Lillia menatap Nikita dengan tatapan tenang. "Merayu? Memangnya kamu pantas bicara seperti itu?"Menghadapi aura Lillia yang mendominasi, hati Nikita merasa takut. Lillia tahu Claude sudah menikah dan pasti akan melibatkannya dalam masalah ini jika Lillia benar-benar sudah terdesak. Nikita mengalihkan pandangan dan segera menjelaskan dengan ekspresi yang tertekan, "Lillia, aku juga demi reputasi Kak Moonela. Aku memang nggak melihat apakah Claude benar-benar keluar dari kamarmu pada pukul empat pagi. Tapi kalau Rosabel bilang dia melihatnya, tidak mungkin dia bohong, 'kan?""Rosabel, bagaimana kalau kita cari waktu untuk bertanya kepada Pak Claude? Kalau kamu terus begini, aku juga nggak sanggup menjawabmu karena aku nggak tahu dia datang ke kamarku pada pukul empat pagi." Lillia sudah meyakinkan dirinya tidak akan mengakui hal ini. Kali ini memang masalah Claude, mengapa dia yang harus menanggung tekanan dari opini publik?Tanpa menunggu Rosabel berbicara, Lillia melanjutkan, "Siapa y
Moonela berhasil membujuk Lillia, wanita ini pun tidak mencemaskan terlalu banyak lagi.Pagi ini, Lillia selesai membuat model baju. Dia akan mencari Nikita untuk mengukurnya langsung. Jadi, setelah makan siang, Lillia membawa model baju itu dan menemui Nikita yang berada di taman.Begitu melihat Lillia, Nikita langsung menyapa, "Lillia, kenapa kamu membawa model baju kemari?""Kamu model kami, aku harus mencocokkan ukurannya denganmu," sahut Lillia dengan tenang.Nikita duduk di kursi taman sembari menggoyangkan kipas lipat di tangannya. Dia membalas, "Maaf, tapi aku sedang melakukan pemotretan. Tunggu sebentar, ya."Para desainer dan model yang berada di samping pun tersenyum sinis untuk mengejek Lillia. Namun, Lillia tidak takut. Dia maju, lalu menatap Nikita dengan tegas sambil berkata, "Bu Moonela sedang menunggu. Setelah aku mengukur, dia akan mulai membuat bajunya. Aku hanya butuh 10 menit untuk mengukurnya."Nikita mengernyit mendengarnya. Dia menimpali dengan agak jengkel, "As
Lillia menoleh melihatnya, merasa tindakan pria ini agak berlebihan. Dia diam-diam bergeser, lalu menyahut dengan sopan, "Terima kasih, tapi lantainya nggak licin kok."Adelio mengambil keranjang buah di tangan Lillia. Dia berkata dengan ekspresi pasrah, "Keranjang ini meneteskan air, lantainya terbuat dari marbel, ditambah lagi kakimu terluka. Ketiga aspek ini mudah menimbulkan kecelakaan. Biar aku yang pegang saja."Lillia mengiakan tanpa bertele-tele. Claude pun melihat kedua orang itu keluar bersama. Ekspresinya tampak sangat murung.Saat ini, Adelio yang telah berada di gazebo meletakkan keranjang buah di atas kursi. Sesudahnya, dia baru mundur.Nikita melihat Lillia perlahan-lahan mendekat. Dia berdiri, lalu memberikan sebuah jeruk kepada Lillia dan berkata, "Bantu aku kupas jeruk. Setelah itu, kita baru mulai bekerja."Lillia tidak berniat membantunya. Namun, Adelio sudah maju duluan untuk mengambil jeruk itu dan mengupasnya.Nikita menatap pria itu dengan sorot mata mendalam. K
Rosabel segera menyahut, "Yang Nikita bilang benar. Semua orang mendengarnya. Adelio bilang Nikita memanfaatkan reputasi Pak Claude untuk menjadi terkenal. Dia juga bilang Pak Claude hanya peduli pada Lillia dan bukan Nikita."Claude sama sekali tidak melirik Rosabel. Sebaliknya, dia menatap Lillia dan berkata, "Kamu saja yang jelaskan."Lillia menatap Claude dan menyahut dengan sopan, "Adelio nggak punya maksud buruk. Pak Claude tokoh penting di acara ini, nggak perlu bersikap perhitungan dengan seorang model.""Orang yang menabur perselisihan nggak seharusnya berada di acara ini," ucap Claude dengan tidak acuh.Hans berniat maju untuk mempersilakan Adelio keluar. Namun, Lillia tiba-tiba meneruskan dengan nada bicara yang tetap tenang, "Sebenarnya, masalah ini berawal dari Rosabel. Dia bilang dia melihat Pak Claude keluar dari kamarku pada jam 4 subuh. Padahal aku nggak tahu apa-apa tentang hal ini."Claude memicingkan matanya. Dia tidak menyangka Lillia akan melibatkannya dalam masal
Perkataan Hans ini adalah peringatan untuk semua orang, agar tidak ada yang bertindak macam-macam selama acara berlangsung.Setelah Hans pergi, tidak ada seorang pun yang bersuara. Namun, ekspresi Lillia tetap terlihat tenang seperti biasa. Dia mengambil model baju tersebut, lalu bertanya, "Jadi, masih mau ukur atau nggak?"Tatapan Nikita tampak rumit saat menatap Lillia. Kemudian, dia menyahut, "Kamu ini memang hebat, ya. Sama sekali nggak terpengaruh, padahal baru mendapat teguran."Nikita mendapati Lillia ini benar-benar tidak takut pada Claude. Ketika mereka ketakutan menghadapi Claude, Lillia justru masih berani melawannya.Lillia menatapnya dengan tidak acuh sambil membalas, "Aku nggak berbohong, kenapa harus takut?"Rosabel yang terseret ke dalam masalah karena Lillia pun mendengus dingin. Ketika melangkah pergi, dia sengaja menabrak Lillia.Lillia pun terdorong beberapa langkah sampai pergelangan kakinya yang cedera terasa sakit kembali. Hal ini seketika membuatnya mengernyit.
Lillia menyentuh tas kamera yang dibawanya, lalu menunduk dan membalas, "Kenapa memangnya kalau seperti itu? Kalau kamu memang mengamati secara diam-diam, kamu seharusnya tahu Nikita biang keroknya."Claude menatap Lillia lekat-lekat. Lillia tidak ingin membahas masalah ini lagi. Menurutnya, semua hal yang terjadi selama acara ini berlangsung benar-benar konyol."Meskipun memang Nikita biang keroknya, dia bukan orang yang bisa disinggung Adelio," ujar Claude dengan nada datar.Lillia menunjukkan senyuman sinis sembari menyahut, "Kalau sejak awal kamu bilang acara ini acara solo Nikita, aku yakin semua orang akan menyanjungnya. Selain itu, aku dan Bu Moonela juga nggak akan ikut serta."Claude mengangkat dagu Lillia sambil bertanya, "Kamu tahu kamu sedang melawanku demi Adelio?"Lillia menatap mata Claude, lalu menyahut, "Mana mungkin aku berani melawanmu. Bagaimanapun, acara ini diadakan supaya Nikita bisa debut. Aku memang salah karena berdebat dengannya hari ini, sampai-sampai meliba
Sepertinya, Lillia adalah pecundang terbesar dalam sebuah pernikahan. Claude jelas-jelas begitu dekat dengan Nikita, bahkan pria ini pergi begitu saja saat mendapatkan panggilan telepon Nikita. Namun, Lillia justru harus memperhatikan sikapnya dalam acara ini.Kekesalan menyelimuti hati Lillia. Kedua tangan yang diletakkan di samping tubuhnya sontak terkepal erat. Dengan ekspresi dingin, Lillia kembali ke kamar Moonela dan melanjutkan pekerjaannya.Moonela memegang tablet sambil mengurus pekerjaan di studio. Lantaran merasakan suasana hati Lillia sedang buruk, dia pun mendongak dan bertanya, "Kenapa? Kamu kelihatan emosi sekali."Lillia awalnya hendak mengirimkan foto ke tablet. Begitu mendengarnya, raut wajahnya yang tegang seketika menjadi lebih rileks. Dia bertanya, "Nggak kok. Kamu masih mengurus pesanan studio?""Pesanan studio menjadi makin banyak karena netizen menjodohkanmu dengan Claude. Aku sedang mengatur pekerjaan untuk para desainer," jawab Moonela. Begitu membahas tentang
Tatapan Rosabel saat menatapnya menjadi berbeda. Dia menghampiri Nikita, lalu berkata dengan nada menyanjung, "Lillia memang nggak tahu malu. Beraninya dia menggoda Pak Claude yang sudah punya pacar.""Mungkin, yang kamu lihat semalam adalah bagian dari rencana Lillia," sahut Nikita sambil menatap Rosabel lekat-lekat.Rosabel menatapnya dan berkata dengan senyuman, "Tenang saja, aku pasti akan membantumu. Aku paling membenci pelakor seperti ini."Senyuman Nikita sontak membeku, tetapi dia segera berekspresi normal kembali. Setelah mengantar Rosabel keluar dari kamarnya, ekspresi Nikita menjadi dingin. Bagaimanapun, dia paling membenci kata pelakor!Rosabel yang sudah kembali ke kamarnya tampak mondar-mandir. Beberapa saat kemudian, dia pun memutuskan untuk mencari Idris.Ketika gaun rancangan Lillia sudah hampir jadi, tim produksi pun mulai sibuk. Lillia sungguh berbakat. Hanya dalam setengah hari, sebuah gaun wanita sudah selesai dijahit olehnya.Selesai makan siang, Lillia dan Moonel