Share

BAB 3: LUKA LAMA

“Lukanya jangan sampai terkena air karena nanti bisa infeksi. Plester harus diganti dua kali sehari sehabis mandi. Nanti akan saya berikan resep salep luka dan obat anti nyeri , karena kadang akan timbul nyeri. Jika membengkak atau demam, segera kembali ke rumah sakit.” kata Dokter Albert.

“Bagaimana saya mencuci muka kalau lukanya tidak boleh terkena air?” tanya Darren.

“Plesternya tahan air. Jadi setelah mandi, plesternya dibuka dan lukanya diberi salep, lalu tutup lagi dengan plester baru.” jawab Dokter Albert.

“Apakah lukanya akan meninggalkan bekas, Dok?” tanya Darren lagi. Biar bagaimanapun wajahnya adalah aset untuk pekerjaannya sekarang.

“Hm, luka di bagian sini agak dalam. Kemungkinan nanti akan meninggalkan garis putih. Tapi karena kamu pria, kurasa tidak masalah dengan sedikit bekas luka,” kata Dokter Albert sambil menunjuk bagian pipi dekat rahang. 

Eloisa memucat mendengar perkataan Dokter Albert. Bagaimana ini kalau memang luka itu berbekas? Sedangkan mahasiswanya ini bekerja sebagai model. Apakah dia harus membayarkan Darren untuk bedah kecantikan? 

“Apakah saya bisa menggunakan pelindung kepala untuk naik motor?” tanya Darren yang sehari-hari menggunakan motor untuk beraktivitas.

“Sebaiknya jangan. Luka Anda akan sering tersenggol dan itu bisa membuat luka itu kembali terbuka,” jawab Dokter.

“Baik Dok,” jawab Darren patuh. Lalu dia dan Eloisa keluar dari ruang konsultasi Dokter setelah merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup. Mereka berjalan bersisian menuju kasir. Darren sudah membayar sebelum Eloisa sempat mengeluarkan dompetnya. 

“Harusnya saya yang bayar!” protes Eloisa. Dia merasa tidak enak, padahal dia yang membuat pria itu terluka.

“Tidak masalah,” jawab Darren santai. Pekerjaannya termasuk mudah dan menghasilkan banyak uang. Dia juga tidak ada tanggungan selain saat kencan dengan pacar-pacarnya itu. Kalau hanya mengajak makan dan nonton, mau berapa banyak jumlah pacarnya juga tidak akan membuatnya bangkrut. Tapi kalau soal hadiah dan barang-barang yang mereka inginkan, mereka harus membelinya sendiri, namanya juga pacar bulanan.

“Berikan nomor rekeningmu, akan saya transfer!” perintah Eloisa. Dia tidak suka berhutang. Apalagi pada tipe orang seperti yang di depannya ini. Dia paling malas kalau nanti diungkit di belakang.

Darren melirik tidak suka pada Eloisa lalu mengacuhkan wanita itu. Dia berjalan meninggalkan Eloisa menuju tempat untuk menunggu penyerahan obat. Dia tidak suka dibantah hanya karena masalah kecil, dan urusan bayaran seperti ini baginya hanya masalah kecil. Masalah besar adalah yang tidak bisa dipecahkan otaknya. Salah satu contohnya adalah ciuman Eloisa tadi, yang membuatnya dengan sengaja membuat wanita itu terus bersamanya sejak dia mencium wanita itu.

Dengan kesal Eloisa bermaksud mengejar Darren karena pria itu tiba-tiba meninggalkannya tanpa mengatakan apapun, namun dia merasa ada yang memanggil dirinya. Dia lalu menoleh ke arah suara dan melihat orang yang paling tidak ingin dia lihat lagi seumur hidupnya.

Dia bermaksud mengacuhkan wanita itu dan kembali mengejar Darren, namun Susan langsung menghalangi jalannya.

“Apa kabar Eloisa? Sudah lama sekali kita tidak bertemu,” sapa Susan sambil tersenyum. Dia mengelus perutnya yang sudah cukup besar.

“Minggir. Aku mau lewat!” kata Eloisa. Dia menunjukkan wajah datarnya.

“Kita sudah lama tidak bertemu, bukankah seharusnya kita ngobrol dulu? Bukankah dulu  kita teman yang sangat dekat,” kata Susan, senyumnya berubah jadi seringai licik. Dia tidak mau menyingkir dari hadapan Eloisa. Karena dia sedang hamil, dia yakin Eloisa tidak akan berani mendorongnya.

“Aku tidak punya hal apapun untuk dibicarakan denganmu!” sahut Eloisa jutek. Dia membuang wajah ke arah lain, tidak berniat melihat wajah mantan sahabat iblisnya.

“Hm, tapi banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Sudah berapa lama kita tidak berjumpa? Mungkin lebih dari empat tahun. Bukankah dulu kita sahabat yang pernah begitu dekat dan saling berbagi segalanya, bahkan berbagi kekasih. Namun sayang sekali akhirnya Viktor memilihku dan membuangmu!” kata Susan dengan nada lembut sambil mengelus perutnya. Sengaja menunjukkan kehamilannya yang sebenarnya pasti sudah diketahui semua orang karena perutnya memang sudah besar.

Eloisa mengepalkan tangannya. Rasanya dia ingin menampar wanita di depannya. Wanita ular berkedok sahabat yang tega berselingkuh dengan pacarnya! 

Susan juga menyadari reaksi Eloisa. Dia bersahabat dengan Eloisa sejak kecil, jadi dia tahu kalau sekarang dia sudah berhasil memancing emosi Eloisa. Dia akan membuat wanita itu menderita seperti penderitaan yang dia terima selama ini, yang disebabkan oleh wanita itu.

“Kau tahu kan kalau Victor lebih mencintaiku daripada dirimu yang sudah dipacarinya lama. Karena itulah dia lebih memilih menikahiku daripada dirimu yang kaku dan membosankan. Lihat, sekarang kami sedang menanti buah cinta kami yang kedua,” kata Susan sambil kembali mengelus perutnya. Dia terus menyebarkan bisanya untuk menyakiti Eloisa. Dia tahu kalau dulu Eloisa sangat mencintai Victor, dan menurutnya, temannya yang kaku itu sampai sekarang juga masih mencintai Viktor.

Eloisa menahan sakit di hatinya. Walaupun dia berusaha tidak peduli, tapi perkataan Susan menusuknya. Dia terus memasang wajah datar dan berlagak acuh walaupun hatinya sekarang berdarah-darah. Dia tidak tahu apa salahnya pada Susan, mengapa orang yang dia anggap sahabat sejak kecil itu begitu tega padanya? Seakan kurang sudah merusak acara pertunangannya dulu, sekarang wanita itu masih dengan sengaja menancapkan pisau di hatinya.

“Ah, maaf, aku hanya sibuk menceritakan kebahagiaanku sendiri. Bagaimana denganmu sendiri, Eloisa? Apakah sudah menemukan pengganti Victor?” tanya Susan manis. Dia tertawa dalam hatinya saat melihat tubuh Eloisa yang menegang. 

“Ah, maafkan aku yang tidak peka, padahal kamu sendirian ya ke rumah sakit ini? Maaf ya, harusnya aku tahu pasti sulit untukmu menemukan pria yang lebih baik dari Viktor. Apalagi untuk wanita kaku seperti dirimu!” lanjut Susan tanpa menunggu jawaban Eloisa. Dia sibuk bicara dan menjawab sendiri, terus menyebarkan bisanya, kalau bisa sampai wanita di depannya ini frustasi dan bunuh diri!

“Eloisa?” 

Panggilan itu membuat kedua wanita itu menoleh dan mereka melihat Victor berjalan menghampiri mereka.

“Kau sudah selesai mengambil obat, sayang?” tanya Susan manis pada suaminya.

Double sial! Ular betina belum kelar, sekarang muncul serigalanya! Rutuk Eloisa dalam hati. Eloisa hanya melirik sekilas pada pria yang pernah sangat dia cintai itu, lalu dia segera melangkah untuk menjauhi dua makhluk yang paling menjijikkan baginya. Dia harus segera menjauh dari dua orang yang dulu pernah sangat disayanginya, dan yang juga tega mengkhianatinya.

“Tunggu Eloisa!” panggil Victor. Dia segera menarik tangan Eloisa agar wanita itu tidak pergi.

“Lepaskan!” balas Eloisa ketus. Dia berusaha melepaskan pegangan tangan Victor, namun cengkraman pria itu malah semakin kencang.

“Tolong dengarkan aku,” pinta Victor dengan tatapan memohon. Jika dulu Victor menatapnya seperti itu, dia pasti luluh. Tapi itu dulu! Sekarang hanya kebencian dan rasa jijik yang dia rasakan saat akhirnya mereka bertemu lagi.

“Victor. Perutku sakit!” kata Susan, dia menarik tangan Victor yang satunya untuk mendapatkan perhatian pria itu. Viktor menoleh Susan lalu menarik kasar tangannya dari pegangan wanita itu.

“Jangan sentuh aku, jalang!” desis Victor. Dia menatap jijik pada Susan.

Eloisa tertegun melihat perlakuan Victor pada Susan. Dia bahkan lupa kalau tangannya masih dipegang Victor. Ada apa dengan mereka? Victor yang dia kenal tidak pernah berbicara kasar pada siapapun.

“Lepaskan tanganmu dari Eloisa atau akan kupatahkah tanganmu!” 

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status