Eloisa sedang berada di mimpi terburuknya. Dia ditarik keluar dari mobil dan dilempar ke lantai begitu saja. Dia berusaha bangun tapi tidak bisa, hanya bisa terduduk di lantai sambil kedua kakinya mendorong bokongnya agar mundur, tangannya masih terikat, sehingga membuatnya sulit untuk berdiri, bibirnya juga masih di lakban.Di depannya keempat pria sedang menertawakan dirinya yang ketakutan dan mencoba menjauh dari mereka. Keempat pria itu yakin kalau para tukang pukul bayaran mereka di depan pasti bisa membereskan mobil yang hanya berisi dua orang pria, yang mengejar mereka, jadi sekarang waktunya mereka bermain-main dengan mangsa mereka.“Lihat, tikus kita sekarang ketakutan,” ejek Leo yang sejak tadi sudah sangat ingin memperkosa Eloisa, apalagi tadi wanita itu memukulkan kepalanya ke wajahnya hingga hidungnya berdarah. Dia semakin ingin menyiksa wanita itu.“Sepertinya kau sudah tidak tahan, kau duluan saja,” kata Rinaldi.“Kalian yakin? Kalian tahu, kan, kalau aku akan lama.” ta
Mereka kembali merangsek maju dan Nick membawa Eloisa mundur hingga akhirnya mereka mentok dengan dinding yang berada di belakang mereka.Sedangkan Darren, dia sedang memikirkan cara untuk lepas dari kepungan ini. Dia tidak mungkin menembaki mereka semua, pelurunya tidak cukup. Hanya ada tujuh belas peluru di dalam pistol yang dia pegang dan sudah dia lepas tiga dan Nick melepas satu, jadi tinggal tiga belas, sedangkan disini ada lebih dari dua puluh orang. Apa sisanya dia hajar saja, ya? Sepuluh orang sepertinya tidak sulit juga. Yang penting ada Nick yang bisa menjaga Bu Eloisa. Sahabatnya itu juga memiliki kemampuan beladiri koq.Baiklah seperti itu saja!Darren dengan cepat melemparkan tembakan ke kaki para tukang pukul itu sebanyak peluru yang masih tersisa.Setelahnya dengan cepat dia berlari dan menghajar para tukang pukul itu. Kemampuan para tukang pukul itu tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan beladiri yang telah dipelajari Darren sejak kecil. Dengan mudah dia bisa menghi
Kembali ke tiga puluh menit yang lalu..Di kediaman Hartadi, Rosaline langsung berlari keluar dari rumahnya saat mendengar informasi dari Darren, dan berteriak memanggil seseorang.“Lucas!” Tidak sampai satu menit, seorang pria paruh baya berdarah campuran Jawa-Belanda muncul di depan Rosaline.“Aku sudah mengirimkan titik lokasi Darren padamu. Kau bawa tim terbaikmu dan pastikan putra dan calon menantuku aman. Aku tidak terima kegagalan, mengerti?” perintah Rosaline penuh penekanan. Pria itu mengangguk dan langsung pergi sambil menghubungi timnya.Rosaline lalu masuk ke dalam rumah lagi sambil menghubungi sepupunya, Aksa.“Aku sudah mengirimkan foto sebuah mobil padamu, cek siapa pemilik mobil itu dan aku ingin laporan segera!” perintah Rosaline dan dia lalu berjalan turun ke ruang latihan yang dibangun di bawah tanah kediaman rumahnya itu, dimana Darius yang sedang berlatih disana.“Mama mau apa?” tanya Darius waspada saat melihat Ibunya melewatinya, lalu masuk ke sebuah ruangan de
“Sebenarnya, Nick menyukai Bu Eloisa,” kata Darren memulai kebohongannya. Nick meringis saat Adianto dan Rosaline menatap ke arahnya. Sedangkan Darren, sekarang dia bisa berekspresi datar seperti Darius semenjak dia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, dan hal itu membuat keluarganya tidak bisa mendeteksi kebohongannya.“Apa itu benar?” tanya Rosaline.“Betul, Tante,” jawab Nick sambil menunduk. Dia takut kebohongannya akan ketahuan jika matanya beradu dengan tatapan tajam Tante Rosaline.“Apakah Eloisa juga memiliki perasaan yang sama denganmu?” tanya Rosaline. Bukan tanpa alasan dia bertanya begitu, saat dia datang tadi, Eloisa sedang berada di pelukan Nick.“Tidak, Tante. Bu Eloisa hanya menganggap saya sebagai mahasiswanya saja,” jawab Nick.“Darren sudah memberitahu Nick kalau Bu Eloisa sudah dijodohkan dengan Kak Darius. Jadi Nick berniat tetap menyimpan perasaannya sendiri, tapi sesekali dia memang ke kampus untuk melihat Bu Eloisa,” kata Darren bercerita. “Lalu, kenapa
“Saya mengerti, Bu Eloisa. Kalaupun mereka sudah kelewat batas, saya tetap akan menikahi Ibu,” jawab Darius yang membuat Eloisa langsung menatap ke arah Darius. “Ibu adalah korban. Jadi saya tidak akan mempermasalahkan jika memang sudah kejadian. Tapi syukurlah Darren dan Nick tidak terlambat,” kata Darius sambil tersenyum menenangkan. Mengingat mantan tunangannya yang selingkuh sampai hamil, informasi yang diberikan Eloisa cukup menyenangkan hatinya. Bu Eloisa bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik.“Saya akan menjemput orang tua Ibu sekarang. Ibu hubungi mereka dulu saja. Ibu tidak perlu takut ataupun khawatir, di depan pintu ini ada dua pengawal yang akan menjaga Ibu. Saya jalan dulu,” kata Darius pamit.“Pengawal?” tanya Eloisa.“Iya. Ibu saya meminta bantuan pada Om saya untuk memberikan pengawalan untuk Anda untuk sementara waktu. Mahasiswa-mahasiswa yang menyerang Anda bukanlah orang biasa, keluarga mereka memiliki kekuasaan disini.” kata Darius yang membuat Eloisa pucat.“I
Kondisi Orlando cs tidak berbeda jauh dari Clara. Selain Leo, peluru sudah dikeluarkan dari kaki mereka, namun operasi pengeluaran timah panas itu dilakukan tanpa obat bius sama sekali. Tubuh mereka dikunci dengan plat besi di sebuah meja operasi, lalu dokter mulai menggunting kulit dan daging di kaki mereka agar bisa mengeluarkan timah panas itu. Kemudian menjahit luka itu dan membalutnya. Tidak ada obat penahan sakit atau apapun yang bisa membantu mereka mengurangi rasa sakit itu.Sedangkan Leo, dia mojok di ruangan itu sambil ketakutan. Tubuhnya yang babak belur pasti tidak sesakit ketiga temannya yang sejak tadi bergantian menjerit saat Dokter mulai melakukan operasi, mana ketiga temannya itu dioperasi bergantian, jadi ketiga orang itu mendengar jeritan kesakitan teman mereka, mulai dari pisau bedah yang menyatat tubuh mereka, sampai timah panas itu akhirnya dikeluarkan dari kaki teman mereka, dan kemudian baru dijahit kembali luka itu.Mereka semua ditempatkan di sebuah ruangan t
“Tu-tunggu, Orlan … do …” Clara yang tangannya terikat, tidak bisa menghalangi Orlando mencekik lehernya.Ketiga pria lain juga menatap penuh kebencian pada Clara, jika bukan karena wanita itu, mereka tidak akan berada disini dengan nasib yang begitu mengenaskan. Apalagi yang bisa dibanggakan oleh seorang pria disaat mereka sudah dikebiri?Rosaline memberi kode dan seorang pengawalnya melepaskan tubuh Clara dari cekikan Orlando dan wanita itu tampak ketakutan menatap Orlando sambil berusaha menarik nafas.“A-ayahku tidak akan membiarkan kau menyakitiku,” cicit Clara.“Kau pikir Ayahmu bisa lepas dari mereka? Kau telah membawa keluarga kami semua hancur bersamamu!” geram Orlando.“A-apa maksudmu?” tanya Clara semakin pucat dan dia menoleh saat Orlando menunjuk ke televisi, dimana disana juga ada berita tentang kasus penyuapan yang membawa nama Ayah Clara dan banyak pejabat lainnya. Dia tahu selama ini Ayahnya menerima suap, tapi Ayahnya juga memiliki banyak antek, jadi posisi Ayahnya se
“Mengapa kau dan Nick tidak menceritakan tentang pembunuh bayaran itu kemarin?” tuntut Rosaline pada Darren. Sekarang mereka berempat dengan Adianto dan Darius sedang duduk di ruang tamu rumah mereka.“Kupikir itu ulah Clara juga, Ma. karena kejadian sekarang waktunya dekat dengan kejadian sebelumnya. Namun saat kupikirkan lagi semalam, lebih baik aku mencari lagi tentang pria yang bernama Aji itu, siapa tahu kalau dia sudah mendapatkan bayaran penuh, nanti pria itu akan berusaha membunuh Bu Eloisa lagi,” jawab Darren tanpa ekspresi lagi. Baik Adianto, Rosaline ataupun Darius, tidak bisa melihat emosi apapun di wajah Darren.“Ponsel yang kau bilang ingin kau retas?” tanya Darius.“Milik si pembunuh bayaran, namun kemarin Nick memintaku untuk tidak meminta tolong pada Kak Darius karena dia tidak ingin Kak Darius mencurigai perasaannya,” jawab Darren.“Aduh, Darren. Kau seharusnya tahu kalau hal seperti ini tidak bisa kalian atasi sendiri!” omel Rosaline.“Apa kau yang membunuh pria itu?
“Ya. Ada apa, Pak Andrew?” tanya Eloisa bingung.“Bisakah Anda meminta pada Ibu Rosaline untuk menangguhkan sidang?” tanya Andrew. Belum sempat Eloisa ataupun Darren bicara, Andrew sudah melanjutkan perkataannya.“Kondisi Susan sebenarnya masih belum terlalu baik. Pendarahannya belum benar-benar berhenti, tubuhnya juga sebenarnya belum kuat untuk menjalani berbagai pemeriksaan. Dengan kuasa Bu Rosaline, hukuman pasti akan dijatuhkan dengan cepat, saya khawatir … Susan tidak akan bisa bertahan di dalam penjara. Resiko lukanya akan terbuka lagi dan infeksi sangat tinggi, apalagi luka dalam di rahimnya akibat kecelakaan itu membutuhkan beberapa bulan untuk benar-benar sembuh,” kata Andrew sambil menghela nafas berat. Dia adalah polisi, harusnya dia tidak boleh melakukan hal ini, tapi jika terjadi sesuatu pada Susan di dalam penjara, dia pasti akan hidup dalam penyesalan.“Saya tidak meminta Susan dibebaskan, hanya kalau bisa, tunggu sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk masuk
Eloisa sengaja datang ke kampus di waktu yang mepet dengan jam mengajarnya, agar dia tidak diinterogasi oleh rekan-rekannya lagi perihal pernikahannya kemarin. Jadi, dia masuk ke ruang dosen dan langsung menuju mejanya sambil menyapa sekilas dosen-dosen yang masih berada disana, lalu mengambil perlengkapan mengajarnya dan kembali keluar.Beberapa dosen menertawakan tingkah Eloisa yang terlihat jelas sedang menghindari mereka. Mereka yakin Eloisa juga berada di posisi yang tidak enak karena pernikahan unik ini, hanya saja, hal ini memang sangat sulit untuk dipercayai akal sehat.Mereka melihat sendiri kalau Eloisa dan Darius sudah cukup dekat, tapi tiba-tiba di hari H, yang menikah dengan Eloisa adalah adik Darius, dimana Dariusnya sendiri terkesan cuek dengan hal itu. Hari seninnya, Darius masuk kerja seperti biasa, seakan tidak ada pernikahannya yang gagal terlaksana. Apakah mungkin ada prank untuk hal sepenting sebuah pernikahan?Setelah mengantar Eloisa ke kampus dimana dia tidak d
Selama tiga hari menginap di vila, Eloisa sangat dimanjakan oleh Darren. Mereka tidak seperti pengantin baru yang menghabiskan sepanjang hari di kamar, tapi Darren mengajak Eloisa untuk pergi ke tempat-tempat bagus yang ada di sekitar vila tempat mereka menginap.Darren selama ini tidak pernah berjalan berdua dan menikmati waktu bersama-sama dengan Eloisa, walau hanya untuk makan dan melihat-lihat tempat wisata. Karenanya, dia ingin melakukannya mulai dari sekarang, dia akan membuat banyak momen untuknya dan Eloisa, istilahnya ini seperti pacaran setelah menikah. Mereka berjalan berdua di pinggir danau sambil bergandengan tangan, menikmati makanan khas di pinggir jalan. besonya, Darren mengajak Eloisa ke taman, berjalan sambil memberi makan roti tawar pada burung liar.Eloisa banyak tertawa karena memang Darren adalah orang yang menyenangkan, pria itu bisa membawa suasana menjadi ceria dengan tingkahnya. Darren juga tidak pernah menuntut apapun dari Eloisa, dia malah mendorong Eloisa
Tidak terjadi insiden apapun saat acara pemberkatan pernikahan ini, mulai dari Eloisa yang mengucapkan sumpah pernikahannya dengan baik, sampai dengan penandatanganan surat nikah mereka.Kali ini, Darren juga menjadi anak baik, saat disuruh mencium pengantinnya, dia hanya menempelkan bibirnya sebentar dengan bibir Eloisa, dia tidak melumat bibir Eloisa dengan ganas seperti biasanya.Dia mengerti kalau dia harus menjaga martabat Eloisa yang tinggal setengah itu, agar tidak amblas sampai ke dasar. Dalam hati, dia menyabarkan dirinya. Tenang, setelah ini, Eloisa sudah bebas dia peluk, cium dan yang lainnya semau dia, jadi sekarang saja dia harus menjaga sikap!Ada jamuan makan siang di ruangan lain yang sudah disulap menjadi tempat resepsi kecil-kecilan dan disanalah Eloisa tidak bisa menghindar dari rekan-rekan dosennya yang terus menggodanya dan menjadi reporter dadakan.“Ya ampun, Bu Eloisa, kenapa bisa jadi nikahnya dengan Darren?” tanya salah satu Dosen.“Iya, nih, Bu Eloisa, ternyat
Untuk kesekian kalinya, Eloisa berusaha melepaskan pegangan tangan Darren, dan untuk kesekian kalinya juga gagal. Mereka sudah berada di gereja sejak jam sepuluh, dimana keluarga Hartadi dan keluarga Renata juga sedang dalam perjalanan ke gereja ini, tempat dimana sekarang mereka sedang duduk di ruang tunggu pengantin dan keluarganya, sambil bergandengan tangan sejak lima belas menit yang lalu.Karena pernikahan ini hanya berupa pemberkatan pernikahan saja, dan semua dekorasi dan persiapan sudah dibereskan oleh staf gereja dan Lukas dkk, jadi mereka memang hanya menunggu waktu saja sekarang.“Lepaskan tanganku, Darren,” pinta Eloisa.“Tidak mau,” jawab Darren sambil tersenyum menggoda.“Kenapa juga harus pegangan tangan terus!” keluh Eloisa.“Karena aku tidak boleh memelukmu atau menciummu,” jawab Darren yang membuat Eloisa langsung cemberut, tapi lalu menyerah mencoba menarik tangannya. Sedangkan sebelah tangan Darren masih sibuk mencomot camilan yang disediakan disana, berupa kue-ku
Karena hari masih pagi dan hari ini adalah hari minggu, mobil yang dikendarai Darren tiba di rumah Eloisa dalam waktu setengah jam.Manda terkejut saat melihat Darren yang sudah rapi, di depan rumahnya. Eloisa memang sudah memberitahu kalau Darren sudah menyewa makeup artis untuk mendandani putrinya itu, tapi dia tidak tahu kalau Darren juga akan datang pagi ini, dia pikir mereka akan bertemu di gereja.“Pagi, Bu,” sapa Darren yang lalu memperkenalkan Jane.“Pagi, Darren,” Manda membalas sapaan Darren dan kemudian berkenalan dengan Jane.“Saya mengantar Jane kemari, sekalian membawa pakaian dan barang-barang saya. Ayah ada?” tanya Darren luwes yang membuat Manda kembali takjub saat melihat sebuah koper besar dan sebuah koper kecil, yang dibawa Darren.“Ayah sedang menyirami bonsainya di belakang,” jawab Manda.“Baik. Darren akan mengantar Jane ke kamar Eloisa dulu, nanti baru menyapa Ayah,” kata Darren sopan.“Ya, mari Ibu antar ke kamar Eloisa,” jawab Manda yang lalu menuntun jalan u
Hari yang ditunggu telah tiba. Darren bangun di jam enam pagi dan mandi. Dia dengan semangat menunggu Jane datang ke rumahnya untuk membantunya membereskan wajahnya yang hari ini tampak lebih mengerikan daripada kemarin, padahal dia sudah terus mengompres wajahnya itu sejak semalam.“Selamat pagi semuanya!” seru Darren semangat saat memasuki ruang makan.“Kau sangat bersemangat,” kekeh Rosaline yang sedang menyiapkan sarapan. Adianto sedang duduk dan minum kopi, sedangkan Darius sekarang sedang mandi, tadi dia mengalah dan membiarkan adiknya mandi dulu, sedangkan Donny, dia masih tidur.“Tentu saja. Aku menikah hari ini,” kata Darren riang sambil bersenandung.“Kau yakin ingin menikah dengan wajah seperti itu?” tanya Adianto menggoda putranya dan betul saja, senandung Darren langsung berhenti.“Walau aku masuk rumah sakit, Eloisa tetap harus menikah denganku disana,” kata Darren mengerucutkan bibirnya.“Mama juga, kalau ingin membantuku menikah dengan Eloisa hari ini, mengapa juga mem
Manda dan Anto memperhatikan saat Darren dan Eloisa keluar dari rumah sambil bergandengan tangan, yang katanya masih akan mengurus urusan pernikahan mereka.“Aku merasa seperti sedang bermimpi,” kata Manda dengan mata yang masih memperhatikan Darren yang sekarang sedang membukakan pintu untuk Eloisa.“Mungkin Eloisa memang akan lebih bahagia dengan Darren. Aku bisa melihat kalau Darren memang mencintai Eloisa,” kata Anto yang juga memperhatikan hal manis itu.“Menurutku, Darren sangat bucin pada Eloisa.” kata Manda sambil tertawa bahagia. Dia juga menyadari kalau sepertinya Eloisa memang juga mencintai Darren. Walau sejak tadi Eloisa terlihat agak risih dengan perlakuan manis Darren, tapi dia tidak menghindar saat Darren menunjukkan perhatiannya. Mungkin putrinya itu hanya belum terbiasa dengan sikap Darren yang terlalu jujur dalam menunjukkan perasaannya.Berbeda dengan saat bersama Viktor dulu, baik Eloisa ataupun Viktor selalu menjaga sikap, mereka hanya sesekali bergandengan tanga
“Saya mencintai Eloisa dan Eloisa juga mencintai saya. Jadi, besok sayalah yang akan menikah dengan Eloisa,” kata Darren. Sejak tadi dia sudah memikirkan banyak kalimat manis untuk membujuk kedua calon mertuanya, tapi begitu duduk di depan kedua calon mertuanya, otaknya kosong.“Kenapa langsung ngomong begitu!” omel Eloisa sambil memukul paha Darren karena perkataan frontal pria itu. Sedangkan kedua orang tua Eloisa, masih bengong menatap Darren.“A-apa maksud perkataan, Nak Darren?” tanya Anto yang masih syok. Dia berpikir kalau mungkin dia sudah tua, jadi telinganya salah dengar.“Besok saya yang akan menikah dengan Eloisa, bukan Kak Darius,” kata Darren perlahan sambil menggamit tangan Eloisa yang tadi memukul pahanya. Kedua orang tua itu semakin terbelalak saat melihat tangan Eloisa dan Darren yang menyatu.“Bukan begitu, Ayah, Ibu. Eloisa bisa jelaskan,” kata Eloisa sambil berusaha menarik tangannya dari Darren, yang tentu saja gagal karena Darren malah mengeratkan pegangannya pa