Hati-hati, Bu, nanti terantuk kaca lagi. Sayang kalau kacanya sampai pecah!” goda Darren.
Eloisa mengerjap, keterpesonaan pada wajah tampan di depannya berubah menjadi kekesalan. Apa maksudnya? Gakpapa gitu kepalanya benjol asal kacanya tidak pecah?
Darren yang melihat wajah kesal Eloisa merasa gemas, dia menarik tangannya yang tadi memegangi kepala wanita itu, lalu mencubit hidung wanita itu.
“Makanya konsentrasi saat ditanya, Bu. Dimana alamat rumah Ibu?” tanya Darren lagi. Dia melirik gemas wanita di sampingnya yang ternyata sedang mendelik tajam menatapnya.
“Lama-lama kita menginap disini, loh, Bu.” gurau Darren sambil tertawa melihat wajah wanita itu. Jika wanita itu bermaksud mengintimidasi dirinya, sudah pasti wanita itu gagal. Ayah dan kakaknya jauh lebih menyeramkan saat sedang marah.
“Saya, sih, tidak masalah. Saya bisa tidur dimana saja. Apalagi, ditemani Bu Dosen cantik,” kata Darren terus menggoda Eloisa. Alisnya sekarang dinaik turunkan, senyum jail belum hilang dari bibirnya.
“Jalan Kenanga nomor enam belas!” jawab Eloisa ketus. Dia membuang muka, sekarang wajahnya menatap kaca jendela sebelahnya. Biarin sajalah, turuti saja maunya mahasiswa edan ini. Sejak tadi dia sudah bermaksud baik, tapi jika pria itu memaksa menyusahkan dirinya sendiri, ya, sudah!
“Nanti leher Ibu keseleo jika terus menoleh ke satu sisi, loh,” kata Darren usil sambil mulai menjalankan mobil itu. Dia masih terkekeh melihat kekesalan Eloisa. Sangat jarang ada wanita yang bisa marah padanya, jadi melihat dosennya ini kesal setengah mati itu benar-benar menghibur. Bukannya takut, dia malah merasa lucu. Tanpa mempedulikan Eloisa, Darren mulai bersenandung mengikuti lagu yang diputar di radio.
Eloisa mendelik lagi pada Darren. Kekesalannya sudah memuncak, mahasiswa edan ini sejak tadi terus meledek dan menertawakannya! Darren yang sedang mengemudi tidak menyadari kalau tangan Eloisa bergerak.
“Aduh!” seru Darren terkejut saat Eloisa mencubit pinggangnya, bukan cubitan genit, tapi cubitan ala guru sekolah. Bahkan pegangannya di kemudi sampai terlepas yang membuat mobil itu oleng ke arah kanan dan terdengar klakson dari arah depan.
“DARREN!” teriak Eloisa panik saat melihat truk yang hampir menabrak mereka.
TIIINNN
“DARREEENNN!” Eloisa kembali berteriak kali ini jauh lebih keras. Dia memejamkan matanya karena tidak sanggup melihat tabrakan yang akan terjadi di depan matanya.
Mendengar itu, Darren langsung memutar roda kemudi itu agar kembali ke jalan yang benar. Hampir saja mobil yang dia kendarai itu menabrak truk yang sedang melaju ke arahnya karena mobilnya yang oleng ke arah kanan yang merupakan jalan dari arah sebaliknya. Gila, itu tadi truk. Matilah gue kalau sampai ketabrak!
Deg deg deg
Jarang sekali jantung Darren berdebar secepat itu saat bersama wanita, pengecualian saat ini karena mereka hampir saja mati konyol! Dia langsung menepikan mobilnya dan bersiap mengomeli wanita pemarah di sampingnya yang tidak tahu waktu, tiba-tiba mencubitnya sekeras itu saat dia sedang mengemudi!
Namun begitu dia menoleh, wajah wanita itu sepucat kertas dan tubuhnya gemetar. Semua kalimat makian yang sudah di ujung lidah, sekarang tidak jadi keluar.
“Ma-maaf. A-aku tidak ...” Eloisa berkata terbata. Dia sangat syok melihat truk yang tadi hampir menabrak mobilnya. Dia hanya kesal dan bermaksud mencubit Darren agar berhenti tertawa, tapi pria itu malah terkejut dan melepas pegangannya pada roda kemudi.
Darren menarik kepala wanita itu ke bahunya, lalu membelai pelan punggung Eloisa hingga tubuh wanita itu berhenti gementar. Karena berada di kursi depan, dia tidak bisa memeluk wanita itu untuk menenangkannya. Dia menghela nafas, dia tidak tega kalau harus mengomeli wanita yang sudah gemetaran seperti ini.
“Sudah. Sudah. Yang penting kita tidak kenapa-napa. Mobilnya juga tidak lecet,” kata Darren mencoba melucu. Dia terus membelai punggung wanita itu. Dia menghidu aroma familiar dari rambut wanita itu dan mengerutkan kening. Aroma apel? Dia mencoba mengendus lagi dengan penasaran dan benar itu wangi apel. Itu wangi sampo apel yang dulu selalu dia gunakan, sampo anak-anak merk DiiDii.
Alisnya masih berkerut, namun senyum kembali terbit di bibirnya. Berapa usia wanita ini? Sepertinya belum ada tiga puluh. Tapi, apakah ada wanita dewasa yang masih menggunakan sampo anak-anak beraroma apel?
Darren dengan penasaran melihat ke sekeliling mobil dan benar saja. Ada sepasang bantal boneka hello kitty dan melody di kursi belakang dan beberapa boneka karakter sanrio dipajang di jendela belakang.
Darren lalu membayangkan dosennya ini memeluk boneka hello kitty dengan wajah datar dan tawanya menyembur. Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatapnya bingung.
“Tidak ada apa-apa, Bu. Lebih baik sekarang kita jalan, hari sudah mulai gelap,” kata Darren yang berusaha menahan tawanya dan langsung menyandarkan wanita itu di kursinya. Dia lalu mulai menjalankan mobil lagi. Lebih baik dia mengalihkan pikirannya dengan mengemudikan mobil daripada nanti tidak bisa berhenti tertawa.
Tidak ada yang berbicara lagi sepanjang perjalanan itu. Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka sampai di depan rumah Eloisa.
“Darren,” panggil Eloisa.
“Iya Bu,” jawab pria itu menoleh pada Eloisa.
“Itu … Bagaimana kalau ada bekas luka di pipimu?” tanya Eloisa khawatir.
“Hm, berarti Ibu harus bertanggung jawab!” jawab Darren santai. Dia sebenarnya tidak masalah. Tadi Dokter sudah bilang kalaupun berbekas hanyalah garis putih dan itu mudah ditutupi dengan make up. Namun, dia sekarang seakan mendapatkan cara untuk memuaskan rasa penasaran yang sejak tadi menggerogotinya.
“Iya,” jawab Eloisa.
“Eh, iya?” tanya Darren. Dia pikir dosennya ini akan komplain.
“Iya. Aku akan bertanggung jawab. Nanti aku akan membayarkan biaya bedah plastiknya,” jawab Eloisa serius. Darren terdiam agak lama karena mencerna perkataan Eloisa, lalu tawanya menyembur lagi saat menyadari maksud dosennya ini. Eloisa yang merasa tidak ada yang lucu mulai kesal lagi.
“Kurasa tidak ada yang lucu!” kata Eloisa jutek. Mendengar nada suara Eloisa membuat Darren terus tertawa. Jarang sekali dia terus tertawa saat bersama wanita.
“Aduh!” seru Darren. Dia langsung memegangi pinggangnya bagian kiri yang hari ini dua kali dicubit wanita di sampingnya.
“Bu El, jika mau membuat tanda di tubuhku, dengan bibir saja, jangan dengan tangan!” oceh Darren kesal. Cubitan wanita itu benar-benar sakit! Dia tidak menyadari kalau wanita di sebelahnya merona karena kalimat vulgarnya.
“Siapa suruh menertawakan orang terus!” sahut Eloisa jutek walaupun wajahnya merona. Untung saja sekarang sudah mulai gelap, jadi rona di wajahnya tidak terlihat jelas.
“Baiklah. Tadi Ibu mengatakan kalau Ibu mau bertanggung jawab, kan?” tanya Darren serius. Sudah tidak ada nada bercanda di suara itu.
“Ya, seperti yang tadi saya katakan, saya akan bayarkan biaya operasi plastiknya jika memang lukanya berbekas,” jawab Eloisa sama seriusnya.
“Saya tidak mau dalam bentuk operasi,” kata Darren. Walaupun dia ingin tertawa lagi saat mendengar kata ‘operasi plastik’, tapi dia harus menahannya. Sekarang dia harus bernegosiasi dengan baik.
“Jadi, kamu mau ganti rugi seperti apa?” tanya Eloisa. Alisnya mengerut bingung.
“Saya mau mencium Bu El lagi,” jawab Darren yang membuat Eloisa terbelalak. Eloisa baru mau menyemburkan amarahnya saat suara Darren terdengar lagi.
“Cuma satu kali lagi, Bu El. Ayolah, satu kali lagi dan aku tidak akan mengganggu Bu El lagi,” pinta Darren. Dia menunjukkan tatapan memohon yang sangat sulit ditolak wanita manapun kecuali ibunya yang sudah kebal.
“Kamu …!” Eloisa sampai kebingungan apa yang harus dia katakan karena terlalu terkejut. Kenapa pria ini sekarang mau terus menciumnya?
“Aku penasaran sekali kenapa bisa beda. Ya, ya, ya, Bu El …,” pinta Darren merayu.
“Beda?” Eloisa mengerutkan keningnya. Pria ini sedang membicarakan apa ya? Jangan-jangan tadi dia salah menangkap maksud pria ini.
“Iya beda. Kenapa rasanya beda saat aku mencium Ibu dengan mencium pacar-pacarku?” kata Darren jujur yang membuat Eloisa tercengang.
“Ka-kamu! Jadi, tadi kamu mencium saya lagi karena- karena ... merasa- merasa …,”
Eloisa tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena terlalu syok. Dan pria di depannya sekarang sedang mengangguk membenarkan apa yang dia pikirkan. Eloisa langsung menggelengkan kepalanya. Dasar gila! Dia tidak mau disamakan dengan pacar-pacarnya si buaya!
“Kamu gila! Jadi kamu akan terus mencium saya kalau tetap merasa berbeda?” Eloisa menatap horor pada buaya darat di depannya ini. Berapa banyak wanita yang sudah dicium pria ini hingga merasa semua ciuman sama saja? Eloisa memundurkan dirinya hingga punggungnya menempel pada kaca jendela.
“Satu kali lagi saja, Bu. Setelah itu tidak akan lagi. Ya, ya, ya,” jawab Darren dengan tatapan memohon yang biasanya ampuh pada wanita dari segala usia. Sayang beribu sayang, Eloisa berbeda dari wanita kebanyakan. Wanita itu masih menatapnya seakan dia hantu.
“Suer,” kata Darren lagi mencoba menyakinkan dan Eloisa masih menggeleng horor.
Setelah keheningan beberapa saat, Darren merasa dia tidak bisa menyakinkan Eloisa, akhirnya Darren menghela nafas dan membuka pintu mobil itu.
“Baiklah, saya pulang saja. Cepat masuk ke rumah, Bu El, sekarang sudah malam.” kata Darren sebelum menutup pintu itu.
Entah bagaimana sekarang Darren sudah memiliki panggilan khusus untuk Eloisa, Bu El. Dan dalam hati, Eloisa juga sudah memiliki panggilan khusus untuk Darren, buaya!
****
Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya Eloisa keluar dari mobilnya. Dia melirik ke kiri dan kanan, takut mahasiswanya itu masih berkeliaran di dekat rumahnya. Entah apa yang dia takutkan? Kalau takut dicium paksa lagi, sebenarnya lebih mudah saat pria itu berada di mobilnya. Hanya saja, dia merasa tidak aman.Begitu keluar dari mobilnya, Eloisa langsung berlari masuk ke rumahnya dan menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Tidak jauh dari rumahnya, Darren masih memperhatikan rumah Eloisa. Dia melihat wanita itu masuk ke rumahnya dan tidak lama terlihat lampu menyala dari jendela yang memiliki balkon di lantai dua, berarti disanalah kamar wanita itu. Dia harus memastikan kalau wanita itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Seburuk-buruknya sikapnya, ibunya selalu mengajarkannya untuk bertanggung jawab. Jika dia mengantarkan wanita pulang, jadi, dia akan memastikan kalau wanita itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Setelahnya, dia baru akan pulang ke rumahnya atau ke tempat
“Aduh!” keluh Eloisa. Dia lalu melihat banyak mahasiswi yang berdiri mengelilingi dirinya. Dia mengenali beberapa mahasiswi yang pernah masuk kelasnya. Dia langsung berdiri dan memasang ekspresi dinginnya.“Ada apa ini?” tanyanya kaku sambil memelototi para mahasiswi itu, mencoba mengingat nama mereka.“Tidak ada yang boleh melangkahi Darren Club. Jangan berpikir karena Anda seorang Dosen, maka Anda bisa seenaknya merayu Darren!” kata salah satu mahasiswi yang tidak dia kenal.“Merayu Darren?” ulang Eloisa. Dia tercengang. Siapa yang merayu siapa disini?!“Jangan berlagak bodoh! Aku melihatmu turun bergandengan tangan dengan Darren setelah kalian berciuman!” tuduh Clara sambil menunjuk Eloisa. Eloisa sebenarnya tidak mengenal wanita itu, tapi dia mengenali suara wanita itu. Wanita yang diputuskan si buaya di rooftop.“Kalian salah sangka. Bukan seperti itu kejadiannya!” bantah Eloisa. Dengan horor Eloisa berpikir kalau semua wanita ini adalah pacar si buaya dan dia akan dikeroyok. Tid
Tidak lama kemudian, Pak Darius kembali, pria itu langsung membuka pintu klinik dan menyalakan lampu. Dengan penerangan yang cukup, matan Eloisa bisa melihat dengan lebih baik. Matanya memiliki kelainan sejak kecil, sejak di sekolah dasar dia sudah memakai kacamata plus, bukan minus. Jadi, dia bisa melihat jelas objek yang jaraknya jauh, tapi, tidak bisa melihat jelas objek yang jaraknya dekat. Apalagi saat penerangan kurang, matanya semakin sulit untuk melihat tanpa kacamata yang dibuat khusus sesuai kebutuhannya. Kekurangannya itu membuat inderanya yang lain lebih tajam. Telinganya bisa mendengar suara dari jarak cukup jauh dan cepat mengenalinya, termasuk mengenali suara orang lain. Dengan beberapa kali mendengar suara orang yang sama, dia akan langsung mengenali orang itu walaupun mereka tidak sedang berhadapan.Darius membantu wanita di depannya untuk duduk dan mulai membuka laci dan rak untuk mencari antiseptik untuk membersihkan luka. Setelah menemukan yang dia cari, dia segera
“Dia tidak mendatangi ayah dan kak Darius untuk meminta pertanggungjawaban karena mengaku kuhamili, kan?” Darren menyuarakan rasa penasarannya. Mereka sudah terbiasa dengan wanita yang tiba-tiba datang ke rumah dan mengaku dihamili oleh Darren. Jadi, dari sepuluh kali Darren duduk di kursi pesakitan keluarganya ini, minimal delapan kalinya berurusan dengan wanita.“Tidak. Namun tadi aku melihat dia dirudung oleh segerombolan mahasiswi yang sebagian dari mereka pernah kudengar namanya kau sebutkan,” jawab Darius dan Darren langsung memucat. Dan ekspresinya tentu saja terlihat jelas oleh keluarganya, yang berarti dia memang melakukan salah. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ayahnya lagi. Pertanyaan Ayahnya membuat Darren tidak jadi bertanya mengenai kondisi Eloisa pada kakaknya. Sekarang dia melirik semua orang yang ada disana, dari Kakaknya, ke Ayahnya, lalu ke Ibunya. Masa dia harus mengaku kalau dia salah mencium orang? Dosen pula!“Darren!” panggil Rosaline setelah sekian lama k
“Sekarang cepat katakan keperluanmu, lalu segera pergi!” perintah Eloisa ketus begitu kaki pria itu menapak di lantai kamarnya. Dia kesal sekali pada buaya di depannya ini. Hal buruk yang terjadi padanya beberapa hari ini adalah karena si buaya. Dan sekarang, saat dia mau beristirahat saja masih di ganggu si buaya!Bukannya menjawab, Darren malah berjalan keliling kamar itu.“Eh, ngapain kamu?” tanya Eloisa dengan nada tidak suka sambil mengejar Darren.“Saya ingin menyalakan lampu. Dimana saklar lampunya?” tanya Darren.“Untuk apa? Cepat katakan keperluanmu, lalu segera pergi dari sini!” usir Eloisa untuk kesekian kalinya.Akhirnya Darren menemukan saklar lampu dan menyalakannya. Tatapannya sekarang terpaku pada Eloisa yang menatapnya tajam. Wanita itu menggunakan baju tidur dengan gambar hello kitty besar di tengah, rambutnya terurai dan wanita itu menggunakan kacamata dengan lensa bulat besar. Kemarin dia berpikir kalau akan lucu jika melihat dosennya ini memeluk boneka hello kitt
Betapa terkejutnya Eloisa saat keluar dari rumahnya dan menemukan mobil Pak Darius disana. Belum selesai keterkejutannya, kaca jendela mobil itu terbuka dan dia melihat orang yang paling tidak ingin dia lihat setelah mantan pacarnya dan istrinya itu!“Selamat pagi, Bu El.” sapa Darren dari kursi sebelah pengemudi. Dia tertawa melihat dosennya itu membelalakkan matanya.Eloisa menghentikan lidahnya yang sudah siap memaki si buaya saat melihat Pak Darius yang berada di kursi pengemudi.“Masuklah, Bu Eloisa. Saya akan mengantar anda ke kampus. Mobil anda kemarin ditinggal di kampus,” kata Darius. Eloisa mengerjap bingung, rasanya dia tidak membuat janji untuk dijemput semalam?“Ayo Bu El. Nanti kita terlambat!” kata Darren lagi saat melihat Eloisa masih belum bergerak dari tempatnya berdiri.Akhirnya Eloisa beranjak dari tempatnya dan masuk ke pintu penumpang bagian belakang mobil. Setelah duduk dengan nyaman, dia menyapa Darius.“Selamat pagi, Pak Darius,” sapanya sopan.“Selamat pagi,
Darius menghampiri Eloisa yang masih menatap horor pada Clara. Sepertinya wanita itu agak syok. Gadis-gadis di sekitar Darren memang bisa menjadi brutal setelah diputuskan adiknya itu. “Anda tidak apa-apa, Bu Eloisa?” tanya Darius. Dia menyentuh pundak Eloisa karena mata wanita itu masih fokus pada Clara. Eloisa tersentak karena sentuhan itu dan langsung menoleh pada Darius.“I-iya Pak Darius. Saya tidak apa-apa. Ha-hanya sedikit terkejut,” jawab Eloisa terbata. Perkataannya tidak sesuai dengan wajahnya yang sudah pucat.“Kembali ke tempatmu, Clara Suyanti!” perintah Darius dan dengan terpaksa gadis itu menurut, berjalan kembali ke tempat dirinya tadi berdiri. Di saat bersamaan, terdengar pintu diketuk dan Dokter Sofi masuk ke ruangan.“Anda memanggil saya, Profesor?” tanya Dokter Safi pada Profesor Adianto yang baru saja mengirimkan pesan padanya untuk datang ke ruangan ini.“Iya, Dokter Sofi. Saya ingin bertanya, apakah minggu lalu Bu Eloisa dan Darren datang ke klinik?” tanya Adia
Neni yang merupakan bagian dari admin Darren Club yang ikut merundung Eloisa sekarang sedang menunduk bersama delapan belas anggota Darren Club lain yang tadi juga mendapatkan hukuman skorsing.Kedelapan belas anggota aktif yang merupakan pacar dan mantan pacar edisi kemarin-kemarinnya Darren ini sedang menghadapi sidang dari admin Darren Club saat Darren masuk ke dalam ruang clubnya itu.Dia menatap marah ke sembilan belas wanita yang membuatnya menerima hukuman yang paling dia benci. Dia adalah orang yang menyukai kebebasan dan tidak suka mengurusi orang lain. Sekarang dia harus menjadi asisten Dosen dan lebih parahnya, asisten Dosen Kakaknya. Kakaknya itu perfeksionis, dan itu benar-benar menyulitkan untuk dirinya yang suka mengerjakan apapun secara asal jika sedang malas.“Saya minta klub ini ditutup per hari ini!” perintah Darren.Semua admin dan anggota Darren Club langsung pucat, sebagian dari mereka bahkan tanpa sadar memekik tidak terima, namun mereka tidak berani membantah s