“Berdasarkan bukti-bukti dan pertimbangan yang telah disampaikan di persidangan, Pengadilan memutuskan mengabulkan gugatan cerai yang diajukan oleh Kalea Amanta. Dengan ini, pengailan menyatakan bahwa ikatan perkawinan antara penggugat dan tergugat telat berakhir. Hak asuh anak diberikan pada Kalea Amanta, dan tergugat diwajibkan memberikan nafkah sebesar tiga juta perbulan.”Saat hasil putusan cerai itu dibacakan, Kalea merasa lega. Akhirnya inilah akhir dari drama panjang pernikahannya.Harta gono-gini yang diberikan Alby ternyata berubah tabungan. Semua aset yang dimiliki berdua dijadikan uang oleh Alby dan disimpan dalam tabungan, yang akan bisa diambil oleh Kyna jika sudah tujuh belas tahun.Kalea cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Alby. Dia pikir, Alby akan mencurangi pembagian harta gono-gini mereka. Masalah hanya bisa diambil Kyna nanti, bagi Kalea tidak masalah. Lagi pula jika pun dia dapat, semua itu hanya akan diberikan pada Kyna.Tidak adanya banding yang diberikan
“Kamu ingat jika kamu pernah diberikan vitamin oleh mantan suamimu?” Dr. Derran mengingatkan Kalea tentang cerita itu.Kalea berusaha untuk mengingat hal itu. “Tapi, tidak mungkin Mas Alby melakukannya.”“Aku juga tidak yakin jika mantan suamimu yang melakukannya. Aku lebih percaya jika istrinya yang melakukannya.”Sejenak Kalea terdiam. Memikirkan bisa jadi Sandra yang melakukan hal ini, karena waktu itu Sandra yang memberikan obat itu. Satu hal lagi yang Kalea ingat, yaitu saat setelah minum vitamin itu, perutnya justru sakit.Menyadari jika yang melakukan semua itu adalah Sandra, membuat Kalea kembali menangis.“Kenapa dia tega melakukan itu semua?” Dia benar-benar tidak menyangka jika Sandra akan sekejam itu.“Tenang.” Dr. Derran berusaha untuk menenangkan Kalea dengan membawa Kalea ke dalam pelukannya.“Kenapa dia begitu kejam? Mengorbankan anak tidak berdosa untuk ambisinya.” Kalea yakin Sandra melakukan itu semua agar dirinya bisa bercerai dari Alby secepatnya. Karena jika anak
Di depan rumah sakit sudah banyak orang. Dr. Derran benar-benar merasa heran apa yang terjadi.“Permisi.” Dr. Derran menerobos kerumunan orang untuk melihat apa yang terjadi.Saat melihat apa yang dilihat oleh orang-orang, kedua bola mata dr. Derran langsung membulat sempurna.Ada beberapa karangan bunga yang terdapat di sana. Tulisan-tulisan yang terdapat di karangan bunga itu benar-benar mencengangkan.Selamat untuk dr. Derran atas usahanya untuk merebut seorang wanita dari suaminya.Selamat untuk dr. Derran karena sudah menjadi pebinor yang hebat.Selamat untuk dr. Derran yang sudah merusak rumah tangga orang lain.Hati-hati untuk ibu hamil di rumah sakit Maxton, kalian bisa tergoda oleh dr. Derran.Untuk para suami, jangan memeriksakan kandungan istri ke dr. Derran jika tidak mau rumah tangga berantakan.Kalimat-kalimat yang tertulis itu sontak membuat dr. Derran keheranan. Bagaimana bisa karangan bunga seperti itu masuk ke rumah sakit.Di belakang dr. Derran, ada dr. Dean dan jug
“Aku yakin setelah ini dia akan dipecat.” Sandra meyakinkan Alby.Benar adanya jika yang mengirim bunga adalah Sandra dan Alby. Namun, yang tidak pernah mereka tahu adalah dr. Derran adalah anak pemilik rumah sakit. Kemungkinan dipecat jelas tidak mungkin.“Aku berharap dia benar-benar dipecat, agar hidup Kalea berantakan. Dia pikir bisa hidup enak setelah berpisah dari aku?” Alby memang setuju dengan ide Sandra agar memberi pelajaran pada Kalea. Sandra merasa senang Alby mendengarkannya. Kemarin dia tidak punya pilihan lain, selain memberikan ide itu. Hanya cara itu agar terhindar dari dr. Derran yang tampaknya tahu tentang keguguran Kalea.Sandra sendiri tidak takut sebenarnya jika dr. Derran atau Kalea tahu perihal keguguran yang dialami Kalea karena obat yang diberikan. Obat itu sudah tidak ada, jadi tidak akan ada bukti kuat untuk menyeretnya.***Di rumah sakit, masih ada tegangan yang terjadi. Mama Arra masih tidak terima dengan keputusan anaknya menjalin hubungan dengan Kalea
Admin langsung mengecek. Semua orang menunggu dengan cemas, termasuk dengan Kalea. Kalea penasaran siapa yang melakukan hal itu.“Di sini pemesanannya bernama Kalea.”Semua mata langsung tertuju pada Kalea yang masih duduk di kursi kerjanya. Tidak menyangka jika yang memesan adalah Kalea.“Aku tidak memesan karangan bunga itu.” Kalea langsung menggeleng.“Tapi profil pemesannya fotomu.” Admin memberitahu.Kalea segera melihat laptop milik admin. Dia benar-benar bingung kenapa profil di chat itu punyanya.Admin mencoba mengirim pesan, dan ponsel Kalea berbunyi.Semua orang semakin terkejut ketika mengetahui hal itu. Mereka yakin jika Kalea yang memesan karangan bunga itu.“Kalea, kamu ke ruangan saya.” Kenaya memberikan perintah.Kalea segera mengikuti Kenaya ke ruangannya, dr. Derran juga ikut serta. Dia ingin mendengar penjelasan dari Kalea.Di ruangan pemilik toko, Kalea begitu berdebar-debar karena takut mereka semua salah paham.“Bu Kenaya, tolong percaya pada saya, saya tidak me
“Iya.” Dr. Derran mengangguk. Dua bola mata indah milik Kalea membulat sempurna. Tidak menyangka jika Mama Arra sudah tahu hubungan mereka. “Lalu bagaimana? Apa mereka akan melarang hubungan ini?” tanya Kalea panik. Dr. Derran diam. Tak menjawab. “Dok, jawab! Apa mereka akan mengizinkan dr. Derran menikah dengan saya?” Kalea merasa begitu takut jika keluarga dr. Derran tidak mengizinkan.“Aku yakin mereka akan mengizinkan. Kamu tidak perlu khawatir.” Dr. Derran tersenyum sambil menatap Kalea. Berusaha meyakinkan Kalea. Sayangnya, tetap saja Kalea tidak bisa tenang. Dia memikirkan bagaimana jika sampai keluarga dr. Derran tidak memberikan restu. Mobil sampai di parkiran sekolah. Kalea segera menjemput anaknya dan membawa ke rumah dr. Derran. Rencananya, setelah ini, dia akan segera pindah. Semalam, Kalea sudah mengemasi pakaiannya. Jadi nanti dia tinggal membawanya saja. Saat mobil sampai di rumah dr. Derran, Kalea masih diam di dalam mobil. Tak berkutik sama sekali. Padahal
Dr. Derran dan Kalea mencerna ucapan dari Mama Arra. Berusaha untuk memahami setiap kata yang terucap. Sampai sah? Mereka mencerna kalimat itu dan artinya Mama Arra mengizinkan hubungan mereka. “Mama mengizinkan aku dan Kalea?” tanya dr. Derran memastikan. “Iya, Mama mengizinkan.” Dr. Derran begitu senang dan langsung memeluk sang mama. Dia pikir sang mama tidak akan merestuinya. “Terima kasih, Ma.” Dr. Derran melepaskan pelukannya. Mama Arra membelai lembut wajah sang anak. “Mama mau kamu bahagia. Jadi apa pun pilihanmu, Mama akan mendukung.” Dr. Derran tersenyum. Dia memang tahu persis jika sang mama pasti mengizinkannya. Hanya saja menunggu waktu. Namun, tidak menyangka akan secepat ini. Mama Arra beralih pada Kalea. “Kemarilah.”Permintaan itu mengantarkan Kalea mendekat. Mama Arra meraih tangan Kalea. Kemudian menggenggamnya. “Aku memintamu menjauh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku tidak keberatan jika kamu menikah dengan Derran.” Mama Arra akhirny
Mendapati jawaban dari Kyna itu membuat Kalea langsung terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan pada Kyna agar mudah dimengerti. “Kenapa Kyna tidak mau?” tanya Kalea penasaran. “Karena sudah ada Uncle Dokter. Kenapa Mama harus cari yang lain untuk menjaga?” Kalea dan dr. Derran langsung saling pandang. Mereka tidak menyangka jika jawaban Kyna akan seperti itu. “Jadi Kyna mau Uncle Dokter yang jaga mama dan Kyna?” Kali ini dr. Derran yang langsung bertanya. “Iya, Kyna mau Uncle Dokter saja yang jaga. Tidak mau yang lain.” Kyna dengan polosnya meminta. Selama ini, dia merasakan kebaikan dr. Derran dan juga keluarga. Jadi wajar jika dia hanya mau dr. Derran yang menjaga. Rasanya dr. Derran senang sekali saat tahu Kyna berharap dirinya yang menjaga. “Tapi, menjaga Kyna dan mama, Uncle Dokter harus menikah dengan Mama, agar Kyna dan mama tinggal bersama Uncle Dokter. Apa Kyna mengizinkan jika Uncle Dokter menikah dengan mama?” Dengan hati-hati dr. Derran bertanya.“K
“Siapa yang mencari aku?” Perasaan dia tidak punya janji, apalagi dia baru saja bekerja. “Sopir taksi.” “Sopir taksi?” Kalea benar-benar tidak menyangka jika ternyata yang mencarinya sopir taksi. Dengan segera Kalea keluar untuk menemui siapa orang yang ingin bertemu dengannya itu. “Selamat siang, Pak.” Kalea menyapa sopir yang ada di depan toko bunga. “Siang, Bu. Maaf, apa benar Anda bernama Kalea?” tanya sopir.“Iya, saya Kalea.” Kalea mengangguk. “Apa Anda kenal dengan ibu yang ada di dalam mobil saya itu?” Sopir menunjuk ke arah mobil.Kalea segera memiringkan tubuhnya untuk melihat siapa yang dimaksud oleh sopir. Alangkah terkejutnya Kalea melihat mantan mertuanya yang ada di dalam mobil. Untuk memastikan, Kalea segera menghampiri dan membuka pintu mobil. Benar saja. Di dalam mobil ada Bu Salma. “Ibu.” “Kalea.” Kalea segera masuk ke mobil. Bu Salma memeluk Kalea yang berada di depannya. Kalea benar-benar masih bingung dengan keberadaan Bu Salma. Bagaimana bisa Bu Salm
Kalea cukup terkejut ketika sang suami menyebut nama orang yang menghubunginya. Terhitung sejak perceraian, mereka memang tidak saling berkomunikasi. Entah ada angin apa pria itu menghubungi Kalea.“Angkat saja!” pinta dr. Derran.Kalea segera mengangkat telepon itu untuk tahu apa yang ingin dibicarakan dengan Alby.“Halo, Mas,” sapa Kalea.“Aku mau ajak Kyna akhir pekan besok ke ulang tahun temanku. Aku harus jemput Kyna di mana?”Akhirnya Kalae tahu untuk apa Alby menghubunginya. Dia tahu persis bagaimana Alby yang dikenal penyayang keluarga. Pasti pria itu sengaja mengajak anaknya agar tetap menunjukkan citra itu. Walaupun anaknya hanya dimanfaatkan saja, Kalea tidak masalah. Karena Kyna perlu bertemu juga dengan papanya.“Aku akan kirimkan alamat nanti.”“Baiklah.”Sambungan telepon langsung terputus saat mendapati jawaban itu. Kalea hanya bisa menatap dr. Derran saja.“Kenapa?” Dr. Derran tampak penasaran.“Mas Alby mau ajak Kyna ke ulang tahun anak temannya.”Dr. Derran hanya m
Kalea hanya pasrah ketika sang suami menciumnya. Makin lama Kalea makin nyaman.Mereka menikmati makan malam romantis sambil mendengarkan deburan ombak yang terdengar. “Apa ada efek dari pencegah kehamilan yang aku suntikkan padamu?” Dr. Derran menatap sang istri ketika mereka sedang menikmati makan.“Tidak. Aku merasa biasa saja.”Dua minggu yang lalu, Kalea mendapatkan suntikan pencegah kehamilan, hal itu dilakukan untuk mencegah kehamilan terjadi pasca keguguran.“Baguslah, aku harap kamu tetap nyaman. Jika ada apa-apa bilang padaku.”“Iya, aku akan mengatakan jika merasa tidak nyaman.”Dr. Derran harus bersabar untuk membuat Kalea hamil. Butuh tiga sampai enam bulan sampai kandungan Kalea sehat.“Kamu tidak apa-apa jika aku tidak cepat hamil?” Ragu-ragu Kalea bertanya. Padahal dia pernah menanyakannya. “Aku mau rahimmu sehat dulu. Saat rahimmu sehat, anak yang dilahirkan akan sehat. Jadi aku akan sabar menunggu. Lagi pula, kita bisa memanfaatkan waktu bersama. Kamu juga bisa pun
Jangan tanya ke mana saja pengantin baru pergi! Karena mereka seharian tidak pergi ke mana-mana. Mereka hanya menghabiskan waktu di kamar. Kemudian memesan makanan dan memakannya di kamar. Tak mau keluar barang sebentar. Apalagi pantai terlihat dari kama mereka. Lalu, untuk apa pergi? Mereka melawati malam hanya di kamar. Menghabiskan waktu berdua saja. Tak sama keluar. Sampai pagi lagi pun mereka masih di vila. Pagi ini mereka memilih berenang di vila dan menikmati sarapan di kolam renang. Makanan sudah siap, dr. Derran sudah masuk ke kolam renang lebih dulu, sedangkan Kalea masih berganti baju. Beberapa saat kemudian Kalea datang. Dr. Derran yang melihat sang istri langsung membulatkan matanya. Sang istri memakai bikini saat mau berenang. Walaupun kanan dan kiri sisi kolam renang tertutup. Dari arah depan menuju ke pantai, terbuka. Jadi jelas akan terlihat orang. “Cepat masuk!” Dr. Derran langsung menarik sang istri masuk ke kolam renang. “Sayang, aku belum pemanasan.” Kalea
Melihat apa yang dilakukan Kalea membuat dr. Derran tersenyum. Memang tidak salah menikah dengan seorang janda. Tak perlu susah payah mengajari, dia sudah tahu harus berbuat apa. Saat pakaian tersingkir dari tubuh, mereka lebih leluasa menjelajah. Sentuhan lembut penuh kehati-hatian memberikan kenyamanan bagi Kalea. Membuatnya menyerahkan diri pada sang suami. “Aku memang bukan yang pertama, tapi aku akan jadi yang terakhir.” Dr. Derran membelai wajah Kalea. Tatapannya begitu memuja pada wanita yang dicintainya itu. Dengan pasti Kalea mengangguk. Berharap, dr. Derran akan jadi labuhan terakhirnya. Tak ada lagi kegagalan untuk kedua kalinya. Dr. Derran mengikis jarak di antara mereka. Mendaratkan bibirnya tepat di bibir Kalea. Ciuman yang diberikan dr. Derran tak tergesa-gesa. Seolah ingin memastikan jika apa yang dilakukannya akan mengukir kisah indah untuk mereka. Suara indah yang keluar dari mulut Kalea pun membuat dr. Derran semakin bergairah. Bertahun-tahun menahan diri untu
Tepat jam empat, dr. Derran bangun lebih dulu. Lumayan tiga jam tidur. Paling tidak, dia bisa menikmati waktu istirahatnya. Perlahan dr. Derran menjauhkan tubuh Kalea agar dapat melihat wajah cantik istrinya itu. “Cantik.” Dr. Derran memuji Kalea. Ini kali pertamanya melihat Kalea yang tidur. Walaupun tidur, Kalea masih cantik. Kata orang wanita cantik dilihat saat dia bangun tidur, dan dr. Derran membuktikannya. Kini dia melihat sang istri yang cantik.Sebenarnya dr. Derran tidak tega membangunkan Kalea, tapi mereka harus pergi ke bandara pagi ini. “Sayang.” Dr. Derran membangunkan Kalea dengan membelai wajah cantik Kalea. Sentuhan itu membuat Kalea terbangun. Saat membuka matanya, dia melihat sang suami yang sudah bangun. “Apa aku terlambat bangun?” tanya Kalea panik.“Tidak, kamu tidak telat bangun. Kita masih punya waktu satu jam untuk bersiap ke bandara.” “Kalau begitu ayo bersiap.” Kalea segera beranjak dari tempat tidur.Dr. Derran segera menarik kembali tubuh Kalea dan
Apa yang dilakukan dr. Derran itu membuat Kalea benar-benar terkejut. Jantungnya berdegup dengan kencang. Apalagi sekarang dia ada di pangkuan dr. Derran. “Aku siapamu?” Dr. Derran menatap Kalea lekat. Mendapati pertanyaan itu, Kalea membalas tatapan dr. Derran. Dia justru bingung ketika ditanya seperti itu. “Maksudnya?” Kalea benar-benar bingung. Tidak tahu apa yang dimaksud oleh dr. Derran. “Sekarang aku siapamu?” Dr. Derran kembali bertanya. “Dr. Derran suami saya.” Kalea yang mulai mengerti apa yang dimaksud Kalea langsung menjawab. “Bagus kalau begitu kamu tahu. Lalu, kenapa masih panggil aku ‘dokter’?” Sejak tadi dr. Derran memerhatikan Kalea yang tetap memanggilnya ‘dokter’ padahal mereka sudah menikah.Sejenak Kalea tersadar jika masih memanggil seperti itu. “Saya masih terbiasa memanggil seperti itu.” Dia memberikan alasannya. Dr. Derran sadar jika mengubah kebiasaan memang sulit. “Baiklah, aku akan maafkan.”Mendengar itu Kalea merasa lega. “Lalu, saya harus panggil
Dr. Derran mengekor di belakang Kalea. Dia melihat Kalea yang ragu-ragu berjalan. Tentu saja dia tahu apa yang dipikirkan oleh dr. Derran.“Apa gaunmu membuatmu susah untuk berjalan?” tanya dr. Derran tepat di telinga Kalea.Suara yang terdengar langsung tepat di telinga itu membuat Kalea membeku. Jantungnya semakin berdegup kencang.“Ti-ti-tidak.” Kalea menjawab dengan gugup.Dr. Derran tersenyum. “Kalau begitu ayo jalan,” pintanya.Permintaan itu segera membuat langkah Kalea terayun. Semakin langkahnya diayunkan, dia semakin melihat dengan jelas kamar yang didekorasi dengan bunga. Bunga mawar merah di tempat tidur itu berbentuk ‘love’. Terdapat juga kalimat ‘happy wedding’ yang terbuat dari bunga.“Aku sudah minta menaruh bajumu. Kamu cari saja di lemari.”Suara dr. Derran menyadarkan Kalea yang sedang berada di dalam pikirannya. Saat punya kesempatan untuk pergi, tentu saja Kalea tidak melepaskan kesempatan itu.Buru-buru Kalea mencari baju yang berada di lemari. Beruntung dia men
Dr. Derran melihat Kalea yang tampak begitu cantik. Jika melihat Kalea sekilas, tidak akan ada yang percaya jika Kalea adalah seorang wanita dengan anak satu. Kalea masih muda dan cantik. Melihat Kalea dengan baju pengantinnya, rasanya dr. Derran benar-benar tidak menyangka jika kini dia akan menjadi Kalea istrinya. Waktu berputar begitu cepat. Serasa baru kemarin, dia mengenal Kalea, tapi tiba-tiba ini Kalea sudah menjadi istrinya. Sebenarnya sejak enam tahun lalu, saat bertemu Kalea pertama kali, tak pernah terbesit rasa cinta sama sekali. Namun, saat melihat Kalea datang di kehamilan kedua, hatinya bergetar. Rasa iba perlahan mengantarkan dr. Derran jatuh cinta. Saat langkah Kalea sampai di depannya, dr. Derran segera mengulurkan tangan, membantu Kalea untuk membantu Kalea duduk di kursi yang terdapat di depan penghulu. Tangan keduanya yang dingin, perlahan menghangat saat saling bergandengan. Walaupun senyuman menghiasi wajah mereka, tapi wajah gugup mereka tetap terlihat je