Rosabel segera menyahut, "Yang Nikita bilang benar. Semua orang mendengarnya. Adelio bilang Nikita memanfaatkan reputasi Pak Claude untuk menjadi terkenal. Dia juga bilang Pak Claude hanya peduli pada Lillia dan bukan Nikita."Claude sama sekali tidak melirik Rosabel. Sebaliknya, dia menatap Lillia dan berkata, "Kamu saja yang jelaskan."Lillia menatap Claude dan menyahut dengan sopan, "Adelio nggak punya maksud buruk. Pak Claude tokoh penting di acara ini, nggak perlu bersikap perhitungan dengan seorang model.""Orang yang menabur perselisihan nggak seharusnya berada di acara ini," ucap Claude dengan tidak acuh.Hans berniat maju untuk mempersilakan Adelio keluar. Namun, Lillia tiba-tiba meneruskan dengan nada bicara yang tetap tenang, "Sebenarnya, masalah ini berawal dari Rosabel. Dia bilang dia melihat Pak Claude keluar dari kamarku pada jam 4 subuh. Padahal aku nggak tahu apa-apa tentang hal ini."Claude memicingkan matanya. Dia tidak menyangka Lillia akan melibatkannya dalam masal
Perkataan Hans ini adalah peringatan untuk semua orang, agar tidak ada yang bertindak macam-macam selama acara berlangsung.Setelah Hans pergi, tidak ada seorang pun yang bersuara. Namun, ekspresi Lillia tetap terlihat tenang seperti biasa. Dia mengambil model baju tersebut, lalu bertanya, "Jadi, masih mau ukur atau nggak?"Tatapan Nikita tampak rumit saat menatap Lillia. Kemudian, dia menyahut, "Kamu ini memang hebat, ya. Sama sekali nggak terpengaruh, padahal baru mendapat teguran."Nikita mendapati Lillia ini benar-benar tidak takut pada Claude. Ketika mereka ketakutan menghadapi Claude, Lillia justru masih berani melawannya.Lillia menatapnya dengan tidak acuh sambil membalas, "Aku nggak berbohong, kenapa harus takut?"Rosabel yang terseret ke dalam masalah karena Lillia pun mendengus dingin. Ketika melangkah pergi, dia sengaja menabrak Lillia.Lillia pun terdorong beberapa langkah sampai pergelangan kakinya yang cedera terasa sakit kembali. Hal ini seketika membuatnya mengernyit.
Lillia menyentuh tas kamera yang dibawanya, lalu menunduk dan membalas, "Kenapa memangnya kalau seperti itu? Kalau kamu memang mengamati secara diam-diam, kamu seharusnya tahu Nikita biang keroknya."Claude menatap Lillia lekat-lekat. Lillia tidak ingin membahas masalah ini lagi. Menurutnya, semua hal yang terjadi selama acara ini berlangsung benar-benar konyol."Meskipun memang Nikita biang keroknya, dia bukan orang yang bisa disinggung Adelio," ujar Claude dengan nada datar.Lillia menunjukkan senyuman sinis sembari menyahut, "Kalau sejak awal kamu bilang acara ini acara solo Nikita, aku yakin semua orang akan menyanjungnya. Selain itu, aku dan Bu Moonela juga nggak akan ikut serta."Claude mengangkat dagu Lillia sambil bertanya, "Kamu tahu kamu sedang melawanku demi Adelio?"Lillia menatap mata Claude, lalu menyahut, "Mana mungkin aku berani melawanmu. Bagaimanapun, acara ini diadakan supaya Nikita bisa debut. Aku memang salah karena berdebat dengannya hari ini, sampai-sampai meliba
Sepertinya, Lillia adalah pecundang terbesar dalam sebuah pernikahan. Claude jelas-jelas begitu dekat dengan Nikita, bahkan pria ini pergi begitu saja saat mendapatkan panggilan telepon Nikita. Namun, Lillia justru harus memperhatikan sikapnya dalam acara ini.Kekesalan menyelimuti hati Lillia. Kedua tangan yang diletakkan di samping tubuhnya sontak terkepal erat. Dengan ekspresi dingin, Lillia kembali ke kamar Moonela dan melanjutkan pekerjaannya.Moonela memegang tablet sambil mengurus pekerjaan di studio. Lantaran merasakan suasana hati Lillia sedang buruk, dia pun mendongak dan bertanya, "Kenapa? Kamu kelihatan emosi sekali."Lillia awalnya hendak mengirimkan foto ke tablet. Begitu mendengarnya, raut wajahnya yang tegang seketika menjadi lebih rileks. Dia bertanya, "Nggak kok. Kamu masih mengurus pesanan studio?""Pesanan studio menjadi makin banyak karena netizen menjodohkanmu dengan Claude. Aku sedang mengatur pekerjaan untuk para desainer," jawab Moonela. Begitu membahas tentang
Tatapan Rosabel saat menatapnya menjadi berbeda. Dia menghampiri Nikita, lalu berkata dengan nada menyanjung, "Lillia memang nggak tahu malu. Beraninya dia menggoda Pak Claude yang sudah punya pacar.""Mungkin, yang kamu lihat semalam adalah bagian dari rencana Lillia," sahut Nikita sambil menatap Rosabel lekat-lekat.Rosabel menatapnya dan berkata dengan senyuman, "Tenang saja, aku pasti akan membantumu. Aku paling membenci pelakor seperti ini."Senyuman Nikita sontak membeku, tetapi dia segera berekspresi normal kembali. Setelah mengantar Rosabel keluar dari kamarnya, ekspresi Nikita menjadi dingin. Bagaimanapun, dia paling membenci kata pelakor!Rosabel yang sudah kembali ke kamarnya tampak mondar-mandir. Beberapa saat kemudian, dia pun memutuskan untuk mencari Idris.Ketika gaun rancangan Lillia sudah hampir jadi, tim produksi pun mulai sibuk. Lillia sungguh berbakat. Hanya dalam setengah hari, sebuah gaun wanita sudah selesai dijahit olehnya.Selesai makan siang, Lillia dan Moonel
Moonela terperanjat. Dia sontak berbalik, lalu melayangkan tamparan sampai orang itu mundur beberapa langkah.Begitu melihat orang itu adalah Adelio, Moonela mengamati lingkungan sekitarnya terlebih dahulu. Kemudian, dia meraih kerah baju pria itu dan membentak dengan galak, "Kamu cari mati, ya? Berani sekali kamu menggunakan cara rendahan seperti ini!"Wajah Adelio tampak merah, napasnya memburu. Ketika menatap Moonela, yang ada di tatapannya hanya hasrat.Moonela pun merasa jijik melihatnya. Dia langsung menendang kaki Adelio. Karena memakai sepatu hak tinggi, Adelio pun mendengus kesakitan dan terjatuh ke tanah."Kamu ingin mempermainkanku dengan cara ini? Asal kamu tahu saja, aku jauh lebih berpengalaman darimu!" maki Moonela seraya menginjak dada Adelio dengan murka.Adelio tampak terengah-engah. Rasa sakit di kakinya membuat pikirannya menjadi lebih jernih. Dia menyahut dengan lemas, "Air ... ada yang salah dengan air yang kita minum. Jangan pedulikan aku."Moonela menunduk menat
Claude melemparkan ponselnya. Lantaran bisa merasakan Lillia sudah bangun, dia pun menoleh untuk menatapnya.Lillia tampak meringkuk. Setelah ditatap oleh Claude, dia pun tidak bisa berpura-pura tidur lagi. Dia membuka matanya, bersikap seolah-olah semua ini wajar. Sambil menatap Claude, dia berkata, "Aku telepon Moonela dulu, aku khawatir padanya."Claude pun berbalik untuk mengambil ponsel di nakas. Lillia menatap punggungnya yang terdapat banyak bekas cakaran. Meskipun mereka sudah cukup sering bercinta, ini pertama kalinya mereka melakukannya sesengit itu.Ketika Claude menyodorkan ponsel kepada Lillia, dia bisa melihat wajah wanita ini mulai memerah. Lillia mengambil ponselnya, lalu mendapati bahwa orang yang diteleponnya saat linglung bukanlah Moonela, melainkan Claude. Pantas saja, pria ini tidur di sebelahnya.Ekspresi Claude terlihat datar seperti biasanya. Namun, kalau Lillia mengamati dengan saksama, dia akan mendapati bahwa terdapat sedikit perbedaan hari ini.Saat ini, tat
Melihat Lillia meringkuk, Claude masih melanjutkan, "Kita tetap suami istri, meskipun sedang ikut acara."Lillia menggigit bibirnya dan tidak berbicara lagi. Hanya mereka yang tahu hubungan suami istri ini. Ketika Nikita memfitnahnya, Claude tidak pernah mengatakan mereka ini suami istri. Perkataan ini hanya akan dilontarkan oleh Claude setelah mendapatkan kepuasan di ranjang.Claude menatapnya sambil bertanya, "Kenapa jadi diam?""Sekarang belum terlalu malam. Orang-orang nggak akan berpikiran macam-macam kalau melihatmu keluar sekarang," ujar Lillia sambil memejamkan mata.Claude menatapnya dengan dingin, lalu bertanya lagi, "Kamu begitu nggak sabar ingin mengusirku?"Lillia melepaskan diri dari pelukan Claude, lalu menarik selimut dan duduk di ranjang. Sorot matanya terlihat lembut saat menjawab, "Aku nggak ingin membuat Bu Moonela repot, apalagi dituduh yang aneh-aneh oleh kontestan lain."Claude mendengus dan tidak berbicara lagi. Menurut Claude, Lillia benar-benar pintar menyanju