Semua mata tertuju pada ketiga orang yang sedang mengalami pertikaian. Sandrina mengepalkan tangan dan menatap tajam pada Clara. Beberapa sorot mata menatap iba pada Sandrina, tapi mereka hanya diam dan menonton aksi Clara. Michael sebagai penengah, cukup merasa kesulitan menghentikan Clara yang terus menyerang Sandrina. Awalnya Sandrina hanya diam saja saat Clara menyiram jus alpukat pada wajahnya. Akan tetapi saat Clara hendak melakukannya lagi, dengan cepat Sandrina menepis tangan Clara dan alhasil baju Michael pun ikut ternodai. Sontak saja Michael melebarkan kedua matanya dan menatap kaget sekaligus kesal. Namun, tentu saja dia tidak bisa marah pada Sandrina karena ini semua ulah kekasihnya sendiri yaitu Clara."Cukup! Lebih baik kalian pergi dari sini sebelum aku seret ke kantor polisi!" bentak Sandrina dengan tatapan tajam dan penuh api kemarahan."Wow, sok berkuasa sekali. Hei, kalian! Wanita ini adalah mantan istri kekasihku ini. Dia bercerai karena tahu bahwa—" Clara belum
Seperti dugaan Sandrina kemarin, rumah makannya hari ini benar-benar ramai oleh pengunjung. Ada yang sudah sering datang ke sana, ada yang baru beberapa kali, dan ada juga yang baru menginjakkan kaki ke tempat itu. Sebagian mungkin karena penasaran dengan rasa dan kualitas rumah makan baru milik Sandrina itu. Namun, sepertinya yang lebih utama adalah orang-orang yang kepo pada Sandrina akibat kejadian viral kemarin. Sandrina saat ini sedang menghadapi beberapa konten kreator dan blogger. Banyak di antara mereka membuat konten di sana. Sandrina tidak marah atau melarang, dia justru merasa senang karena hal itu akan sangat menguntungkan baginya. Setelah ini, rumah makannya mungkin akan semakin dikenal banyak orang. "Saya tidak ada hubungan apapun dengan mereka. Terlebih saat saya memilih untuk mengikhlaskan mantan suami saya direbut oleh wanita itu," ucap Sandrina di depan kamera. "Oh, jadi dia mantan suami Mbak? Dengar-dengar, dia pemilik perusahaan sepatu terbesar di kota ini?" tan
Malam ini kedua orang tua Hurraim sudah berada di sebuah restoran mewah bersama Naima dan Kakeknya. Naima adalah gadis yatim piatu yang tinggal bersama Kakek dan neneknya. Namun, neneknya pun sudah lama meninggal dunia. Sekarang, Naima hanya hidup bersama sang Kakek yang sudah seperti pahlawan baginya. Kakek Naima sendiri bersahabat baik dengan kakek Hurraim. Sejak dulu, mereka saling bekerja sama untuk mengembangkan bisnis masing-masing. Kakek Hurraim ingin menikahkan cucunya dengan cucu sahabatnya, agar persahabatan mereka selalu terikat hingga generasi ke generasi yang akan datang. "Di mana Hurraim? Apakah dia tidak bersedia datang?" tanya Kakek Naima yang tampak heran.Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangan Hurraim, tapi Hurraim belum juga sampai. Naima sedikit canggung sekaligus tidak percaya diri. Dari awal, dia merasa jika Hurraim tidak akan mau dijodohkan dengannya. Namun, Naima sudah terlanjur menyukai Hurraim dan berharap mereka akan benar-benar menikah."Dia pa
Sandrina menolehkan wajahnya ke arah datangnya suara. Saat air matanya mengalir dengan deras membasahi pipi, suara misterius itu seolah seperti menarik kembali air mata itu. Perlahan dia mengamati siluet hitam tinggi yang tak jauh darinya. Semerbak parfum maskulin menusuk masuk ke dalam indera penciumannya. Sandrina merasa heran sekaligus penasaran. Dia juga sedikit malu karena tadi sempat mengoceh dan menangis sendiri. Apakah lelaki itu mendengar semua ocehannya? Begitu pikir Sandrina."Kamu!" ucap Sandrina saat dia melihat wajah tampan Hurraim. Hurraim menatap datar dan sedikit menyipitkan mata. Sudah dia duga tadi bahwa seperti pernah mendengar suara wanita itu. Benar saja, sekarang Hurraim sudah tahu siapa sosok wanita yang menangis di sana."Lanjutkan. Aku tidak bermaksud mengganggu," ucap Hurraim yang kemudian menyadarkan tubuhnya pada pohon besar di sana. Sandrina mendelikan matanya dan menatap jengah. Bagaimana dia mau melanjutkan, sedangkan di sana sudah ada sosok lelaki ya
"Apa yang kamu inginkan?" teriak Sandrina saat dia diseret keluar oleh pria misterius itu. Pria itu hanya diam saja, tapi tangannya meraih tangan Sandrina dan menariknya dengan kasar. Sontak saja Sandrina memekik kesakitan sekaligus tegang. Dia tidak tahu apa yang lelaki itu inginkan, tapi hatinya yakin bahwa lelaki itu akan melukainya. "Lepaskan! Aku harus pergi sekarang. Katakan, apa yang kamu inginkan?" teriak Sandrina lagi. Kakinya berusaha keras menahan tubuh agar tidak terbawa oleh lelaki itu. "Masuk!" perintah lelaki itu dengan suara dingin dan tatapan tajam."Tidak! Ambil mobilku jika kamu mau. Tapi jangan bawa aku," ucap Sandrina yang masih memiliki keberanian tinggi saat ini. Lelaki itu tidak menjawab. Namun, sekarang dia berjalan ke arah mobil Sandrina lalu menusuk ban mobil menggunakan benda tajam. Sontak saja hal itu membuat Sandrina terbelalak kaget. Tentu saja dia tidak mengerti kenapa lelaki itu tiba-tiba merusak mobilnya. "Kurang ajar! Kamu apakan mobilku?" benta
"Clara, hentikan!" teriak Michael dengan sorot mata yang berkilat marah. Sontak saja Clara menurunkan tangannya dan menatap sengit pada Michael. Dia sungguh tidak menyangka jika Michael akan datang ke sana. Padahal, Clara tidak memberitahu keberadaannya pada Michael. Kalau seperti ini, gagal sudah rencana Clara untuk melukai Sandrina. Michael berjalan cepat dengan ekspresi kaget sekaligus cemas. Dia begitu panik saat mengetahui Clara menyekap Sandrina. Tentu saja Michael takut Clara akan melukai mantan istrinya itu. Meskipun dia berusaha untuk membenci dan melupakan Sandrina, tapi sampai saat ini Michael tidak bisa melakukannya. "Michael! Syukurlah kamu datang. Jalang ini mau melukaiku," adu Sandrina dengan ekspresi tegang. Saat Michael datang dan menghentikan aksi Clara, Sandrina bisa bernapas dengan lega. "Sayang, kenapa kamu ke sini?" tanya Clara dengan ekspresi herannya. Alih-alih menjawab pertanyaan Clara, Michael justru mendekati Sandrina lalu berusaha melepas ikatannya. "S
Sandrina mengacak rambutnya frustrasi. Tangisnya meledak memenuhi ruangan tempat tidurnya. Raut wajah tertekan dan penuh amarah kini terpancar di pantulan cermin itu. Sandrina tidak menyangka jika Clara akan merusak rambut yang selama ini ia rawat. Rambut panjang itu, adalah salah satu yang membuat Michael jatuh cinta padanya. Selama ini, Sandrina selalu merawat dengan baik rambut indahnya itu. Selain karena ia suka dengan gaya rambut panjang lurusnya, Sandrina juga merasa terlihat cantik dengan rambutnya itu. "Dia sengaja merusak rambutku agar aku terlihat buruk seperti ini!" pekik Sandrina dengan amarah yang meledak-ledak. Sudah satu jam lebih Sandrina menangis di kamarnya. Hari ini dia bahkan tidak pergi ke rumah makan miliknya. Padahal sejak tadi ponselnya terus berdering. Karyawati yang kerja di sana sepertinya sedang membutuhkan Sandrina. Namun, apa yang menimpanya hari ini jelas membuat Sandrina tidak mood dan merasa hancur. Dia juga sangat malu untuk keluar rumah dengan kead
Setelah tiga hari Sandrina kehilangan mood dan semangatnya ke rumah makan, akhirnya hari ini dia kembali bangkit. Sandrina berjalan cepat tapi tetap anggun. Janda cantik itu tersenyum kepada para karyawan dan karyawati yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya. "Wah, Ibu rambutnya gaya baru, nih," goda seorang karyawati saat melihat rambut Sandrina yang berbeda dari biasanya. Sandrina tersenyum simpul. Ia pun mengangguk lalu mengibaskan rambut barunya itu. "Tidak cocok, ya?" Ia bertanya sedikit resah. "Cocok kok, Bu. Malah cantik banget," jawab karyawati jujur. Ya! Sandrina kini telah memakai rambut palsu di kepalanya. Awalnya Sandrina menolak saat sang ibu menyuruhnya memakai rambut palsu itu, karena dia merasa kurang percaya diri dan seperti tidak biasa dengan gaya rambut baru selain lurus. Kali ini, Sandrina berubah penampilan. Tanpa disangka, dia ternyata sangat cocok dan begitu cantik dengan rambut curly panjang berwana kecokelatan. "Terima kasih. Yuk kita mulai a
Michael menatap nyalang. Sekarang dia benar-benar kesal dan tak habis pikir pada mantan istrinya itu. Sial sekali dia bertemu dengan wanita yang telah menghancurkan seluruh hidupnya. "Apa yang kamu lakukan? Keluar!" bentak Michael dengan tampang penuh emosi. Clara menatap setengah sinis, tapi sepertinya dia sedang mengincar sesuatu dari Michael. Beberapa hari ini Clara baru mengetahui perihal bisnis dan kebangkitan Michael. Wanita licik dan jahat seperti Clara pasti tidak akan puas dan tidak punya malu. Dia bahkan kembali mendekati Michael karena merasa jika Michael telah kembali jaya. "Nggak mau. Aku mau ikut sama kamu." Clara bicara ketus. Dia memalingkan wajah dan seolah tidak peduli pada raut wajah Michael saat ini. "Sudah gila ya kamu!" Michael bicara dengan nada tinggi. "Turun sekarang juga. Aku tidak sudi pergi denganmu. Sekarang aku tidak ingin lagi mengenal kamu, Clara. Lebih baik kamu turun dan jangan menggangguku!" Kemudian dia membuka pintu dan mendorong tubuh Clara de
"Aku berjanji akan menikahi kamu. Menjadikan kamu wanita satu-satunya dalam hidupku. Aku akan tetap menemani di dalam susah maupun senang. Sandrina, maukah kamu menjadi istriku? Belahan jiwaku. Penyejuk hatiku?" ucap Hurraim sebelum benar-benar memasangkan cincin di jari manis Sandrina. Sandrina nyaris menangis. Kedua bola mata sudah mulai berkaca-kaca. Wanita cantik itu menutupi mulutnya, agar tangisan tidak pecah saat itu juga. Sepersekian detik kemudian, Sandrina mengangguk pelan. "Ya. Aku mau menjadi istrimu. Menjadi belahan jiwamu. Menjadi penyejuk hatimu. Aku akan tetap setia padamu. Menemani dalam suka maupun duka," jawab Sandrina dengan suara yang bergetar menahan tangis. Cincin pun dipasangkan. Semua orang menatap penuh haru dan bahagia. Dua insan sedang mengikat cinta. Setelah ini, perjalan mereka akan terus dilakukan. "Kita beri tepuk tangan yang meriah!" ucap MC dengan penuh gembira. Prok prok prok!Sorak sorai tepuk tangan menggema di rumah itu. Semua orang bahagia.
Hari demi hari terus berlalu. Seperti yang Hurraim katakan pada Sandrina, bahwa dia akan datang ke rumah Sandrina untuk melamar. Maka pada hari ini juga, Hurraim beserta kedua orang tua dan Kakeknya datang ke kediaman Sandrina. Hari yang Sandrina dan Hurraim tunggu-tunggu. Mereka akan segera melaksanakan lamaran. Segala persiapan sudah dilakukan. Sandrina tampak cantik mengenakan kebaya modern dan riasan natural di wajahnya. "Apakah kamu sudah siap?" tanya Marlinda. Sandrina tersenyum hangat. "Sudah, Bu. Ini akan menjadi moment terindah sebelum kami menikah.""Kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga saja kalian berjodoh sampai kakek nenek," ucap sang ayah. "Aamiin. Semoga seperti ayah dan ibu. Selalu saling setia dan mampu memaafkan setiap kesalahan yang diperbuat," balas Sandrina. Padahal ini bukan pengalaman pertama bagi Sandrina, sebelum mengenal Hurraim, tentunya dia sudah pernah menikah dan melakukan sesi lamaran. Akan tetapi, kali ini rasanya sungguh berbeda. Sandrina san
"Loe la loe loe!" semprot Hurraim sembari menatap tajam. Michael menatap tak habis pikir. Sekarang dia benar-benar kebingungan. Kenapa bisa ada Hurraim di rumah ini? Tentu saja Michael tidak tahu kalau Hurraim adalah kakak tirinya. "Loe ngapain di sini?" tanya Michael dengan ekspresi galak. "Ini rumah bokap dan nyokap gue. Loe mau apa!" jawab Hurraim nyolot. "Apa!?" Sontak saja Michael melebarkan kedua mata dan menatap setengah tidak percaya. "Kamu pasti kaget. Tapi memang inilah kenyataannya. Kamu dan Hurraim adalah kakak beradik. Jadi, berusahalah untuk tetap akur dan jangan saling menjatuhkan satu sama lain," imbuh Pristilla yang tampak menekan setiap ucapannya. "Astaga! Jadi, loe anak papi gue?" tanya Michael yang masih sulit percaya. "Ya. Kenapa emangnya? Loe nggak terima!?" sosor Hurraim."Ya Tuhan, ini benar-benar sulit dipercaya," desis Michael sembari mengacak rambutnya asal. "Michael, bersikaplah yang baik dan jangan pernah ungkit masa lalu kamu dengan Sandrina. Kare
Hari demi hari terus berlalu. Sandrina telah menjalani hubungan dengan Hurraim secara manis dan penuh cinta. Tidak ada lagi Naima atau wanita mana pun yang mengganggu hubungan mereka. Hurraim juga sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Mulanya memang tidak mudah, tapi Hurraim terus mencoba dan berusaha. Alhasil, Pristilla pun mulai membuka hati dan menerima takdir bahwa putranya sangat mencintai Sandrina. "Papi, Kak Michael sudah datang!" teriak Eleanor. Dia tampak antusias menyambut kedatangan kakak kandungnya. Michael tampak sedikit canggung. Baru kali ini dia datang ke rumah papi dan bundanya. Michael juga belum pernah bertemu dengan sang bunda, maka hal itu akan membuatnya semakin canggung dan sedikit malu. Bagaimana reaksi Michael saat tahu sosok putra tiri papinya?"Selamat datang, Michael. Dari tadi kamu tunggu-tunggu," ucap Fery yang baru saja turun tangga. "Tadi ada kegiatan yang padat, Pi. Maklumlah, baru mau mulai usaha lagi," kata Michael dengan santai. Sekar
Hurraim mengangguk. Dia ikut tersenyum simpul mendengar pertanyaan adik tirinya itu. "Selamat, kamu pasti pusing dan kaget. Akhirnya kamu dan Sandrina tetap akan menjadi keluarga.""Ya ampun. Ini sih kabar bahagia buat aku," seru Eleanor. "Kamu menyukai Kak San?" tanya Hurraim. "Tentu saja. Kak San wanita yang baik dan positif vibes," jawab Eleanor. "Maka belajar banyaklah padanya," ucap Hurraim yang kemudian melangkahkan kakinya. Eleanor tersenyum samar. "Ternyata Kak San bisa dapatkan pria yang jauh lebih baik dari Kak Michael, Pi." Ia bicara pada sang Papi. "Semua tergantung kualitas diri, sayang. Makanya kamu kalau mau punya suami yang baik dan positif, kamu harus jadi pribadi yang baik. Jodoh itu ibarat cerminan diri," tutur Fery dengan jelas tapi lembut. Eleanor mengangguk singkat. "Semoga aja, Pi. Tapi Ele masih muda. Ele belum mikirin jodoh. Hehe.""Papi juga nggak akan izinin kamu nikah muda, sayang. Kalau karier dan mentalmu sudah mapan, baru boleh menikah," ujar Fery
Setelah berbelanja banyak keperluan untuk menetap di kediaman sang papi, Eleanor pun kini telah sampai di rumah besar milik papi dan Bunda tirinya. Ternyata Pristilla bukanlah sosok ibu tiri yang jahat. Pristilla sangat baik dan memanjakan Eleanor. Mungkin karena dia benar-benar menyayangi Eleanor dengan tulus seperti dia menyayangi ayahnya. Selain itu, Pristilla juga memang sudah lama menginginkan anak perempuan. Sebenarnya bisa saja dia mengadopsi anak, tapi Fery sering melarangnya. Mungkin inilah hikmah di balik semua itu. Pada akhirnya Pristilla benar-benar punya anak perempuan dan itu adalah anak kandung suaminya. "Bagaimana perasaan kamu, sayang? Ini rumah kami, dan mulai sekarang menjadi rumahmu juga," ucap Fery dengan lembut. "Jangan sungkan-sungkan ya, Ele. Di sini kamu bisa melakukan apa saja. Banyak Mbak-mbak yang bisa bantu kamu melakukan apapun," timpal Pristilla. Eleanor tersenyum hangat lantas mengangguk singkat. "Ele senang banget, Papi. Makasih ya, Pi, Bun, karena
Hurraim membawa Sandrina ke danau miliknya. Tentu saja dia harus bicara dengan kekasihnya itu. Mungkin saja Sandrina salah paham dan bisa jadi marah padanya. Selain itu, Hurraim juga harus menenangkan dan memperbaiki perasaan Sandrina. Sudah terlanjut dipermalukan di depan umum, Sandrina pasti sangat merasa kesal dan tidak terima. "Sayang, aku minta maaf atas kejadian ini," ucap Hurraim dengan nada lembut. Sandrina membuang napas kasar. Wajahnya berekspresi marah. Cemberut dan menatap tajam. "Kenapa kamu yang minta maaf? Apakah sepenting itu dia di hidupmu? Kamu mewakilinya?" Sandrina bicara dengan nada ketus. Tatapannya berubah dingin, sepertinya dia memang kesal dan kecewa.Hurraim menggeleng cepat. Kemudian dia meraih tangan kekasihnya dan menggenggam secara lembut. "Bukan begitu, sayang. Aku minta maaf karena saat kejadian aku tidak ada di sampingmu. Dan aku nggak menghandle perempuan itu lebih awal. Atas kejadian ini, aku yakin kamu pasti marah. Aku benar-benar minta maaf, say
"Bos, ada keributan di kantor," lapor Bastian pada Bosnya—Hurraim. Hurraim mengerutkan dahi. Dia sama sekali tidak tahu kalau Naima datang ke perusahaan untuk melabrak Sandrina. Sekarang, Hurraim pasti akan terkejut mendengar kabar ini. "Apa yang terjadi?" tanya Hurraim. "Nona Naima datang ke kantor dan melabrak Bu San. Dia membuat semua orang berkumpul dan mencoba mempermalukan Bu San," jawab Bastian yang sukses membuat Hurraim terperanjat kaget dan benar-benar marah. Ponsel yang digenggam itu tiba-tiba saja Hurraim remas dengan kuat dan kasar. Inilah yang Hurraim takutkan. Dia takut Naima akan menemui Sandrina dan berkata yang macam-macam. Salahnya juga tidak bicara jujur dari awal pada Sandrina bahwa dia sempat bertunangan dengan Naima. "Segera antar aku ke sana! Jangan sampai lolos wanita playing victim itu!" perintah Hurraim. Sekarang jantungnya berdetak kencang. Kemarahan sudah berada di atas kepalanya. Bastian mengangguk sigap. Kemudian dia pun segera menancap gas dengan