Share

Bab 2 Kabur

Penulis: Tusya Ryma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 23:24:30

Jam 11 malam, di kamar gelap yang hanya ada sedikit cahaya dari lampu luar, Danisha menggigil di pojok ruangan dengan lebam dan panas di sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa sakit, luka di keningnya pun infeksi karena terlalu lama dibiarkan, dan jari di tangan kirinya sudah bengkak karena tadi diinjak oleh Bian. Bahkan sekarang cincin pernikahannya pun tidak bisa dilepas karena jarinya ikut membesar.

"Ah! Bagaimana ini? Sakit sekali!" Danisha sudah tidak tahan lagi. Kalau terus berada di sana, bisa-bisa dirinya mati konyol.

"Aku harus keluar!" ucap Danisha sambil menatap seisi kamar yang nampak gelap.

Dari jendela minimalis berukuran lebar 60x150 cm, terlihat ada cahaya dari lampu luar di balik tirai yang tertutup. Sekuat tenaga Danisha bangkit berdiri, menghampiri jendela itu dengan harapan dirinya bisa memanfaatkan itu untuk kabur.

"Aishhh!" Danisha mendesis sambil menahan lututnya yang tidak bertenaga saat berdiri.

Gaun pengantinnya yang panjang lumayan berat, Danisha semakin kesulitan untuk berjalan.

"Aku harus mencari gunting dulu!"

Danisha berencana memotong pendek gaunnya agar dirinya bisa lebih leluasa bergerak.

Untungnya, kamar gelap itu merupakan ruangan bekas kamar pembantu yang sudah tidak dipakai. Selain ada lemari yang sudah usang, juga ada laci yang terdapat beberapa barang di dalamnya. Entah barang apa saja itu, Danisha tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Aku harus cepat!" ucapnya sambil menarik laci, lalu membawanya ke lantai.

Dengan tangannya yang bengkak dan rasa sakit yang luar biasa, Danisha menumpahkan isi laci itu ke lantai, lalu mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk memotong gaunnya.

Setelah ditumpahkan ke lantai, ada satu gunting kecil yang terbuat dari bahan stainless steel kualitas bagus. Walau sudah lama tidak dipakai pun gunting itu masih tajam dan bisa dipakai untuk memotong kain.

Setelah selesai memotong pendek gaunnya dengan penuh perjuangan dan rasa sakit yang luar biasa, akhirnya tubuhnya terasa ringan. Dirinya lebih leluasa untuk bergerak.

Tanpa membuang waktunya lagi, Danisha membuka jendela itu, lalu naik dan manjat ke jendela. Ia loncat ke luar dengan penuh waspada, menatap kiri dan kanan, lalu berjalan membungkuk agar tidak dilihat orang.

Di taman belakang yang sepi, Danisha berjalan mengendap-endap sambil memeluk kain putih bekas gaunnya. Ia tidak berani kabur lewat depan, karena di depan selalu ada petugas keamanan yang berjaga 24 jam.

Mentok di halaman belakang, Danisha terdiam sambil melihat tembok kokoh dengan tinggi tiga meter dan pagar besi runcing di atasnya. Tidak ada cara lain untuk keluar dari rumah itu, Danisha harus manjat dan melewati pagar tersebut.

"Kalau tidak mati karena menahan sakit, mungkin aku akan mati karena tertusuk besi itu," gumamnya sambil melihat besi runcing di atas tembok.

Tapi, daripada pasrah menunggu kematiannya di dalam rumah, lebih baik Danisha berikhtiar keluar dari kematian dengan cara memanjat tembok.

"Tidak apa-apa, Danish! Kau pasti bisa!" Ia menyemangati dirinya sendiri.

Padahal tubuhnya sudah sangat sakit, tidak ada semangat untuk memanjat atau melakukan hal lain. Walau berat, ia tetap harus mencoba. Biar nanti setelah keluar dari rumah besar itu, ia bisa meminta tolong di jalan.

Dengan rasa sakit di dalam hati dan wajahnya yang bengkak karena tamparan, juga kening yang terluka, Danisa melempar kain di tangannya ke atas, lalu tersangkut ke pagar runcing yang ada di atasnya. Ia pun mulai menarik kain tiga lapis itu, lalu memanjat dengan kekuatan terakhirnya.

Bruk!

"Ah!"

Baru saja sampai di puncak dan melewati besi itu, tiba-tiba Danisha terjatuh ke bawah dan langsung mendarat di tanah.

Untung saja, jatuhnya keluar dari batas rumah Bian, itu artinya Danisha berhasil keluar dari rumah setan tersebut.

"Sedikit lagi! Sedikit lagi Danish! Kau hanya perlu berjalan sedikit ke jalan, lalu mencari pertolongan!" lirihnya dengan air mata dan darah yang bercampur di wajah cantiknya. Ia berbaring di tanah sambil menatap langit yang gelap.

Akhirnya Danisha bangkit berdiri. Ia terhuyung, berjalan menuju jalan utama dengan harapan ada seseorang yang akan menolongnya.

Danisha menangis sepanjang jalan.Ia berharap akan ada satu atau dua kendaraan yang lewat, lalu seseorang menolongnya. Tapi ini, dirinya sudah lama berjalan, dan sudah lebih dari lima kendaraan yang lewat, tapi tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya.

Mungkin mereka mengira bahwa Danisha merupakan korban tabrak lagi. Jadi mereka tidak ada yang berani memberinya tumpangan.

Semakin lama, tubuh Danisha semakin lemah. Mau dipaksakan sekeras apapun, tubuh dan kakinya tidak mampu lagi untuk berjalan. Akhirnya Danisha memutuskan untuk berhenti sejenak. Ia duduk dan bersandar di pohon yang besar di pinggir jalan, lalu istirahat sambil memejamkan mata.

Jam 1 malam, hujan mulai turun. Danisha pun sudah tertidur di bawah pohon dengan tubuh lebam dan tangannya yang bengkak. Rasa basah dan dingin pun sudah tidak bisa dia rasakan lagi. Ingatannya menghilang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Nona! Bangun, Nona! Apa Anda baik-baik saja?" tanya seorang pria di depannya.

Orang itu begitu wangi, berjongkok sambil memegang payung hitam dan melindungi tubuhnya dari air hujan. Dia memperhatikan tubuh Danisha dari atas hingga ke bawah. Lalu menyentuh luka di kening Danisha sambil mengerutkan kening.

"Nona! Bangunlah!" ucapnya lagi sambil menyentuh pipinya yang merah dan bengkak.

"Ah .... Si-siapa kau?" Antara hidup dan mati, Danisha bertanya pada orang yang ada di depannya.

Ia membuka matanya sedikit, namun tiga detik kemudian kesadarannya menghilang.

Bab terkait

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 3 Ini di Mana?

    Di sebuah kamar mewah dengan dekorasi modern yang indah, Danisha terbangun karena suara seseorang membuka pintu. Saat bangun, Danisha merasakan tubuhnya panas, dan tulang belulangnya terasa sakit. Rambutnya pun basah, entah karena keringat atau karena air hujan. Selain itu, dadanya terasa sesak dan sakit, seperti ada pisau yang mencabik-cabik isi di dalamnya. "Eh, ini di mana?" Ia pun menatap seisi kamar yang nampak asing, lalu melihat cairan infusan menggantung di samping tempat tidurnya. "Awhhh!" Ketika tangannya diraba, ternyata ada selang yang menempel. "Oh ...." Pantas saja punggung tangannya terasa gatal, ternyata karena perekat yang menahan selang infus agar tidak bergeser. "Nona! Syukurlah Anda sudah bangun!" ucap seseorang dari depan pintu. Danisha pun seketika terkesiap. Ia menoleh ke samping, melihat seorang wanita paruh baya sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum. "Sudah lebih dari 5 jam Anda tidak sadarkan diri, Nona! Anda pun mengalami demam tinggi. Semalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 4 Orang Lain tidak Boleh Tahu

    Di sore hari, kondisi Danisha sudah membaik, demamnya pun sudah turun dan kepalanya tidak pusing. Ia tidak diinfus lagi karena kondisinya benar-benar sudah baik. Hanya memar di tubuh dan sedikit bengkak di tangan, itu tidak masalah. Danisha masih bisa beraktifitas seperti biasa. "Nona! Ini pakaian untuk Anda! Mandi dan pakailah! Pak Lucas menunggu Anda di bawah!" ucap kepala pelayan yang bernama Lunie. Tadi, setelah tuannya pulang kerja, Lunie menceritakan kondisi dan keadaan Danisha pada pria single yang sudah berusia tiga puluh lima tahun—namun belum menikah. Tuannya yang sangat kaya itu langsung memberikan pakaian yang dibawanya dari luar, lalu meminta Lunie untuk memberikannya pada Danisha dan memanggil wanita yang terpaut usia 9 tahun lebih muda darinya itu untuk turun ke bawah. Tapi bukan untuk menemui sang pemilik rumah, melainkan Lucas—asisten pribadinya—mewakilinya untuk berbicara dengan Danisha. "Oh, ya! Terima kasih!" balas Danish sambil mengambil pakaian itu dari tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 5 Janda di Malam Pertama

    Jam 6 sore, langit sudah mulai gelap. Bian datang ke rumah itu dan memarkirkan mobilnya di halaman yang sangat indah dan luas. Dari pintu utama yang tinggi dan besar, Danisha berjalan ditemani kepala pelayan menghampiri Bian. Ketika mereka bertatap muka, Bian terdiam, melihat di kening dan tangan Danisha ada plester besar yang menutupi luka-lukanya. Pakaian dan sepatu yang dipakai Danisha pun nampak mahal, padahal semalam istirnya kabur tanpa mengganti pakaian. "Dari mana saja kau, semalaman tidak pulang? Bahkan kau merusak semua tanaman yang ada di belakang rumah!" Bukannya disambut dengan baik oleh orang yang menjemputnya, Danisha malah dipelototi. Kepala pelayan yang mengantarnya pun sampai terheran-heran dengan sikap kasar Bian. "Terima kasih, Bu! Saya tidak akan melupakan semua kebaikan kalian!" Danisha tidak langsung menjawab pertanyaan Bian. Ia malah berpamitan pada kepala pelayan, lalu berterima kasih lagi untuk kesekian kalinya sebelum dirinya benar-benar pergi. "Iya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 6 Saya Bukan Suami Anda

    Pria di depannya ini benar-benar sudah gila. Tadi, Bian menjemput Danisha di rumah orang lain layaknya suami yang baik. Tapi sekarang, dia menurunkannya seperti akan menurunkan seekor domba dari mobilnya, sangat kasar dan arogan. Tanpa membuang waktunya lagi, Danisha pun segera membuka sabuk pengamannya, keluar dari mobil, lalu membuka bagasi belakang sesuai arahan dari Bian. Melihat ada koper hitam yang memang miliknya, Danisha langsung mengangkatnya, lalu menurunkannya ke tanah. Setelah itu, Bian benar-benar pergi. Dia mengunjak gasnya dengan kuat seperti akan menerbangkan mobil dua baris itu ke langit. Melihat mobil dan orangnya sudah pergi, Danisha pun terdiam. Ia membeku di pinggir jalan yang gelap dengan tinju yang terkepal erat di dalam pakaian. Ia pun tidak menyadari, orang yang menolongnya semalam mengikutinya dari belakang. Dan sekarang dia sedang memperhatikannya dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Ah, sudahlah! Lebih baik seperti ini. Dia pergi aku pun pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 7 Dasar Bodoh

    "Hah?" Wihaldy mengerutkan kening. Wanita disampingnya bertanya, apa dia akan menculiknya? "Nona! Saya bukan penculik! Kalau diculik pun, Anda sudah saya ikat di belakang!" "Lalu ... kenapa kau membawaku dari bar? Di sana masih ada temanku, loh! Bukankah kita tidak saling mengenal?" tanya Danisha dengan mulut yang dikerucutkan ke depan. Matanya setengah menyipit, menatap pria di sampingnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah pengemudi. Sedikit lagi mereka akan bersentuhan. Orang mabuk memang sangat bodoh. Sudah tahu mereka tidak saling mengenal, tapi Danisha terus saja mendekatinya. "Nona!" panggil Wihaldy sambil menoleh ke samping. Seketika ia beradu pandang dengan mata indah nan cantik dengan wajah imut Danisha dari jarak yang sangat dekat. Detik berikutnya, Wihaldy segera menarik pandangannya kembali. Dengan pelan berkata, "Tadi ada mantan suami Anda di bar!" "Hah, mantan suami? Siapa? Bian maksdumu?" tanya Danisha dengan malas. Ia pun menarik tubuhnya kembali, duduk di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 8 Kau Mabuk, tapi Malah Menciumnya

    Di pinggir jalan yang sepi, hawa panas memenuhi seisi mobil dengan uap yang menutupi kaca. Danisha yang sudah tak berdaya di bawah tubuh seorang pria pun tiba-tiba menghentikan ciuman pria itu. "Sekarang kita ada di jalan! Aku tidak ingin seseorang melihat kita!" Danisha masih trauma. Ia tidak ingin seseorang memotret dirinya, lalu fotonya disebar luaskan seperti yang Bian terima kemarin. "Apa kita pindah saja?" tanya Wihaldy yang di hatinya sangat enggan untuk berhenti. Permainan sudah sejauh ini, dan di bawah perutnya sudah sangat sesak, kalau tiba-tiba berhenti rasanya tidak enak. Tidak ada cara lain, permainan sudah sangat panas, pakaian bagian atas pun sudah sama-sama dilepas, mereka harus pindah tempat untuk melanjutkan, atau menyudahinya sekarang juga sebelum orang lain memergoki. "Enh" Danisha mengangguk dengan napas yang terengah. Padahal awalnya Danisha hanya ingin berterima kasih karena pria itu sangat baik padanya. Tapi respon dari Wihaldy di luar dugaan. Pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 9 Gosip Perceraian

    Di jam makan siang, Danisha yang saat ini masih diberi cuti selama satu minggu, duduk bersama Stefia—yang sedang istirahat—di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor tempat kerja mereka. Sebelumnya, Danisha sudah menghubungi Stefia melalui telepon yang ada di kamar, meminta teman baiknya itu untuk datang ke kamar hotel sambil membawa sweater besar, juga tas dan dompetnya yang semalam tertinggal di bar. "Sebenarnya semalam kau pergi dengan siapa? Katanya ke toilet, tapi malah menghilang. Pria yang duduk di depan kita bilang, kau pergi bersama temannya. Semua tagihan kita dibayar oleh orang yang bersamamu. Sha, sebenarnya mereka itu siapa?" tanya Stefia dengan heran. Di depannya, Danisha yang masih mengenakan pakaian yang kemarin, namun sekarang sudah memakai sweater, terdiam sambil mengaduk minumannya menggunakan sedotan. Padahal dirinya ingin melupakan kejadian semalam, tapi teman baiknya ini malah membahasnya. "Serius, Sha! Yang duduk di depan kita itu benar temanmu atau buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 10 Bersama Teman Priamu

    Di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat kerja Danisha, Bian duduk sendiri sambil menyesap minuman yang baru dipesannya. Danisha yang baru masuk terdiam sejenak, lalu menarik napas, menegakan punggung sebelum berjalan menghampiri meja itu. "Ehem ...." Danisha berdehem sambil berdiri di depan Bian dengan perasaan yang sudah tidak karuan. Sudah 2 bulan mereka tidak bertemu, tapi rasa sakit karena tuduhan dan perbuatan kasar Bian pada Danisha masih terasa. Perasaannya masih sangat hancur dan hatinya rasa teriris. Inginnya ia tidak bertemu dengan Bian seumur hidupnya, inginnya mereka berpura-pura tidak saling mengenal dan tidak saling berbicara. Namun sepertinya itu tidak mungkin. Akan selalu ada alasan yang membuat mereka saling berkomunikasi. "Duduklah!" ucap Bian acuh tak acuh. Danisha pun segera duduk di depannya. Setelah itu Bian memanggil pelayan untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan disajikan, terlebih dulu Bian berbicara. "Kuharap kau tidak lupa dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 21 Rumah yang Dia Kenal

    Hari ini masih hari Kamis, besok sepulang kerja Danisha akan langsung pulang ke Kota C ke rumah orang tuanya dan akan kembali hari Minggu siang karena besoknya harus bekerja lagi."Bagaimana, ya? Apa benar aku harus meminta bantuan Bian untuk menjelaskan semuanya pada Ayah?" gumam Danisha di ruangan kerjanya.Tangannya menekan beberapa huruf di keyboard, matanya menatap layar monitor yang ada di depannya, sedangkan pikirannya malah memikirkan hal lain.Danisha benar-benar mempertimbangkan ide dari Stefia. Padahal teman baiknya itu hanya bercanda dan tidak benar-benar menyarankan hal konyol itu. Tapi Danisha menganggapnya serius."Danish .... Apa yang sedang kau ketik?" tanya rekannya dari samping.Tulisan di layar monitor tidak lah jelas. Bukan sebuah kalimat, melainkan hanya tulisan asal yang dia ketik karena tidak disengaja."Eh ...." Mendengar hal itu, Danisha segera tersadar.Ia menghentikan gerakan tangannya, lalu menoleh ke samping dan melihat rekan kerjanya yang bernama Fandy b

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 20 Hancurnya Hati Seorang Ayah

    Sepertinya itu bukan ide yang buruk. Selain kepindahannya bisa menguntungkan untuk Stefia, itu juga akan menguntungkan untuk Danisha sendiri. DING! Pintu lift pun sudah terbuka. Danisha dan Stefia berjalan menuju ruangannya sambil berbincang. "Bagaimana?" tanya Danisha yang masih penasaran dengan jawaban Stefia. Walau semalam Bian bilang dia akan membayar semua cicilan apartemen dan akan memberi Danisha uang untuk biaya hidupnya, tapi Danisha tidak tertarik dengan itu. Ia masih dengan keputusannya, menolak ajakan Bian untuk kembali bersama. Lebih baik dirinya pusing sendiri untuk mengatur uang tabungannya yang tinggal sedikit itu daripada harus kembali pada pria yang telah memberikan trauma yang mendalam di sepanjang hidupnya. Tring! Belum sempat Stefia menjawab, tiba-tiba terdengar nada dering dari panggilan masuk di ponsel Danisha. Mau diabaikan pun, rasanya tidak bisa. Yang memanggilnya sekarang adalah ayahnya yang sudah dua bulan tidak bertemu. Ayahnya pun tidak tah

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 19 Pernah Bertemu Sebelumnya

    "Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Wihaldy yang masih memeluk Danisha sama seperti sebelumnya.  Bian sudah dibawa pergi oleh petugas keamanan, sekarang di tempat itu hanya ada Danisha berdua dengan Wihaldy.  "Terima kasih!" lirih Danisha dengan pelan.  Tanpa sadar ia memeluk tubuh kekar pria itu, membenamkan wajahnya di dada Wihaldy dengan perasaan yang sangat tidak karuan.  Entah mengapa, pria itu selalu ada untuknya di situasi terburuk sekalipun. Padahal sebelumnya mereka tidak saling mengenal, bertemu pun bukan disengaja. Tapi pria itu, selalu menolong dan menyelamatkan Danisha.  "Tidak apa-apa! Sudah seharusnya ini kulakukan. Lain kali, kalau dia mengganggumu lagi, jangan segan untuk segera menghubungiku!"  "Oh, iya!" Tiba-tiba Wihaldy berbicara serius. "Anggap saja ini sebagai balasan karena dulu, lima tahun yang lalu kau pernah menyelamatkan aku!"  "Hah?" Yang tadinya sedih, sekarang Danisha malah terkejut.  Ia penasaran dan segera mendongak menatap Wihaldy yang tampan, yang

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 18 Mengganggu

    Di ruangan yang hening dan sepi, Danisha berbaring di sofa sambil mencengkram bantal yang ada di sampingnya. Saat ini jiwanya sedang terancam, namun ia tidak bisa melakukan apapun selain terdiam karena situasinya sangat sulit. Mantan suami yang sebelumnya sudah menghina, menyiksa, dan bahkan menceraikannya, sekarang malah mendekatinya dan mengeluarkan sinyal-sinyal berbahaya. Bian sudah membuka kemeja di tubuhnya, lalu mendekati Danisha dan menekannya di atas sofa. Bian mencium Danisha tanpa aba-aba, padahal saat ini status mereka bukan lagi suami istri. "Sayang! Ini memang agak terlambat! Seharusnya kita melakukannya 2 bulan yang lalu! Tapi tidak apa-apa. Sekarang pun tidak masalah. Kita masih bisa melakukannya di sini, di tempat tinggal yang sudah kita siapkan satu tahun yang lalu!" ucap Bian dengan pelan. Dia pun mengecup telinga Danisha, lalu menekan kedua tangan Danisha ke atas agar wanita itu tidak bisa memberontak. "Bi-Bian! Kita bukan lagi suami istri, tidak seharusnya

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 17 Apa Rasa Sakitku Bisa Sembuh Hanya dengan Kata Maaf?

    Waktu seolah berhenti beberapa detik. Danisha terdiam sambil mencerna apa yang baru saja didengarnya. Antara terkejut, tapi juga sakit di hatinya, Danisha menunduk sambil melihat Bian yang masih memeluk kakinya sambil memohon ampun. "A-apa yang kau katakan?" tanya Danisha dengan terbata. Bagaimana dirinya tidak sakit mendengar semua penyesalan Bian tentang kekeliruannya di malam pertama setelah mereka menikah? Di malam pertama yang seharusnya menjadi malam yang indah setelah mereka menjalin kasih selama 3 tahun, Bian malah tega menuduh Danisha berselingkuh, Bian pun mencaci Danisha tiada henti seperti mencaci seorang pencuri setelah melihat foto palsu itu. Saking marahnya, tanpa mau mendengarkan penjelasan dari istrinya, Bian malah menampar wajah cantik Danisha dengan keras. Dia pun mendorongnya ke meja kopi sampai kening Danisha terluka dan dijahit. Tangan Danisha diinjaknya sampai jari-jarinya bengkak dan cincin pernikahannya digergaji karena tidak bisa dilepas. Bukan hanya itu

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 16 Berlutut di Hadapan Danisha

    Baru saja Danisha bisa bernapas dengan lega setelah melihat seseorang di seberang jalan, tiba-tiba pintu apartemen—yang memiliki dua kamar tidur—itu ada yang menggedor dari luar. Detik berikutnya, seseorang menekan beberapa angka untuk membuka sandi, lalu pintunya terbuka dengan keras membuat Danisha yang duduk di sofa terkejut dan terperanjat. Brak! "Bagus ya, Danish! Tempat tinggal ini kau pakai bersama pria lain. Sedangkan aku ... aku yang membayar DP dan cicilan selama satu tahun malah tidak pernah sama sekali!" teriak Bian sambil masuk dan menatap seorang pria dengan penuh permusuhan. "Dan kau ..." tunjuk Bian pada Wihaldy yang sedang duduk di seberangnya, "tadi sudah kuperingatkan kau agar menjauhi Danish! Tapi kau malah semakin berani, bahkan masuk ke apartemenku tanpa izin! Tuan Wihaldy, aku baru tahu, kau ini orang yang tidak sopan, ya!" "Hah .... Tidak sopan?" gumam Wihaldy sambil mengerutkan kening. Padahal dia baru saja duduk di tempat itu, tidak tahu ini tempat t

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 15 Hampir Saja

    Jam 7 malam, Danisha masih mengobrol dengan Wihaldy di dalam restoran. Awalnya Danisha tidak berniat mengenal pria itu lebih jauh. Tapi sekarang, setelah melihatnya terluka karena ulah mantan suami, Danisha pun menjadi tidak enak, juga merasa bersalah pada pria itu. Kalau bukan karena dirinya, Bian tidak mungkin menghajar Wihaldy sampai bibirnya terluka. Danisha pun terus menanyakan, selain bibir, sakitnya di bagian mana lagi?Dan, setelah mengobrol ternyata pria gagah dan tampan itu tidak seburuk yang dibayangkan. Wihaldy sangat nyaman dan asik saat diajak bicara."Aku tinggal di tower A. Biar kuambil dulu obat untuk luka di bibirmu, ya," ucap Danisha setelah selesai menghabiskan makanannya.Dilihatnya, sedari tadi Wihaldy tidak terlalu banyak makan. Mungkin karena di bibir dalamnya ada luka, jadi dia enggan untuk memasukkan makannya ke dalam mulut. Karena hal itulah Danisha berniat mengobati luka pria itu agar dirinya tidak merasa bersalah."Tidak perlu! Aku sungguh tidak apa-apa!"

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 14 Satu Sama

    Danisha tidak ingin ada utang pada Wihaldy, juga tidak ingin suatu saat nanti dia harus membayarnya dengan hal lain. "Untuk pembayaran makanan tadi yang tidak Anda makan, saya tetap akan mengembalikannya pada Anda! Tidak enak rasanya kalau saya membiarkan Anda membayar makanan kami, sedangkan yang memesan makanannya adalah mantan suami saya," ucap Danisha dengan serius. Sekarang pun, kalau bukan karena masalah uang, Danisha tidak akan menghubungi Wihaldy dan memintanya untuk bertemu. Ia terpaksa melakukannya agar ke depannya tidak ada alasan dirinya bertemu dengan pria itu lagi. "Oh, baiklah!" Wihaldy pun mengangguk. Ia tidak akan berdebat dengan wanita di depannya dan tidak ingin wanita itu merasa tidak enak sepanjang hidupnya. Wihaldy akan memakai cara lain untuk membuat Danisha menerima niat baiknya. "Kebetulan, bukti pembayarannya masih ada di dompet. Biar saya cek dulu, ya!" Wihaldy pun membuka dompet hitamnya, melihat kertas putih yang tadi dimasukkan ke dalam dompet

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 13 Mematahkan Tulangmu

    Jam 5 sore, di sebuah kafe yang ada di pusat kota, Wihaldy dan Bian duduk di salah satu meja yang ada di lantai dua sambil menikmati pemandangan sore yang sangat indah. Mereka terdiam beberapa saat dengan suasana yang terasa menegang.  "Ah, ya! Seharusnya kau bisa memperlakukan istrimu dengan baik. Memanjakan dia layaknya seorang tuan putri. Kalau sudah begini, apa yang bisa kau lakukan? Kau menerima foto palsu, lalu menceraikan istrimu tanpa mendengarkan penjelasannya. Luka di hatinya pasti sudah sangat dalam. Walau kau melarangku untuk mendekatinya, tapi itu tidak akan membuatmu kembali ke sisinya!" ucap Wihaldy setelah diperingati oleh Bian.  Awalnya Wihaldy hanya ingin menyelamatkan harga diri Danisha yang terus disudutkan oleh Bian tadi di restoran. Tapi Bian malah menuduh Wihaldy sebagai pria kesepian yang memanfaatkan situasi.  "Dari mana kau tahu foto itu palsu, bahkan kau belum pernah melihatnya, kan? Asal kau tahu saja, Danish pura-pura polos untuk mendapatkan simpati d

DMCA.com Protection Status