Adelio duduk di sofa dan berkata dengan wajah sedih, "Aku sudah tanya ke tim produksi, mereka nggak punya obat yang ingin kuberikan padanya. Aku sering menggunakan obat itu, efeknya sangat manjur. Karena itulah aku menitip orang lain membelinya dari luar."Moonela mengambil obat yang dibawa pulang olehnya, lalu mencari informasi di internet. Ternyata obat itu harganya cukup mahal dan hanya dijual di toko obat terbesar di kota ini. "Coba kuoleskan padamu," kata Moonela setelah menyimpan ponselnya.Lillia melirik Adelio sekilas, lalu duduk di sampingnya. "Kamu boleh tetap di sini kalau berkata jujur. Kalau nggak, kamu terpaksa harus keluar dari acara ini."Moonela berjongkok di hadapan Lillia, lalu meletakkan kaki Lillia di pahanya. Setelah itu, Moonela mengeluarkan obatnya dan mulai memijat pergelangan kaki Lillia. Adelio tetap terlihat sedih dengan matanya yang berkaca-kaca. "Diberi nyali sebesar apa pun aku nggak akan berani punya maksud lain padamu."Lillia memandangnya sambil mengat
Moonela mengangguk. "Memang seharusnya membiarkannya menetap. Bagaimanapun, dia lebih baik daripada Claude. Selain datang untuk menidurimu, pada dasarnya dia nggak berguna."Wajah Lillia kembali tersipu mendengarnya, "Jangan ungkit masalah itu lagi. Kebetulan aku nggak terlalu mengantuk, kita lanjut kerjakan pakaiannya saja."Moonela langsung mengiakannya, "Boleh, terserah kamu saja."Di sisi lain, Cedron ternyata tidak kembali ke kamarnya, melainkan pergi ke kamar Claude. "Masalahnya nggak bisa diselesaikan?" tanya Claude yang duduk di meja kerjanya dengan dingin. Cedron melangkah ke hadapannya, lalu menepukkan kedua tangannya ke meja. Cedron yang biasanya senang bergurau, kini tiba-tiba menjadi serius. "Aku sudah membahasnya dengan Kak Lillia tadi, dia merasa Adelio nggak bermaksud jahat."Mendengar hal itu, Claude yang sedang sibuk membaca dokumen langsung menghentikan gerakannya. "Kalau ada masalah, katakan saja terus terang."Cedron menatapnya dengan serius, lalu berkata dengan te
Baru saja Cedron hendak bicara, Lillia sudah menyelanya terlebih dulu, "Selama kamu membantunya sampai dia memberimu obat ini, apakah ponselmu pernah terpisah darimu?"Adelio mulai berpikir keras. Sejenak kemudian, dia tiba-tiba berkata, "Saat Idris mengukur tubuhku, dia memberiku minum segelas air. Setelah minum, aku dipaksa mengobrol dengannya, lalu tertidur beberapa menit ...."Cedron membasahi bibirnya, lalu berkata, "Siapa tahu apa yang kalian lakukan di kamar itu? Nggak mungkin dia akan mengaku mengirimkan pesan itu dari ponselmu setelah kamu meminum air." Setelah berhenti sejenak, Cedron kembali menimpali, "Apakah Idris punya keuntungan kalau dia memfitnahmu?"Moonela mengangkat tangannya, lalu berkata, "Kenapa nggak ada untungnya? Asalkan dia bisa merusak reputasi asistenku, bukankah sama saja dengan menghancurkan reputasiku? Sejujurnya, dia bukan ingin menjebak Adelio, Adelio hanya korban. Target utamanya adalah aku dan Lillia.""Tanpa bukti sama sekali, bukankah itu hanya omo
Lillia tiba-tiba menerobos ke kamar Claude tanpa memedulikan apa pun. Dia berdiri di depan pintu dengan mata berkaca-kaca. Claude yang masih merasa kesal terhadapnya karena masalah Adelio, langsung menyindirnya, "Karena takut aku mengusir orang itu, kamu datang menangis padaku?""Nenek terjatuh, aku ingin minta cuti untuk pulang melihatnya." Lillia tidak ingin berdebat dengan Claude, saat ini dia hanya mengkhawatirkan kondisi neneknya.Claude langsung mengubah ekspresi sinisnya dan berdiri seraya berkata, "Kamu keluar dulu, aku akan segera datang."Lillia awalnya mengira Claude akan menahannya dengan alasan pekerjaan, tak disangka semuanya akan berjalan semulus ini.Langit mulai gelap, Lillia keluar dari hotel dan berjalan mondar-mandir di depan pintu. Hanya dalam sekejap, mobil Claude telah melaju pelan dari parkiran hotel. Melihat mobil Claude yang berhenti di depannya, hati Lillia yang tadinya kacau, kini telah menjadi lebih tenang.Baru saja dia duduk di samping Claude, Claude bert
"Jawab saja." Suara Claude tidak terdengar jelas. Saat mengatakan hal itu, Claude mengembuskan napas berat, jelas sekali dia merasa kesal dengan telepon itu. Saat melihat peneleponnya ternyata adalah Nikita, Lillia terdiam sejenak sebelum berkata, "Ini telepon dari Nikita."Claude membuka matanya, lalu menjawab panggilan itu. "Ada apa?""Claude, di sini turun hujan, aku ketakutan ...," kata Nikita dengan suara yang hampir menangis. Suaranya terdengar sangat kasihan. Lillia mendongak untuk menatap Claude."Aku sedang nggak ada di hotel," jawab Claude dengan suara berat. Kekesalannya tadi juga telah menghilang.Dalam hati Lillia bergumam, 'Bilang saja kalau mau pulang ke hotel.' Lillia merasa agak marah, sehingga dia mengentakkan kakinya ke betis Claude. Claude meringis kesakitan melihat Lillia. Lillia hanya mengerjapkan matanya sambil memasang ekspresi tak bersalah."Kamu keluar?" Nikita terdengar agak kaget. Dia tahu bahwa Lillia juga meminta cuti karena neneknya terkena masalah. Masih
Lillia seolah-olah tidak diperlukan di sana. Melihat hubungan keduanya begitu baik, Ohara tersenyum dengan lebih puas dan tenang."Umur kalian juga nggak muda lagi. Dengan kesibukan seperti ini, kapan kalian baru akan punya anak?" Saat sedang sarapan, Ohara tiba-tiba bertanya kepada Lillia dan Claude.Lillia yang tahu Claude benci didesak orang tua dan takut Claude akan salah paham juga, buru-buru berkata, "Sedang dipertimbangkan. Tubuhku sepertinya nggak begitu sehat, jadi gagal hamil terus. Kami sedang berusaha."Claude tidak berkomentar. Dia menikmati sarapannya dengan diam dan ekspresi yang tegang.Ohara menganggukkan kepalanya dengan lembut. "Seorang wanita melahirkan di usia 28 tahun nggak baik dan risikonya besar setelah berusia 30 tahun. Nanti aku akan mencari seorang dokter tradisional untukmu, kamu minum saja obat untuk merawat kondisi tubuhmu."Sebenarnya, Priya juga sudah melakukan semua hal itu. Namun, setiap kali menerima obatnya, Claude langsung membuangnya dan tidak mem
Meskipun tangan Claude kuat, dia tetap saja tidak bisa memegang panci yang penuh dengan air dengan satu tangan. Saat panci miring, air, kerang, dan sayuran tumpah di atas kompor gas. Apinya memang padam, tetapi kemeja, jas, dan sepatu kulit bermerek Claude kotor karena air yang tercampur dengan minyak itu. Beberapa kerang dan sayuran terjatuh dari meja ke lantai. Lillia yang memegang mangkuk, menyusutkan lehernya dan mundur ke belakang sambil memandang Claude dengan ekspresi polos dan takut. Claude benar-benar ingin menaruh panci itu ke kepala Lillia.Claude memelototi Lillia. "Kamu sengaja melakukan ini untuk balas dendam ya?"Lillia menggelengkan kepalanya dengan sekuat tenaga. "Kalau aku sengaja melakukannya, aku akan disambar petir!""Lillia, sebaiknya ucapanmu itu benar!" Claude jarang sekali marah besar."Kenapa?" Jilly memapah Ohara menuju pintu dapur.Lillia buru-buru berkata, "Ada kecelakaan kecil. Nggak apa-apa, aku akan membersihkannya."Claude meletakkan pancinya dan berkat
Pipi dan telinga Lillia memerah, tetapi dia masih berpura-pura tenang. "Kalau nggak mau pakai, kamu boleh keluar dengan telanjang ...."Claude meraih pergelangan tangan Lillia dan menariknya mendekat. Lillia yang tidak waspada langsung terjatuh ke dalam pelukannya. Dalam kebingungan, tangan Lillia menekan ke bagian yang terlarang.Saat tubuhnya terasa panas, Lillia berusaha keras untuk memberontak. "Pakai bajumu. Apa yang kamu lakukan di siang hari seperti ini?""Kamu cukup ingat ukuranku ya." Claude memandang Lillia. Awalnya, suasana hatinya terasa kacau. Namun, melihat Lillia menyiapkan pakaian untuknya, suasana hatinya berangsur-angsur membaik. Ternyata masih ada tempat baginya di rumah Lillia ini.Lillia mengira Claude sedang mengatakan hal lain, sehingga dia merasa makin malu dan ingin langsung bersembunyi. Dia memandang Claude dengan wajah yang memerah. "Kamu mau pakai atau nggak?""Kamu bisa menyentuhnya lebih lama agar lebih berkesan, biar nanti kamu bisa membeli lebih banyak p
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per