat Eloisa langsung menatap ke arah Darius. “Ibu adalah korban. Jadi saya tidak akan mempermasalahkan jika memang sudah kejadian. Tapi syukurlah Darren dan Nick tidak terlambat,” kata Darius sambil tersenyum menenangkan. Mengingat mantan tunangannya yang selingkuh sampai hamil, informasi yang diberikan Eloisa cukup menyenangkan hatinya. Bu Eloisa bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik.“Saya akan menjemput orang tua Ibu sekarang. Ibu hubungi mereka dulu saja. Ibu tidak perlu takut ataupun khawatir, di depan pintu ini ada dua pengawal yang akan menjaga Ibu. Saya jalan dulu,” kata Darius pamit.“Pengawal?” tanya Eloisa.“Iya. Ibu saya meminta bantuan pada Om saya untuk memberikan pengawalan untuk Anda untuk sementara waktu. Mahasiswa-mahasiswa yang menyerang Anda bukanlah orang biasa, keluarga mereka memiliki kekuasaan disini.” kata Darius yang membuat Eloisa pucat.“I
Kondisi Orlando cs tidak berbeda jauh dari Clara. Selain Leo, peluru sudah dikeluarkan dari kaki mereka, namun operasi pengeluaran timah panas itu dilakukan tanpa obat bius sama sekali. Tubuh mereka dikunci dengan plat besi di sebuah meja operasi, lalu dokter mulai menggunting kulit dan daging di kaki mereka agar bisa mengeluarkan timah panas itu. Kemudian menjahit luka itu dan membalutnya. Tidak ada obat penahan sakit atau apapun yang bisa membantu mereka mengurangi rasa sakit itu.Sedangkan Leo, dia mojok di ruangan itu sambil ketakutan. Tubuhnya yang babak belur pasti tidak sesakit ketiga temannya yang sejak tadi bergantian menjerit saat Dokter mulai melakukan operasi, mana ketiga temannya itu dioperasi bergantian, jadi ketiga orang itu mendengar jeritan kesakitan teman mereka, mulai dari pisau bedah yang menyatat tubuh mereka, sampai timah panas itu akhirnya dikeluarkan dari kaki teman mereka, dan kemudian baru dijahit kembali luka itu.Mereka semua ditempatkan di sebuah ruangan t
Saat Darren dan Darius tiba di rumah sakit, Eloisa sudah berada di ranjang perawatan dan Ibu mereka duduk di sebelahnya. Wanita itu sudah menggunakan pakaian khas pasien rumah sakit. Wajah Darren sangat muram, untuk kedua kalinya dalam kurun waktu tidak lama, dia melihat Eloisa terbaring di ranjang perawatan."Bagaimana keadaanmu, Bu Eloisa?” tanya Darius.“Sudah jauh lebih baik. Kepalaku sudah tidak terlalu pusing.” jawab Eloisa.“Bagaimana kau bisa jatuh ke sungai?” kali ini Rosaline yang bertanya. “Tadi kepalaku sangat pusing. Aku hanya ingin mengambilkan tas Susan yang jatuh, tapi kepalaku malah semakin pusing dan tiba-tiba pandanganku menggelap.” jawab Eloisa tidak enak hati. Ini kedua kalinya dia menyusahkan keluarga Hartadi. Belum jadi menantu saja sudah merepotkan, apa kata orang nanti?“Kalau tidak enak badan, mengapa kau pergi?” tanya Rosaline.“Wanita yang bernama Susan datang dan mengajaknya pergi. Bahkan wanita itu memaksa Eloisa pergi dengan mobilnya saja,” Darren yang m
“Kau mau kembali ke restoran dulu untuk berganti pakaian?” tanya Darius sambil mengeluarkan sebuah paper bag berisi handuk dan pakaian ganti dari dalam mobil dan menyerahkannya pada Darren.“Tidak perlu. Sebentar aku ganti disana saja,” kata Darren sambil menunjuk sebuah pohon besar di dekat sungai.“Eh, Kakak ada bawa air?” tanya Darren dan Darius kembali mengeluarkan sebuah botol kemasan air mineral ukuran satu setengah liter dan sebuah sandal jepit, lalu memberikannya pada Darren.“Terima kasih,” kata Darren mengambil mengambil kedua barang itu dan berjalan ke arah pohon yang tadi dia tunjuk. Dengan cepat dia membuka pakaian basahnya, lalu membilas seluruh tubuhnya dengan air mineral itu dan mengeringkan tubuh dengan handuk, setelahnya dia berganti pakaian, kemudian berkumur dengan air mineral yang sudah dia sisakan tadi. Setelahnya, dia memasukkan pakaian kotor dan sepatunya ke dalam paper bag tadi dan berjalan kembali ke tempat Kakaknya menunggunya di sebelah mobil pria itu.“Kau
Darren terus berenang mengikuti arus membawanya dengan pemikiran kalau jarak antara dirinya dan Eloisa seharusnya tidak terlalu jauh, namun gelapnya malam membuatnya kesulitan menemukan wanita itu. Dia sudah berkali-kali muncul ke permukaan dan mencoba mencari tubuh Eloisa dan tidak menemukannya. Dia terus memanggil nama wanita itu. Dalam hatinya semakin takut kalau dia akan terlambat menemukan Eloisa. Bagaimana jika ternyata Eloisa tidak bisa berenang? Maka wanita itu akan tenggelam!Lalu sinar-sinar itu datang, bersama dengan teriakkan yang memanggil nama Eloisa, awalnya dari belakangnya, yang berarti orang-orang sedang membantu mencarinya dan Eloisa, lalu sebuah sinar dengan cepat melewatinya dan terdengar suara Silvi memanggilnya dan Eloisa.“Disini!” teriak Darren dan Silvi langsung menyuruh motor yang membawanya berhenti, dia lalu menyorot ke arah suara dan menemukan Darren.“Tuan muda!” seru Silvi senang.“Sorot ke depan sana!” perintah Darren sambil menunjuk ke arah depan dan
Satu setengah jam sebelumnya…“Ya, Susan. Kalian tidak perlu mengantarku, aku hanya pergi sebentar dengan temanku,” kata Eloisa pada Silvi dan Januar. Lalu Eloisa berjalan bersama Susan dan membantu Susan untuk duduk di mobilnya, baru setelahnya dia memutari mobil itu dan masuk dari sisi mobil satunya.“Kau bawa mobil dan ikuti dari jarak aman. Aku akan mengikuti dengan motor,” kata Januar setelah Eloisa masuk ke dalam mobil wanita yang bernama Susan.“Baik, Tuan,” jawab Silvi yang langsung berlari ke mobil setelah dia memotret plat nomor mobil yang baru saja jalan itu. Begitu juga dengan Januar yang segera berlari menuju motornya dan langsung melajukannya untuk mengejar mobil tadi. Dia berusaha mengingat dimana dia pernah bertemu dengan wanita yang dikatakan Eloisa sebagai temannya itu? Dia yakin, dia pernah bertemu dengan wanita itu. Yang pasti, wanita itu bukan salah satu dosen di kampusnya.Dengan mudah dia bisa mengikuti mobil yang memang dikendarai dengan kecepatan sedang itu. Da
“Terima kasih,” kata Eloisa saat Susan memberikan sebuah minuman jeruk dalam botol kemasan, saat mobil yang membawa mereka mulai melaju.“Sama-sama. Kuharap kau masih menyukai minuman itu,” kata Susan sambil membuka botol minuman miliknya sendiri yang rasa sirsak.“Ya, aku masih menyukainya,” jawab Eloisa sambil membuka botol itu dan minum. Walau dia masih merasa tidak nyaman berdekatan dengan Susan, tapi dia berusaha bersikap normal. Memikirkan keselamatan Susan dan bayinya saat wanita itu melahirkan, membuatnya berusaha untuk memaafkan perbuatan mantan sahabatnya itu.Tidak banyak percakapan di dalam mobil itu, yang hanya berkisar tentang basa basi saja. Eloisa berpikir kalau Susan membutuhkan privasi untuk bicara dengannya, dan karenanya mantan sahabatnya itu mengajaknya mengobrol di restoran yang ada di tepi sungai tempat mereka suka bermain waktu kecil dulu. Saat kecil mereka tinggal di pinggiran kota, dimana ada sebuah sungai besar yang merupakan tempat main anak-anak setempat,
Darren tidak tahu kalau Eloisa akan bisa mengenali dirinya saat dia menyamar, bukan dari penampilannya, tapi dari parfum yang dia gunakan. Jadi saat dia kembali menyamar sebagai salah satu pengawal yang bergantian mengawasi Eloisa, dia tidak bersikap waspada pada wanita itu, karena dia yakin kalau Eloisa tidak akan mengetahui jati dirinya.Begitu mereka berkenalan dan pria yang bernama Januar itu mendekat dan mengulurkan tangan, Eloisa sudah mencium samar wangi parfum yang sangat dikenalnya. Walaupun parfum itu dijual bebas dan banyak yang menggunakannya, tapi setelah digunakan dan menyatu dengan bau tubuh masing-masing orang, bisa menghasilkan aroma uniknya tersendiri, yang bisa disadari oleh orang-orang yang memang sensitif pada bau-bauan, seperti Eloisa.Eloisa yang sudah biasa memasang wajah datar, tidak menunjukkan keterkejutan sama sekali. Selesai berkenalan, dia sesekali melirik pada Januar dan mulai mengamati tinggi tubuh dan postur tubuh pria itu. Dia sudah melihat dua sosok p
“Jangan bercanda, Darren!” omel Rosaline sambil memijat keningnya.“Darren mohon, Ma. Darren terus merasa bersalah pada Bu Eloisa, biarkan Darren menjadi salah satu pengawal Eloisa. Anggap saja agar Darren bisa tenang jika melihat Bu Eloisa aman sampai dia menikah dengan Kak Darius nanti,” rengek Darren yang kembali mengeluarkan kemanjaannya untuk membujuk sang Ibu.“Darren kan juga gak ngapa-ngapain. Daripada Darren ngehalu atau mikirin yang ngak-ngak, lebih baik Darren melakukan hal yang berguna,” bujuk Darren lagi dan Rosaline membuang nafas pasrah. Rasanya sudah sangat lama Darren tidak mengerek padanya, padahal baru beberapa bulan, tepatnya sejak Darren patah hati. Dan dia juga mengerti maksud ‘ngehalu atau mikirin yang ngak-ngak’ itu adalah meratapi patah hati putranya itu.“Baiklah. Kau bisa bergantian jaga dengan pengawal lain, minta Lucas mengganti salah satu pengawal itu, denganmu,” kata Rosaline mengalah.“Terima kasih, Ma!” seru Darren senang sambil memeluk Rosaline. Ya, R
“Mengapa kau dan Nick tidak menceritakan tentang pembunuh bayaran itu kemarin?” tuntut Rosaline pada Darren. Sekarang mereka berempat dengan Adianto dan Darius sedang duduk di ruang tamu rumah mereka.“Kupikir itu ulah Clara juga, Ma. karena kejadian sekarang waktunya dekat dengan kejadian sebelumnya. Namun saat kupikirkan lagi semalam, lebih baik aku mencari lagi tentang pria yang bernama Aji itu, siapa tahu kalau dia sudah mendapatkan bayaran penuh, nanti pria itu akan berusaha membunuh Bu Eloisa lagi,” jawab Darren tanpa ekspresi lagi. Baik Adianto, Rosaline ataupun Darius, tidak bisa melihat emosi apapun di wajah Darren.“Ponsel yang kau bilang ingin kau retas?” tanya Darius.“Milik si pembunuh bayaran, namun kemarin Nick memintaku untuk tidak meminta tolong pada Kak Darius karena dia tidak ingin Kak Darius mencurigai perasaannya,” jawab Darren.“Aduh, Darren. Kau seharusnya tahu kalau hal seperti ini tidak bisa kalian atasi sendiri!” omel Rosaline.“Apa kau yang membunuh pria itu
“Tu-tunggu, Orlan … do …” Clara yang tangannya terikat, tidak bisa menghalangi Orlando mencekik lehernya.Ketiga pria lain juga menatap penuh kebencian pada Clara, jika bukan karena wanita itu, mereka tidak akan berada disini dengan nasib yang begitu mengenaskan. Apalagi yang bisa dibanggakan oleh seorang pria disaat mereka sudah dikebiri?Rosaline memberi kode dan seorang pengawalnya melepaskan tubuh Clara dari cekikan Orlando dan wanita itu tampak ketakutan menatap Orlando sambil berusaha menarik nafas.“A-ayahku tidak akan membiarkan kau menyakitiku,” cicit Clara.“Kau pikir Ayahmu bisa lepas dari mereka? Kau telah membawa keluarga kami semua hancur bersamamu!” geram Orlando.“A-apa maksudmu?” tanya Clara semakin pucat dan dia menoleh saat Orlando menunjuk ke televisi, dimana disana juga ada berita tentang kasus penyuapan yang membawa nama Ayah Clara dan banyak pejabat lainnya. Dia tahu selama ini Ayahnya menerima suap, tapi Ayahnya juga memiliki banyak antek, jadi posisi Ayahnya se