"Stel ... Stela bangun!" Sean mengoyang-goyangkan tubuh Stela.
Stela yang masih lelah setelah penyatuannya dengan sang suami, segera membuka matanya. "Kenapa, Se?" tanyanya.
"Kenapa tidak ada noda darah?"
"Noda darah apa?" Stela masih mencerna kata-kata Sean.
"Lihatlah!" Sean menunjuk seprei tempat tidur. "Tidak ada noda darah," ucapnya mengulang kembali perkataanya.
"Lalu?"
"Lalu kamu bilang, apa kamu tidak tahu kalau seorang wanita melakukan hubungan pertama kali akan ada darah yang keluar?" jelas Sean sedikit dengan nada tinggi.
"Se, aku tidak tahu kenapa itu tidak ada." Pemilik nama Auristela Chalondra itu juga bingung saat tidak mendapati noda darah di tempat tidur.
"Apa kamu tidak perawan?"
"Se, jangan bicara konyol, aku pertama kalinya melakukannya denganmu."
"Jangan membohongiku, Stel!"
"Aku tidak bohong, Se." Stela benar-benar bingung bagaimana meyakinkan Sean.
"Tapi, kenyataan berkata lain." Sean sudah diliputi emosi karena rasa kecewa teramat dirasakannya.
"Tapi, aku benar-benar masih perawan, Se." Stela sudah meneteskan air matanya mendengar tuduhan Sean. Hatinya sakit saat orang yang dicintainya menuduhnya. "Apa kamu tidak bisa merasakannya?" tanyanya.
Sean berpikir memang dia merasakan jalan yang sempit dan susah untuk dilalui, tapi itu bukan bukti kuat baginya yang sudah diliputi emosi. "Kapan kamu selingkuh dariku?"
Kedua bola mata Stela membulat sempurna saat Sean menuduhnya selingkuh. "Aku tidak pernah selingkuh," elaknya.
"Dengan kenyataan yang aku dapati, apa yang harus aku percaya?" Sean meluapkan emosinya pada Stela
"Aku benar-benar masih—"
"Jangan katakan kalau kamu masih perawan lagi," potong Sean, "kita akan bercerai secepatnya!" Kata-kata yang menggelegar mengisi keheningan kamar hotel.
Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berlalu meninggalkan Stela di kamar hotel sendiri.
Stela hanya bisa menangis, mengingat setiap kata yang terlontar dari mulut orang yang begitu dia cintai.
Menurunkan kakinya, dia mencoba berjalan ke arah kamar mandi. Tapi, rasa sakit membuatnya urung melakukannya. Stela kembali merebahkan tubuhnya. Menangis dan meratapi semua yang terjadi padanya.
Setelah kata cerai yang diberikan Sean padanya, akhirnya Stela kembali ke kos miliknya. Dia berusaha kuat untuk menjalani hidup. Stela masih tidak percaya, malam yang baru saja mereka habiskan bersama menjadi akhir kebersamaan mereka.
Sean Alexander Wijaya adalah teman kuliah Stela. Pria tampan dari keluarga Wijaya itu adalah salah satu idola di kampus. Dengan tubuh tinggi dan atletis membuat seorang Sean memiliki daya tarik tersendiri.
Sean pula yang menjadi teman pertama Stela di kampus, hingga kedekatan mereka berdua berlanjut. Setelah menjalani hubungan selama empat tahun, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah. Namun, sayangnya semua berakhir setelah malam indah bersama dihabiskan.
Seminggu sudah setelah kejadian itu, Stela berusaha bangkit. Hidup mesti berjalan. Karena itu, dia berusaha untuk kuat menjalan itu semua.
Hari ini Stela berkunjung ke kantin-tempat temannya bekerja. Niatnya hanya untuk makan siang bersama dan bercerita karena bosan di kos sendiri.
"Aku ingin mencari perkerjaan, Na," ucap Stela seraya mengaduk-aduk minumannya.
"Ke mana?" tanya Ana. Kirana atau biasa Stela panggil Ana adalah dokter muda di salah satu rumah sakit swasta di ibu kota. Kirana adalah teman satu kos Stela. Walau mereka beda jurusan, kedekatan mereka terjalin dengan baik.
"Belum tahu."
"Kamu bekerja di perusahan temanku saja, Stel. Dia sedang mencari sekretaris," timpal Nathan yang saat itu berada di samping Ana.
Nathan adalah kekasih dari Ana. Mereka bekerja di rumah sakit yang sama. Karena sering bertemu dengan Nathan, Stela menjadi sangat akrab.
"Benarkah, Dok?" tanya Stela semangat.
Nathan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Stela. "Nanti aku akan memberimu alamat perusahaannya, dan nanti aku akan menghubungi temanku jika kamu akan melamar," ucapnya.
"Terima kasih, Pak dokter," ucap Stela dengan wajah dihiasi senyum. Stela merasa sangat beruntung. Di saat dirinya membutuhkan pekerjaan, temannya menawari.
****
"Semoga saja tidak macet," gumam Stela dalam perjalanan menuju kantor barunya. Dengan mengendarai motornya yang selalu menemaninya selama ini, dia menuju kantor barunya.
"Untung saja aku tidak terlambat," ucap Stela seraya membuka helmnya.
Hari ini adalah hari pertama Stela berkerja. Dia merasa beruntung karena bisa diterima di perusahan yang cukup besar di Ibu kota. Cukup sulit untuk masuk perusahaan yang diincar para pencari kerja, dan karena campur tangan Nathan, dia bisa bekerja di perusahaan tersebut.
Rasanya Stela masih tidak percaya jika dia bisa masuk ke dalam perusahaan besar seperti sekarang.
"Pagi, Kak Ina," sapa Stela. Ina adalah sekretaris CEO. Dia masih bekerja untuk mengajari Stela sebelum mengambil cuti.
"Pagi juga, Auri." Ina menyapa sambil memanggil nama depan Stela.
"Hari ini apa yang saya harus kerjakan, Kak?"
"Kamu buatkan teh Pak Bos ya, lalu kamu bacakan jadwalnya. Setelah itu nanti aku akan jelaskan apa yang harus kamu lakukan."
"Oke, Kak."
Beberapa saat kemudian tampak seseorang datang dan berjalan dari arah lift. Mereka berdua segera berdiri untuk menyambut. Finn Kalandra Sanjaya-putra pemilik PT Sanjaya, yang juga menjabat sebagai CEO. Stela yang melihat Finn, merasa pria itu sangat tampan. Stela masih sama dengan para wanita yang selalu memuja seseorang dari parasnya.
Usai, Finn masuk ke ruangannya, Stela segera melakukan semua yang dikatakan Ina. Membawakan secangkir teh untuk atasannya itu dan membacakan jadwal.
"Jadwal Pak Finn pagi ini rapat dengan pemegang saham. Sebelum makan siang, ada pertemuan di restoran pelangi dengan investor baru." Stela membacakan jadwal Finn.
"Baiklah, aku akan makan siang dengan tunanganku setelah bertemu investor, jadi siapkan semua."
"Baik, Pak." Stela mencatat apa yang diminta atasannya.
Perasaan Stela begitu lega, saat bisa mengerjakan pekerjaan pertamanya tanpa ada masalah. Dalam bayangan Stela bekerja di perusahaan besar akan sangat menakutkan. Dia sudah membayangkan bos garang yang akan siap-siap memarahinya. Namun, untuk saat ini keberuntungan berpihak pada Stela, selain mendapatkan atasan yang tampan, atasannya termasuk ramah terhadap karyawan.
Dengan cekatan tangan Stela menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan untuk rapat pagi ini. Dia tidak mau sampai melakukan kesalahan di hari pertamanya bekerja.
Setelah rapat pagi dengan pemegang saham, Stela menemani atasannya untuk bertemu dengan investor baru.
Sebelum datang ke restoran, sesuai perintah atasannya, Stela sudah memesan meja. Jadi saat sampai di restoran, pelayan langsung mengantarkan Stela dan atasannya ke meja pesanan Stela. Sambil menunggu investor baru, mereka berdua memesan kopi.
"Selamat siang, Pak Finn," ucap pria itu saat sampai di meja.
"Selamat siang juga, Pak Sean," jawab Finn membalas sapaan Sean.
Stela yang duduk menghadap Finn dan membelakangi pria yang baru datang itu, seketika membeku mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya. Diitambah lagi Finn memanggil nama pria itu. Hal itu membuat Stela yakin bahwa siapa pria itu.
‘Sean.’
"Silahkan duduk!" Finn mempersilakan Sean untuk duduk.Sean segera menarik kursi untuk duduk. Namun, baru saja menarik kursi, dia mendapati seorang wanita yang dia kenal.'Stela.'Finn yang melihat Sean menatap Stela, mengartikan kalau Sean terpesona akan kecantikan Stela. "Perkenalkan ini sekretaris saya, namanya Auri." Finn mengenalkan Stela pada Sean. "Auri, ini investor baru perusahaan kita." Finn juga mengenalkan Sean pada Stela."Selamat siang Pak Sean, saya Auri." Stela mengulurkan tangan dengan tenang."Sean." Sean menerima lembut tangan Stela. Tangan yang sudah lama dia tidak sentuh.Stela dan Sean berpikir pertemuan bisnis Finn mempertemukan kembali mereka yang sudah sebulan tidak bertemu.Finn dan Sean melanjutkan perencanaan investasi yang akan dilakukan oleh Sean di perusahaan Finn. Finn menjelaskan semua pada Sean, detail kerja sama mereka dan Stela membantu mencatat beberapa poin yang diminta oleh Sean.Mata Sean sibuk memerhatikan Stela yang begitu tenang saat bekerja.
Hati Stela sedikit teriris saat seseorang menanyakan pernikahannya, apa lagi dirinya baru saja bertemu dengan pria yang menjadi suaminya itu. "Baru satu bulan, Pak." "Masih pengantin baru ya," goda Finn."Iya," jawab Stela singkat. Wanita yang menarik.Finn melihat Stela tenang saja saat dia mengoda dan tak tampak merona. Mereka berdua sibuk makan, dan Finn berhenti bertanya karena dia tak mau membuat Stela tidak nyaman saat makan. ** "Bagaimana hari pertama berkerja?" tanya Ana yang baru masuk ke kamar kos Stela. "Lumayan, bosnya tidak menakutkan." Ana langsung tertawa mendengar ucapan Stela. "Finn memang tidak menakutkan, aku sudah bilang bukan." "Aku bertemu Sean tadi." Stela yang teringat pertemuannya dengan Sean, menceritakan pada Ana. "Hah!" pekik Ana kaget, "di mana?" tanya Ana yang masih begitu ingin tahu dimana temannya itu bertemu suaminya "Ternyata dia investor baru di tempat Finn." "Bagaimana reaksinya melihatmu?" Ana begitu penasaran. Dia tahu seperti apa hubu
"Nathan, Ana kenalkan ini Pak Sean, rekan bisnisku." Finn mengenalkan Sean pada Ana dan Nathan."Hai, Nathan," ucap Nathan mengulurkan tangan pada Sean."Sean." Sean menerima uluran tangan Nathan."Hai Sean, apa kabar?" tanya Ana."Kamu kenal Pak Sean, Ana?" Finn begitu kaget saat Ana ternyata mengenal Sean."Dulu kami satu kampus," ucap Ana pada Finn. "Bukan begitu, Se?" Ana menatap tajam pada Sean. Sebagai teman Stela dia begitu membenci Sean yang sudah menyakiti temannya."Iya, kami dulu satu kampus.""Berarti Auri juga kenal Pak Sean?" tanya Finn menatap Stela.Stela bingung menjawab apa saat Finn bertanya. Dia tidak mau mengakui Sean-suaminya, karena tidak mau mencampuri kehidupan pribadi dengan pekerjaan.Ana yang menyadarinya pun langsung berucap. "Stela tidak kenal dengan Sean."Sean yang mendengar Ana menjawab, hanya bisa tersenyum tipis."Aku pikir kalau kamu kenal Pak Sean, Auri juga kenal." Finn mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia kemudian beralih pada Stela dan memerhatik
Sesampainya di kamar kos, air mata yang Stela tahan sejak tadi pun akhirnya lolos juga dari mata indahnya. Dia meluapkan kesedihannya, Meluapkan rasa sakitnya"Kenapa kamu tega, Se?" Rasa sesak di dadanya begitu menyakitkan. Dia tidak menyangka bahwa Sean benar-benar melakukan ini semua. Mengakhiri kisah cinta yang sudah dirajutnya selama empat tahun.Saat Stela sedang menangisi semuanya, terdengar pintu kamarnya diketuk. Dia berdiri, dan membuka pintu. Saat membuka pintu, dia mendapati Ana di depan pintu.Ana yang menunggu Stela dari tadi, begitu khawatir. Namun, saat melihat Stela kembali diantar oleh Sean, dia langsung menyusul Stela."Stela," panggil Ana yang melihat Stela terlihat menangis."Ana." Stela langsung berhambur kepelukan Ana. Perasaannya yang begitu sedih, membuatnya membutuhkan sandaran."Stel, apa yang terjadi?""Dia sudah mengajukan surat permohonan cerai, Na." Stela menjelaskan dengan isakan apa yang dikatakan oleh Sean."Stel, apa kamu tidak jelaskan semuanya?" ta
Saat sedang asik mengerjakan pekerjaannya, ada seseorang yang berjalan dari arah lift menuju ruangan Finn. Stela memperhatikan dengan detail dari kejauhan. Dia tahu siapa yang datang. Dia adalah Arisha Sanjaya istri dari Adrian Sanjaya dan ibu dari Finn. Stela bisa tahu kalau itu adalah Arisha, karena kemarin Stela sempat melihatnya, walau tidak berbincang langsung."Selamat siang, Nyonya," sapa Stela dengan sedikit membungkukkan tubuhnya."Selamat siang juga. Apa kamu sekretaris pengganti Ina?""Iya, Nyonya.""Cantik," gumam Arisha tapi masih bisa terdengar oleh Stela. "Apa Finn ada di dalam?" tanyanya kemudian."Pak Finn ada di dalam Nyonya, mari saya antar.""Tidak perlu, lanjutkan pekerjaanmu." Arisha menolak dengan lembut."Baik."Arisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Finn. Tanpa mengetuk pintu, Arisha langsung masuk ke dalam ruangan Finn."Mama," ucap Finn kaget, melihat mamanya datang ke kantor. "Ada apa Mama ke sini?" tanyanya."Apa mama tidak boleh kemari?""Buka
"Iya putra Jeng Risha tampan, layak dapat yang cantik seperti ini.""Iya," jawab Risha dengan senyum kemenangan."Saya pamit duluan ya, Jeng Risha.""Iya," jawab Arisha dengan senyum.Setelah selesai urusan memesan gaun pengantin, Arisha meminta Stela untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor."Kita makan siang dulu, Auri. Kita sudah melewatkan jam makan siang." Arisha sedikit tidak enak pada Stela mengajak, tapi justru membuat kelaparan."Baik, Tante."Stela hanya mengiyakan saja, karena yang diucapkan Arisha benar, kalau mereka melewatkan makan siang karena sibuk memesan gaun pernikahan Vania.Arisha meminta sopir, melajukan mobilnya menuju mall terdekat untuk makan siang mereka yang sudah terlewat. Setelah sampai di mall, Arisha memilih restoran Jepang untuk makan siang mereka."Maafkan saya, karena tadi mengakui kamu sebagai menantu saya.” Akhirnya Arisha menyampaikan permintaan maaf sesaat sampai di restoran."Tidak apa-apa, Tante," bohong Stela. Sebenarnya Stel
Saat mendapatkan pertanyaan tentang pernikahan, ada rasa sesak menghimpit dada Stela. Pernikahan? Stela hanya membatin satu kata yang ditanyakan oleh Finn."Saya tidak punya pengalaman banyak, Pak, jadi tidak ada yang saya bisa bagikan." Stela menjawab dengan menahan sesak di dadanya."Kamu benar, kamu juga baru menjalani rumah tangga jadi mungkin belum banyak cerita, atau mungkin kamu bisa ceritakan bagaimana kamu bisa berkenalan dengan suamimu?" Finn masih berusaha menggali semua informasi tentang kehidupan Stela. Entah kenapa, Finn begitu tertarik dengan kehidupan wanita, yang sekarang di dalam mobil bersamanya.Stela sebenarnya malas untuk menjawab, tapi saat atasannya yang mengajukan pertanyaan, rasanya berat untuk menolak semua pertanyaannya. "Kami teman kuliah, dan kami sudah berpacaran empat tahun." Akhirnya itulah yang diceritakan Stela."Wah ... kalian bisa bertahan selama itu. Empat tahun waktu yang lama untuk semua hubungan.""Waktu yang lama sebuah hubungan tidak menjamin
Stela yang mendapat sapa dari Abi seketika membulatkan matanya, dia benar-benar tidak menyangka Abi akan menyapa.Finn melihat keanehan di depannya. Dia tampak terkejut ketika sekretaris Sean mengenal Stela. "Apa Anda kenal dengan Auri?" tanyanya pada Abi.Abi yang tidak tahu keadaan apa ini, dibuat bingung dengan pertanyaan Finn. Sejenak dia menatap Sean meminta jawaban atas pertanyaan Finn."Kami teman lama." Stela yang melihat kebingungan Abi atas pertanyaan Finn, segera menjawab."Iya kami teman lama." Abi mencoba mengiyakan pernyataan Stela.Ekor mata Sean melirik ke arah Stela. Entah magnet apa yang membuat Sean begitu ingin melihat wanita yang selama ini ada di hatinya.Stela yang merasa diperhatikan oleh Sean merasakan debaran di jantungnya. Cinta di dalam hatinya memang belum pudar sedikit pun, tapi kenyataan yang ada tak bisa dielakan lagi.Tatapan Sean tidak bisa Stela artikan sama sekali, dengan status mereka sekarang, entah apa yang ada di hati Sean?"Oh … teman lama." Fi
"Sabar ya, rasa sakitnya nanti akan hilang jika anak kita sudah lahir." Sean mencoba menenangkan Stela. Namun, rasanya ucapannya tidak berarti apa-apa, karena Stela semakin mencengkeram erat tangannya.Sean hanya bisa pasrah saat kuku-kuku Stela menancap sempurna di tangannya. Dia merelakan itu asal bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan istrinya.Setelah semua peralatan siap. Dokter mulai memberi instruksi pada Stela untuk mengejan. "Kita mulai persalinannya, Bu, tarik napas dan buang seperti yang sudah diajarkan di kelas ibu hamil," ucap Dokter pada Stela.Stela hanya bisa mengangguk. Dia berusaha kuat dan melakukan instruksi yang diberikan oleh Dokter. Dia menarik napas dan membuangnya sambil mengejan.Mungkin ini adalah yang membuat surga di telapak kaki ibu. Sakitnya saat melahirkan benar-benar tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Tulangnya serasa remuk saat berusaha untuk mengejan. Otot-ototnya tertarik semua saat tubuh berusaha keras untuk mendorong bayi untuk keluar."
"Mungkin aku kekenyangan." Stela tidak ingin membuat panik Sean. "Kita pulang saja," ajak Stela.Usai makan mereka akhirnya memilih pulang. Di mobil Stela merasakan kembali perutnya mulas."Kamu benar tidak apa-apa?" tanya Sean khawatir."Sepertinya aku sudah mulai ada tanda-tanda melahirkan."Mendengar ucapan Stela, Sean panik. Dia bingung harus berbuat apa. Padahal di kelas ibu hamil berkali-kali dijelaskan jika dia tidak boleh panik."Kita ke rumah sakit," ucapnya pada Stela."Tapi, masih berjarak sangat jauh rasa mulasnya, jadi aku rasa kita tunggu saja di rumah."Sebenarnya Sean merasa tidak tenang. Namun, dia menuruti keinginan istrinya, kembali ke rumah sambil menyiapkan semuanya.Di rumah Sean meminta Stela untuk duduk manis. Dia juga sudah memberitahu sang mama jika Stela sudah menunjukan tanda-tanda melahirkan. Adel yang sedang ada pertemuan dengan teman-temannya langsung meninggalkan tempat acara dan menuju ke rumah anaknya.Sean merapikan beberapa barang untuk keperluan a
Di depan cermin Stela menatap dirinya. Jika kemarin acara pesta pernikahannya bertema universal, kini acara tujuh bulanan diadakan dengan adat jawa sesuai dengan permintaan mertuanya.Rambut panjang Stela disanggul seperti tradisi jawa. Stela tersenyum melihat tampilan di pantulan cermin. Terakhir kali dia semacam ini adalah saat SD di hari kartini. Semenjak remaja hingga kuliah, dia lebih memilih memakai kebaya dengan rambut yang digerai.Penata rias, terus memoles wajah Stela dengan make up tipis sesuai permintaan Stela."Apa sudah siap?" tanya Sean seraya menyembulkan kepalanya dari balik pintu."Sudah, Pak," jawab penata rias. Penata rias keluar dan bergantian dengan Sean yang masuk ke dalam kamar. Sean mengambil baju dengan motif yang sama dengan Stela yang di letakan di atas tempat tidur.Sean langsung mengganti bajunya untuk acara yang sebentar lagi akan dimulai. Sepanjang memakai bajunya, Sean menggerutu karena harus memakai jarik dan itu membuat dirinya kesulitan. Namun, dem
Tentu saja Stela mau. Dia mengangguk mendapati tawaran dari mama mertuanya. Dia ingin membayangkan kelak akan seperti apa anaknya.Adel langsung mengambil foto yang ditemukannya kemarin. Kemudian dia menunjukan pada Stela. Lembar demi lembar Adel tunjukan pada Stela dan membuat Stela benar-benar senang.Sean kecil begitu mengemaskan. Dengan pipi gembulnya Sean begitu lucu. Stela memerhatikan dengan baik semua foto. "Ini umur berapa, Ma?" Saat melihat-lihat Stela justru menemukan selipan foto Sean yang besar."Itu umur sepuluh tahun."Mendengar jawaban mertuanya, Stela mengingat jika wajah Sean yang dilihatnya pertama kali di kampus tidak berubah. Entah kenapa, Stela merasakan jika Sean masih awet muda saja."Anak kalian nanti pasti anak lebih tampan dan cantik." Adel sudah membayangkan bagaimana cucunya nanti. Perpaduan antara Stela yang cantik dan Sean yang tampan."Yang penting sehat, Ma. Mau dia mirip Stela atau Sean sama saja." Stela tidak berharap banyak. Dia hanya ingin semua s
Sean meletakan keranjang ke lantai dan menegakkan tubuhnya. Dia memijat pinggangnya yang begitu terasa sakit. "Aku membelinya karena penjualnya adalah seorang nenek tua." Dia menjelaskan pada Sean alasan membeli semua buah manggis.Stela merasa terharu mendengar jawaban Sean. Dia langsung memeluk tubuh Sean karena merasakan senang melihat suaminya membantu nenek-nenek dengan membeli banyak buah. Padahal mungkin yang akan dimakannya tidak akan banyak.Mendapati dekapan Stela, Sean merasa heran. Dia hanya tahu jika istrinya begitu melow, gampang menangis dan gampang terharu. "Ayo makan buahnya, aku tidak mau nanti anak kita mengeluarkan air liur karena tidak buru-buru diberikan."Stela melepas dekapan Sean dan tersenyum. Sean mengambil beberapa buah dan mengajak Stela untuk duduk menikmati buah yang dibuka oleh Sean.Rasa manis dari buah manggis membuat Stela begitu senang. Dia merasa lidahnya dimanjakan dengan rasa yang sudah dia bayangkan sedari tadi.Sean merasa sangat senang karena i
Stela mencebikkan bibirnya karena tidak menemukan perubahan itu, dan membuat Sean yang gemas mendaratkan kecupan di pipi Stela. "Tunggulah beberapa bulan lagi, pasti kamu akan melihat perut buncitmu, dan tidak hanya itu, kamu akan mendapati pipi kamu yang juga akan gembung." Sean menjelaskan seraya menggembungkan pipinya.Melihat Sean yang menggodanya, Stela terlihat kesal. "Apa jika aku gendut kamu tidak akan suka?" Dia langsung melepas dekapan tangan Sean dan meninggalkan Sean ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan menarik selimut.Dahi Sean berkerut diiringi dengan matanya yang membulat. Niatnya tidaklah meledek istrinya. Akan tetapi istrinya itu justru merajuk. 'Tenyata bukan hanya wanita yang datang bulan yang sensitif, tetapi ibu hamil juga sensitif,' batin Sean.Melangkah menuju ke tempat tidur, dia merangkak naik dan kembali mendekap tubuh Stela. "Sayang, bukan maksud aku begitu," bujuknya."Kamu tadi bilang begitu." Stela masih saja dengan pendiriannya. D
Stela tersenyum tipis. "Mama tetap ingat anaknya, mana mungkin dia tidak menyisihkan makanannya." Stela menambahkan lauk di piring Sean."Iya, tetapi nanti tempat aku akan di isi dengan cucunya, jadi pasti aku akan di tendang." Seraya memasukan makanan ke dalam mulut, dia menggerutu. "Mana ada orang tua akan menendang anaknya," ucap Stela tersenyum.Sean hanya tersenyum saat kalimatnya dicela istrinya sendiri. Kemudian dia melanjutkan makannya.Menyelesaikan makannya, mereka menuju ke kamar. Mengistirahatkan tubuh yang sudah seharian bekerja keras.Di atas tempat tidur, Sean meletakan kepalanya di kaki Stela, membelai perut Stela yang belum tampak besar. "Apa kamu tahu, terkadang aku tidak menyangka kita bisa sampai di sini."Mendengar ucapan Sean, Stela hanya bisa tersenyum. Dia juga memikirkan hal itu."Dulu saat kita berpacaran, semua berjalan datar. Hanya Kebahagiaan yang ada. Hingga mimpi-mimpi indah terangkai. Namun, seketika semua berubah saat kita menikah. Egoku mengalahkan ra
"Aku juga kurang tahu." Stela menduga jika mungkin dokter ingin melihat jika dirinya hamil atau tidak. Namun, dia tidak mau terlalu berharap, mengingat terakhir kali dia mengecek hasilnya adalah negatif.Menunggu sejenak akhirnya petugas laboratorium memberikan hasil pada Sean dan Stela. Mereka membawa hasil laboratorium pada dokter yang menanganinya.Dokter mengecek hasil laboratorium dan tersenyum. Dia mengulurkan tangan dan mengucapkan selamat pada Sean."Selamat, Pak, istri Bapak sedang hamil."Sean dan Stela saling pandang. Mereka terkejut mendengar ucapan selamat dari dokter. Karena tidak mau dokter menunggu, Sean menerima uluran tangan dokter, walaupun dengan kebingungan."Tapi, waktu itu saya sudah cek hasilnya negatif, Dok." Stela masih belum percaya dengan ucapan dokter."Kalau boleh tahu kapan waktu mengecekknya?""Dua hari setelah terlambat datang bulan, Dok." Dia mengingat jelas bagaimana dulu dia mendapati satu garis."Kandungan HCG bisa saja belum terdeteksi, jadi saat
Melihat suaminya yang membuka pintu. Stela merasakan hal aneh. Dia bangun dari tidurnya dan langsung menghampiri Sean. Dia mendekap tubuh Sean dari belakang."Kamu kenapa tiba-tiba di belakang aku?" tanya Sean yang terkejut mendapati dekapan istrinya."Sejak kapan kamu seksi seperti ini," jawab Stela. Bibir Stela menyusuri bahu Sean yang polos. Menyusuri ke leher dan membuat Sean yang tadinya tenang menjadi gelisah."Sayang, aku masih bau keringat." Sean yang merasa tidak enak pada Stela mencoba menghindar."Tapi aku suka." Stela masih terus mendaratkan kecupan di bahu dan punggung Sean dan membuat Sean semakin tidak keruan.Sean yang tidak tahan langsung berbalik. "Jangan menggodaku, karena aku tidak tega melihatmu kelelahan lagi." Mata Sean menatap dalam mata Stela memberikan isyarat tanda bahaya pada istrinya."Kalau aku bilang aku tidak lelah untuk hal yang satu ini bagaimana?" Tangan Stela membelai lembut tubuh Sean, membuat suaminya itu semakin tidak menentu."Kamu yang memulai."