Yang dibilang Aleandra bener sih, ngapain punya istri kalau enggak dipake, mana pengantin baru pula😂 haduh Aryesta diminta jangan pake bra sama suami tuh. Kira-kira nurut gak, yah 🤭🤭
Mata Aryesta melebar sempurna ketika suaminya menyuruh dirinya untuk melakukan hal itu.Ya Tuhan, apakah di dalam otak Aleandra hanya ada seputaran hubungan nganu saja, sampai-sampai permintaannya pun tak akan jauh-jauh dari hal berbau adegan panas di atas ranjang.Menyuruhnya untuk melepas bra selama seminggu, tentu saja agar Aleandra mudah meremasnya, kan?Hah!Dasar laki-laki mesum!Aryesta terus saja menggerundal di dalam hatinya, dan memicingkan matanya hingga menyipit ke arah Aleandra, yang justru terlihat sangat santai."Aku enggak mau lakuin hal gila itu, yah!" Tentu saja Aryesta menolaknya.Idih!Bagaimana pula rasanya seharian tanpa pakaian dalam, bisa kegelian sendiri dia."Ya udahlah kalau nolak, kayaknya kamu lebih suka enggak pakai baju sekalian deh. Itu malah lebih bagus, kan?" goda Aleandra dengan kedua alis naik turun, yang semakin terlihat menyebalkan di mata istrinya.Bisa-bisanya laki-laki tak tahu diri ini justru meminta hal yang jauh lebih gila lagi.Dasar setan!
"Dasar maniak ranjang!" cibir Aryesta yang baru saja selesai memuaskan hasrat gila suaminya."Bisa-bisanya kami main sampe jam sepuluh pagi gini!""Dia sih enak tinggal tidur sama istirahat, lah aku harus pergi nemuin Mas Dion. Padahal kan, kaki aku juga lemes banget!"Aryesta menggeram gemas dan menatap Aleandra yang sedang tertidur pulas.Sementara dirinya sudah mandi dan siap dengan pakaian santainya untuk pergi.Menoleh sekali lagi pada suaminya, lalu Aryesta melangkah keluar dari apartemen tersebut menuju sebuah cafe yang jaraknya tak jauh dari sana.Sungguh tubuh Aryesta seolah hampir mati rasa, atau lebih tepatnya kecapekan karena terus-terusan dihajar sang suami.Jika bukan karena ingin mengerjai mantan suami bodohnya itu, mana mungkin dirinya mau keluar apartemen dalam kondisi tubuh kurang bertenaga."Kalau dia enggak ngancem, aku juga ogah turun ke bawah. Mana kalau enggak sekarang dia enggak bakalan ngasih izin lain kali," gerutu Aryesta yang kakinya sudah memasuki cafe.Ya
"Sebelum kamu nikahin adik tiriku, baiknya kamu pikirin lagi deh. Dan tanya sebenernya dia hamil anak siapa, jangan sampai kamu kena tipu lagi." Aryesta tersenyum kecil melihat Dion yang mematung.Kemudian perempuan itu bangkit dan mengambil ponselnya, dan berbisik, "For your information, kalau aku masih perawan saat malam pertama bareng Mas Al tadi malam."Usai mengatakan hal tersebut Aryesta beranjak pergi karena merasa telah berhasil membuat mantan suaminya dilanda kegalauan.Mampus!Mang enak!Siapa suruh dia menyepelekan Aryesta di saat malam pertama pernikahan mereka. Sampai melakukan kekerasan dalam rumah tangga pula.Aryesta tak bisa melupakan semua penghinaan yang Dion katakan padanya di malam kelam itu.Masa bodo jika adik tirinya mengandung anak Dion atau orang lain, tetapi apakah mungkin jika anak yang ada di dalam kandungan Dinda milik Aleandra?Seketika itu juga jantung Aryesta berdebar kencang dan terasa mencelos karena membayangkan tubuh suaminya dijamah adik tirinya.M
Tanpa aba-aba, perempuan cantik berambut pirang itu langsung menerobos masuk, dan memeluk tubuh kekar laki-laki di hadapannya yang berniat menyambut kedatangan sang istri.Aleandra masih mengumpulkan nyawanya, belum bisa memahami apa yang sedang terjadi padanya. Apalagi dia baru saja bangun tidur dan hendak keluar, tiba-tiba ada yang memeluknya erat seperti ini.Wajah cengo Aleandra membuat Aryesta mencebikan bibir kesal, dan menyelonong masuk dengan sedikit menyenggol tubuh Aleandra, serta Luna yang masih berpelukan itu. "Sayang ... kamu ke mana aja, sih? Aku kangen banget loh sama kamu!" ucap Luna dengan suara yang manja, tetapi terdengar begitu menjijikkan di telinga Aryesta.Saat itu juga kesadaran Aleandra mulai pulih, dan mendorong tubuh Luna hingga terhuyung ke belakang dan nyaris terjatuh. "Sayang! Kamu, kok—""Diam!" sentak Aleandra yang merasa murka luar biasa pada perempuan tak beradab itu.Spontan saja hal tersebut membuat Luna mematung di tempatnya karena terkejut disent
Aleandra menyeringai saat bibir keduanya bertemu."Udah aku bilang kan, kalau aku enggak mau ada pengganggu?" bisik Aleandra dengan bibir keduanya yang saling menempel.Seketika itu juga Aryesta membuka matanya dan mendelik tak suka pada suaminya.Refleks wajah Aryesta mundur dan ingatannya masih sangat jelas ketika sang suami tak memberikan pembelaan apa pun tadi.Melihat Aryesta yang hanya diam saja, tentu saja Aleandra bingung. Karena tak biasanya Aryesta merapatkan bibirnya, tanpa banyak membantah.Padahal selama ini perempuan itu selalu saja membantah apa pun yang keluar dari mulut Aleandra. Sampai akhirnya karena tak tahan didiamkan seperti ini, dia pun mulai berbicara."Kenapa lagi sih, Ar? Mau ngedrama apalagi sekarang? Emangnya enggak capek apa, ngedrama tiap kali kita mau main kuda-kudaan?" Aleandra mencebikan bibirnya, karena Aryesta sudah membuang wajahnya ke samping.Lagi, Aleandra bertanya, "Aryesta sayang ... kenapa, sih?""Enggak usah panggil aku sayang! Aku enggak mau
Setelah mendapatkan bentakan dari suaminya, Aryesta terdiam selama perjalanan. Beruntungnya jam 5 sore sudah sampai di vila penginapan dengan view pantai yang indah.Aryesta merentangkan kedua tangannya dan tersenyum menatap matahari yang mungkin akan tenggelam sebentar lagi.Tanpa dia sangka, ada sebuah tangan melingkari perutnya, yang membuatnya terkejut."Kamu mau ngapain, sih? Tidur sana!" Aryesta berusaha melepaskan lengan suaminya. Namun, ternyata pelukan itu semakin erat.Bahkan kini dagu Aleandra sudah nyaman di bahu terbuka istrinya."Kita baru sampai loh, ini. Masa kamu mau gituan lagi, sih?""Emangnya kenapa? Kan tujuan kita ke sini buat bulan madu. Kalau bukan mikirin hal begituan, terus mikirin apalagi?" balas Aleandra yang tangannya sudah mulai mengelus perut rata istrinya.Dada Aryesta berdebar kencang, ketika telapak tangan dingin itu mulai bergerak naik hingga menuju punggung.Ketika apa yang dia cari, Aleandra langsung melepas pengait bra, sampai membuat napas Aryesta
"Enggak mungkin kan, kalau aku udah jatuh cinta sama dia?" batin Aryesta menjerit saat keduanya kembali berolahraga di atas tempat tidur. Usai mengisi perut masing-masing.Aryesta kini memejamkan matanya, ketika hujaman demi hujaman Aleandra berikan, dan hal itu semakin membuat Aryesta mengerang penuh kenikmatan."Aku enggak suka kalau istriku masih mikirin laki-laki lain!" tegas Aleandra yang semakin liar bergerak.Mendengar hal tersebut, Aryesta sedikit bingung dan mulai membuka matanya."S–siapa yang lagi mikirin laki-laki lain? Kamu kali, yang lagi mikirin cewek-cewek kamu, kan?" Aryesta membalas tatapan suaminya yang terlihat marah.Namun, marah kenapa?Aryesta padahal diam saja sedari tadi, tetapi suaminya mendadak aneh.Hingga penyatuan keduanya berkahir, dengan napas tersengal-sengal."Aku lihat mantanmu masih mengirimkan pesan padamu. Apakah kalian udah saling menyimpan nomor hp lagi?" sinis Aleandra, dan kini sudah berbaring di sisi istrinya.Oh , karena itu."Ya elah, Mas. G
"Kamu itu apa-apaan, sih? Kok tadi ngomong gitu sama orang lain? Emangnya kamu enggak punya malu, apa?!" ketus Aryesta yang saat ini sudah masuk ke salah satu restaurant dekat pantai.Aleandra mengangkat bahunya tak peduli, sambil memesan makanannya karena memang dia sangat lapar.Aryesta yang masih kesal pun matanya memicing dan tangan melipat di dada, "Aku lagi kenalan sama orang, tapi kamu gangguin, Mas. Padahal aku enggak pernah gangguin kamu sama pacar-pacarmu!"Aleandra mengangkat alisnya dan bersandar pada kursi dengan senyum menjengkelkannya."Aku emang punya pacar, tapi aku enggak suka kalau istriku kegatelan sama cowok lain," imbuh Aleandra dengan gaya menyebalkannya.Aryesta yang mendengar pun menendang kaki meja hingga berderit, dan membuat Aleandra tersenyum miring."Kenapa harus kayak gitu? Kamu aja selingkuh sama mereka. Masa aku enggak boleh selingkuh juga?!" Aryesta masih melayangkan protesnya pada sang suami.Merasa senang memancing amarah istrinya, Aleandra masih ter
Aleandra berdiri di balkon kamarnya, memandang langit malam dengan tatapan kosong.Ya, setelah kelahiran bayi Adam dan Dinda 3 jam yang lalu, Aleandra putuskan kembali ke rumah, melanjutkan sisa-sisa masalah yang sebelumnya sudah diurusi oleh Beni."Apakah bayinya setampan Dean, Mas?" ucal Aryesta seraya merengkuh tubuh suaminya dari belakang.Hal yang membuat Aleandra terlonjak saking kagetnya. Beruntung laki-laki itu mengenali aroma parfum yang menempel di kulit istrinya, sehingg tak berakhir dia banting, karena Aleandra sangat tak menyukai sentuhan lawan jenis, selain istrinya saja.Aleandra tersenyum dan menggelengkan kepalanya tak setuju, "Dean yang paling tampan, Ar. Kau tenang saja, di kemudian hari pasti Dean yang akan menang jika mereka terjebak cinta jajar genjang."Aryesta terkekeh mendengarnya sambil berjalan ke samping, dan menyandarkan kepalanya di lengan sang suami."Jadi namanya Bian Reganza, Mas?"Aleandra menganggukan kepalanya, lalu tanpa menunggu waktu yang lama unt
Maria melangkah pelan menuju punggung Dinda, sampai ....Bruk!"Argh!" teriak Dinda dengan tubuhnya yang sudah terjungkal ke depan, perut buncitnya pun menempel ke atas lantai dengan hantaman keras."Dinda!" Adam refleks membentak, melihat istrinya terjatuh dan mengerang di atas lantai.Sampai akhirnya dia sadar jika ada seseorang di belakang, yang sedang mematung tak percaya, dengan apa yang baru saja dia lakukan pada adik ipar dari Nyonya rumah ini."Kau ... dasar perempuan kurang ajar!" suara Adam menggelegar berat, lalu melangkah ke arah Maria hingga ....Bugh!Bruk!"Argh!" Maria meringis sata bahunya ditonjok dan disungkurkan dengan kekuatan penuh, membuat tubuhnya terpelanting di atas lantai, dan mengenai guji di dekatnya, membuat semua orang yang baru saja masuk rumah, langsung berhamburan mencari sumber suara.Semua orang menatap terkejut, saat Dinda terjatuh dan menangis, sambil menatap paha putihnya yang sudah dilumuri darah segar.Kemudian tatapan semua orang menoleh ke ara
Dada Maria berdebar keras, mendengar suara berat itu, suara yang sangat jarang dia dengar, kini laki-laki itu datang juga ke mansion tuannya.Maria masih mematung, dan belum membalikkan badannya, takut jika laki-laki itu mengadukannya pada sang Tuan, ataupun memprovokasi tuannya untuk memecatnya dari pekerjaan ini.Laki-laki yang ternyata adalah Adam, wakil direktur di perusahaan Alra Grup, sekaligus sahabat Aleandra itu pun berjalan 4 langkah, kemudian berhenti, tepat di depan Maria, membuatnya membelakangi Maria saat ini."Saya mengetahui niat busukmu itu, bahkan saya yakin, kalau sahabat saya juga sudah mengetahuinya. Dia diam hanya karena menganggap kamu bukan lawan sepadannya saja. Jadi jangan terlalu percaya diri, Maria."Perkataan Adam langsung membuat lutut Maria lemas, hingga tubuh Maria ambruk ke atas lantai, tetapi baru saja Adam hendak menoleh ke belakang untuk melihat kondisi Maria, dari arah dalam rumah muncullah seseorang."Sayang! Kamu berani gatel sama pengasuh kegatel
"J–jadi Tuan tahu kalau Maria itu ...."Ucapan Beni menggantung, dan menatap tuannya sedang tersenyum miring, diiringi anggukan kepala untuk membenarkan apa yang ada di dalam kepala Beni."Maria berhalusinasi terlalu tinggi, hingga bermimpi ingin menjadi Nyonya rumahku. Oh, sungguh menggelikan. Bahkan Maria belum ada seujung kukunya istriku, Ben," kekeh Aleandra, yang mentertawakan kelakuan absurd baby sister putranya.Namun,satu alis Beni terangkat, dan bingung dengan apa yang ada di dalam kepala tuannya pun kembali bertanya."Kalau Tuan tahu kelakuan perempuan kampret itu, kenapa Tuan belum juga mengusirnya?"Aleandra tersenyum singkat, lalu mengangkat kedua bahunya, "Seperti yang kubilang tadi. Aku cukup terhibur dengan kecemburuan istriku, dan sangat menyenangkan melihat kesulitan Maria, saat menghadapi ketantrumannya Dean."Beni cukup mengerti, dan memang cukup menghibur melihat Maria dalam kesulitan menghadapi Dean selama ini.Hingga akhirnya percakapan keduanya selesai, karena d
"I–ini tidak mungkin," lirih Aleandra yang masih tak percaya dengan diagnosa dokter tadi.Masih sangat terkejut, kini Aleandra duduk di bangku yang tersedia di luar ruang perawatan. Kemudian matanya menatap pintu kamar VVIP tempat istrinya beristirahat.Sibuk dengan lamunan, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Aleandra, membuatnya sedikit terlonjak kaget, saat melihat Beni datang tanpa Dean.Berhubung ini rumah sakit, dengan usia Dean yang baru 3 tahun, membuat balita itu mau tak mau harus duduk manis di mansion mewahnya, ditemani Denia, juga Dinda untuk menjaganya, selama Aryesta belum diperbolehkan pulang."Saya minta maaf mengenai kejadian dua hari lalu, Tuan. Tapi yang jelas kami tidak memiliki hubungan apa pun selain Nyonya dan bodyguard-nya saja," jelas Beni membuka pembicaraan, karena laki-laki itu belum mengetahui hasil pemeriksaan medis sang Nyonya.Ada helaan napas dari Aleandra saat mendengar penjelasan tersebut. Karena sebetulnya dia pun tahu kebenarannya, setelah mengece
Meninggalkan Maria yang masih menyeringai di belakang, Aleandra sudah berjalan menjauh, menururni anak tangga, dan mata tajamnya menyapu ruang tamu yang lampunya sudah menyala.Dan entah kenapa perasaannya mendadak tak tenang, setelah mendapat aduan dari baby sister putranya tadi, mengenai keberadaan istrinya yang sedang berduaan dengan salah satu orang kepercayaannya, yaitu Beni."Aku tidak akan memaafkanmu kali ini, Ar. Kita lihat saja setelah ini apa yang akan aku lakukan padamu," cicit Aleandra dengan tangan mengepal kencang. Terus berjalan hingga kakinya berhenti di ambang pintu dan melihat sesuatu yang membuat dadanya terbakar api cemburu. Di depan sana ... Beni sedang memeluk pinggang istrinya, membuat Aleandra berteriak kencang."Apa yang kalian lakukan di sini, brengsek!"Bugh!Bugh!Bugh!Dengan brutal Aleandra menarik kerah kemeja Beni, lalu memberikan 3 pukulan pada laki-laki yang sudah sangat lancang menyentuh miliknya. Sialan!Gigi Aleandra bergemelutuk, saat bayangan
"Untung saja lampunya mati. Jadi aku bisa jalanin misiku malam ini," ucap Maria yang sesekali menatap ke belakang, takut diikuti oleh seseorang.Jantungnya berdebar-debar kencang, setelah apa yang baru saja dia lakukan tadi."Rencana kali ini harus berhasil pokoknya," ujar Maria yang sedikit berdesis, "Mana aku sampai pegang anunya si Ben lagi. Ditambah harus pura-pura ngedesah. Iyuuuh, menjijikan banget. Kalau kayak gituannya sama Tuan Aleandra sih, aku seneng banget."Maria bergidik ngeri membayangkan dirinya saat mengeluarkan benda pusaka itu dari celana bahan Beni, ditambah dia siram pakai sedikit air mineral, untuk efek basahnya. Dan terakhir menunggu Aryesta turun untuk mengambil minum, lalu dia mendesahkan suaranya, agar Aryesta mencari sumber suara. Setelah itu, barulah dia menyelinap dari gelapnya malam, karena memang di mansion itu sangat jarang menyalakan lampu utama ketika malam hari. Membuat rencananya hampir berjalan mulus.Ya, semua itu adalah rencana Maria untuk menjeba
Dua tahun telah berlalu setelah kekesalan Aryesta pada saat itu.Pada saat putranya berlari ke arahnya tanpa baju, lalu terjatuh, Aryesta pun benar-benar pergi ke mall, quality time dengan putra tersayangnya.Bahkan setelah itu Aryesta tak lagi banyak bicara, ataupun menegur. Aryesta bagai orang asing di kediamannya sendiri.Saking asingnya, Aleandra dibuat uring-uringan, karena Aryesta tak pernah sebinal dulu lagi.Bahkan Aryesta terkesan dingin, dan hanya melayaninya bak seorang pelacur, yang setelah berhubungan badan, Aryesta akan pergi ke kamar berbeda, tanpa pelukan hangat setiap malamnya.Sama halnya kali ini, tubuh Aryesta terasa remuk redam, ketika terbangun di tengah malam, kemudian dia meringis, karena hujaman suaminya sangat brutal.Bahkan jalan pun terasa perih, merasa jika inti tubuhnya seperti lecet, membuat Aryesta hati-hati dalam melangkah, menuruni ranjang, lalu memakai piyama lengan pendek, yang kakinya panjang.Setelah mencapai pintu kamar, Aryesta berbalik badan, la
Aleandra pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, mengingat jika istrinya sedang mandi, inilah kesempatan untuknya agar bisa meminta jatah.Akan tetapi, angan itu langsung pupus, ketika istrinya sudah berganti pakaian, dan hendak keluar, lengkap dengan tas kecilnya.Dahi Aleandra sedikit berkerut, kemudian bertanya, "Mau pergi ke mana kamu hari ini, Ar?"Mendapatkan pertanyaan mendadak dari seseorang yang sebelumnya tak Arsyeta prediksi, tentu saja perempuan itu mengusap dadanya naik turun, lalu menatap malas netra penuh curiga dari suaminya."Aku mau pergi ke mall. Lagian untuk apa aku di sini, jika kehadiranku tak pernah dibutuhkan oleh suami dan anakku, hmh?" sinis Aryesta yang hatinya mulai dongkol, ketika harus menghadapi Aleandra juga Dean yang tantruman, dan selalu menguji kesabarannya.Sama halnya seperti sekarang, saat langkah kaki Aryesta hendak melaju, tiba-tiba terdengar teriakan balita, membuatnya menoleh dan melihat jika putranya sedang berlari mendekat ke arahnya."