Lillia mengatupkan bibirnya dan tersenyum tipis. "Nggak usah merendahkan diri. Sekarang semua tim produksi sangat memujimu. Ada banyak sekali wanita di luar sana yang menginginkanmu, mana mungkin kamu memalukan? Kamu adalah pujaan semua orang."Claude telah mendanai acara ini dan membantunya menghibur nenek, Lillia tidak mungkin membuatnya kesal. Namun, saat melihat gaya Nikita yang membanggakan diri di depan tim produksi, Lillia benar-benar kesal. Sebagai istri sah, tidak keterlaluan jika Lillia menyindir Claude sedikit, bukan?Claude menanggalkan celananya dengan santai di hadapan Lillia. "Jadi kamu juga termasuk salah satu wanita yang menginginkanku?"Lillia terdiam, tetapi dalam hatinya terus memaki Claude. Awalnya Lillia mengira Claude setidaknya akan tahu malu. Tak disangka, bukan hanya tidak tahu malu, pria itu bahkan menganggap semua ini sangat wajar. "Terserah kamu saja mau berpikir bagaimana," ucap Lillia dengan nada dingin.Claude memang memiliki persepsi negatif terhadap Li
Claude mengantarkan Nikita ke depan pintu. Nikita tiba-tiba melihat selembar kertas yang timbul dari bawah lemari. Langkah kakinya jadi terhenti saat melihat kertas itu, ternyata itu adalah sebuah sketsa desain. Nikita langsung teringat dengan rumor yang didengarnya barusan.Semua orang mengatakan bahwa ada investor yang akan ikut menginap di tempat ini. Jika ingin waktu tayang yang lebih banyak, mereka harus mencari cara untuk mendekati investor ini. Justru karena takut akan ada wanita yang mendekati Claude, Nikita langsung bergegas datang ke sini setelah menelepon Hans dan memastikan Claude telah sampai. Apakah masih ada orang lain yang mendahuluinya?Melihat sketsa itu, tatapan Nikita yang tadinya berbinar, kini menjadi kelam. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan tersenyum pada Claude. "Dekorasi kamarmu ini sepertinya berbeda dengan punya kami."Claude memiringkan kepalanya menatap Nikita, tetapi Nikita mengabaikannya. Dia melihat sekilas isi kamar itu. Kamar itu hanya ter
Di saat Claude masih sedang mempertimbangkan ketulusan dari ucapan Lillia, Lillia yang berdiri di samping pintu berkata, "Pak Claude, apa kamu mau melihat situasi di luar dulu? Cepat atau lambat aku harus keluar juga." Sambil berbicara, Lillia bergeser dari pintu.Melihat tekadnya yang sudah bulat, Claude langsung berdiri dan membuka pintu kamar untuk melihat di sekitarnya. Pada saat itu, dia melihat beberapa orang yang berdiri di dekat sana. Beberapa orang itu dipanggil oleh Nikita untuk berjaga. Mereka tidak berani menyinggung Claude sama sekali, sehingga mereka langsung kembali ke kamar saat melihat Claude keluar.Nikita juga keluar pada saat itu, lalu berkata sambil tertawa, "Kamu belum tidur, ya? Aku ke tempat mereka untuk meminjam kamar mandi."Claude tidak bereaksi sama sekali, sehingga Nikita terpaksa kembali ke kamarnya. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana lagi, Claude baru menyuruh Lillia untuk keluar. Saat berpapasan dengannya, Lillia berkata dengan lirih, "Pa
Tentu saja Lillia tidak bisa menyangkalnya. Mungkin memang karena pria ini adalah pembawa sial baginya. Moonela meliriknya sekilas, lalu menghiburnya, "Setelah pesanan kali ini selesai, kita jauhkan diri dari dia saja supaya nggak sial terus."Lillia menunduk dengan tatapan yang tenang. "Nggak perlu sengaja menjauhkan diri. Setelah bercerai, kita memang sudah berada di jalan masing-masing." Mengungkit soal perceraian, Lillia hanya bisa menghela napas berat."Menurutmu, apa maksud dia sebenarnya saat mengatakan mau buat gosip denganmu?" Moonela mendengus dingin. "Lucu sekali, kalian ini suami istri yang sah. Memangnya suami istri perlu buat gosip? Berengsek!"Tidak tahan rasanya Moonela tidak memaki Claude, tetapi perasaannya juga tidak kunjung membaik setelah memakinya.Kedua orang itu tiba di restoran. Pada saat ini, Nikita sedang berbincang dengan orang di sampingnya. Saat melihat Moonela datang, matanya langsung berbinar dan tersenyum ramah. "Bu Moonela, kenapa kamu baru datang seka
Poin utama dalam babak pertama ini adalah menyorot gaya desain seorang perancang busana. Tanpa batasan ukuran, mereka merancang draf awal berdasarkan pemahaman pribadi terhadap gaya model.Karena ini adalah program siaran langsung, mereka juga tidak banyak berbasa-basi. Waktu dan fokus kamera sepenuhnya diberikan kepada para peserta. Para desainer diharapkan mengirimkan draf awal sebelum pukul empat sore, setelah itu baru masuk ke diskusi kelompok untuk mencapai kesepakatan.Ini berarti para desainer membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merenung dan menemukan inspirasi. Sementara itu, Lillia yang bertugas sebagai asisten ini akan membicarakan detail dan ukuran dengan model agar memudahkan saat diskusi nanti. Lillia dan Moonela tidak akan berada di lokasi yang sama selama syuting, sehingga Lillia tidak punya waktu untuk menggambar ulang sketsanya.Setelah pembawa acara meninggalkan lokasi, suasana di tempat itu langsung menjadi riuh. Para desainer sibuk membahas tema desain kali ini.
Kini keahlian ini malah jadi sindiran yang digunakan Nikita untuk mengejeknya. Lillia tersenyum dengan ironis. Tanpa berkata apa pun, dia menyajikan kopi yang telah selesai diseduh ke hadapan Nikita. Saat itulah, Nikita baru berhenti mengeluh. Akhirnya setelah tertunda lama, Lillia baru sempat menyelesaikan setengah dari tugasnya.Nikita yang bermalas-malasan hendak pergi ke kamar mandi untuk mandi. Melihat hal ini, Lillia mengambil kesempatan pergi ke sudut ruangan untuk mengirimkan pesan pada Moonela.[ Bagaimana progresmu di sana? ]Moonela membalas dengan singkat.[ Coba kamu tebak? ]Jika menyuruh Moonela membual, minum bir dengan klien, ataupun memuji-muji desain Lillia di hadapan klien, Moonela tentu tidak akan masalah. Namun untuk masalah melukis, Moonela sudah lama tidak menyentuh lukisan.Bukan hanya ilmunya yang sudah hilang, kalaupun Moonela berhasil menggambar sketsa, standarnya juga pasti hanya biasa-biasa saja. Bukankah itu justru akan merusak reputasi Lorraine?Lillia b
Setidaknya, sketsa itu sangat penting bagi Lillia. Lillia bahkan tidak menyangka Claude akan mengantarkannya langsung. Ini memang membantunya menyelesaikan kesulitannya hari ini. Lillia memeriksa noda yang membekas di kertas itu dan menyadari bahwa noda itu tidak bisa dihapus. Dia langsung mengambil kertas lain untuk menyalin gambarnya, sambil menjawab, "Lain kali aku akan hati-hati. Kesalahan seperti ini nggak akan terulang lagi."Hati Moonela langsung lega mendengarnya. "Ini salahku juga. Kalau beberapa tahun ini aku nggak melupakan semua kemampuanku begitu saja, mungkin kamu nggak akan begitu kesusahan sekarang."Begitu ucapan itu dilontarkan, pintu kamar tiba-tiba diketuk. Menebak bahwa orang di luar pintu adalah tim produksi yang datang untuk menanyakan progres Moonela, Lillia langsung berdiri dan mengisyaratkan Moonela untuk bersiap-siap.Moonela yang terduduk di sofa pun langsung berdiri tegak. Dia memutar penanya dengan perlahan, lalu mengambil salah satu sketsa secara acak dar
Saat ini adalah waktu eksklusif bagi Moonela dan tim lainnya. Jadi, Lillia juga tidak enak hati tinggal lebih lama lagi. Dia hanya melihat sekilas gambar yang berada tangan Moonela. Dengan adanya juru kamera di sini, Nikita terkesan lebih sungkan.Setelah Lillia mengukur lebar pundak Nikita, Nikita melirik ke arah juru kamera sekilas, lalu duduk di sofa. "Hari ini sampai di sini dulu, aku kurang enak badan."Juru kamera itu pun meletakkan peralatannya dan mematikan kamera, lalu keluar dari kamar. Sikap Nikita saat ini berbeda dari biasanya, dia tidak mempersulit Lillia dan hanya fokus memainkan ponselnya. Lillia yang duduk di sudut ruangan, diam-diam menggambar di kertas sketsanya saat Nikita tidak memperhatikan.Saat jam makan siang tiba, semua orang berkumpul di ruang makan. Lillia berjalan mengikuti Nikita masuk ke ruangan itu. Namun saat sedang mencari sosok Moonela, dia malah melihat sosok lain yang tak asing. Orang itu adalah Claude.Cedron sedang duduk di seberangnya. Kedua oran
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per