“Kamu ingat jika kamu pernah diberikan vitamin oleh mantan suamimu?” Dr. Derran mengingatkan Kalea tentang cerita itu.Kalea berusaha untuk mengingat hal itu. “Tapi, tidak mungkin Mas Alby melakukannya.”“Aku juga tidak yakin jika mantan suamimu yang melakukannya. Aku lebih percaya jika istrinya yang melakukannya.”Sejenak Kalea terdiam. Memikirkan bisa jadi Sandra yang melakukan hal ini, karena waktu itu Sandra yang memberikan obat itu. Satu hal lagi yang Kalea ingat, yaitu saat setelah minum vitamin itu, perutnya justru sakit.Menyadari jika yang melakukan semua itu adalah Sandra, membuat Kalea kembali menangis.“Kenapa dia tega melakukan itu semua?” Dia benar-benar tidak menyangka jika Sandra akan sekejam itu.“Tenang.” Dr. Derran berusaha untuk menenangkan Kalea dengan membawa Kalea ke dalam pelukannya.“Kenapa dia begitu kejam? Mengorbankan anak tidak berdosa untuk ambisinya.” Kalea yakin Sandra melakukan itu semua agar dirinya bisa bercerai dari Alby secepatnya. Karena jika anak
Di depan rumah sakit sudah banyak orang. Dr. Derran benar-benar merasa heran apa yang terjadi.“Permisi.” Dr. Derran menerobos kerumunan orang untuk melihat apa yang terjadi.Saat melihat apa yang dilihat oleh orang-orang, kedua bola mata dr. Derran langsung membulat sempurna.Ada beberapa karangan bunga yang terdapat di sana. Tulisan-tulisan yang terdapat di karangan bunga itu benar-benar mencengangkan.Selamat untuk dr. Derran atas usahanya untuk merebut seorang wanita dari suaminya.Selamat untuk dr. Derran karena sudah menjadi pebinor yang hebat.Selamat untuk dr. Derran yang sudah merusak rumah tangga orang lain.Hati-hati untuk ibu hamil di rumah sakit Maxton, kalian bisa tergoda oleh dr. Derran.Untuk para suami, jangan memeriksakan kandungan istri ke dr. Derran jika tidak mau rumah tangga berantakan.Kalimat-kalimat yang tertulis itu sontak membuat dr. Derran keheranan. Bagaimana bisa karangan bunga seperti itu masuk ke rumah sakit.Di belakang dr. Derran, ada dr. Dean dan jug
“Aku yakin setelah ini dia akan dipecat.” Sandra meyakinkan Alby.Benar adanya jika yang mengirim bunga adalah Sandra dan Alby. Namun, yang tidak pernah mereka tahu adalah dr. Derran adalah anak pemilik rumah sakit. Kemungkinan dipecat jelas tidak mungkin.“Aku berharap dia benar-benar dipecat, agar hidup Kalea berantakan. Dia pikir bisa hidup enak setelah berpisah dari aku?” Alby memang setuju dengan ide Sandra agar memberi pelajaran pada Kalea. Sandra merasa senang Alby mendengarkannya. Kemarin dia tidak punya pilihan lain, selain memberikan ide itu. Hanya cara itu agar terhindar dari dr. Derran yang tampaknya tahu tentang keguguran Kalea.Sandra sendiri tidak takut sebenarnya jika dr. Derran atau Kalea tahu perihal keguguran yang dialami Kalea karena obat yang diberikan. Obat itu sudah tidak ada, jadi tidak akan ada bukti kuat untuk menyeretnya.***Di rumah sakit, masih ada tegangan yang terjadi. Mama Arra masih tidak terima dengan keputusan anaknya menjalin hubungan dengan Kalea
Admin langsung mengecek. Semua orang menunggu dengan cemas, termasuk dengan Kalea. Kalea penasaran siapa yang melakukan hal itu.“Di sini pemesanannya bernama Kalea.”Semua mata langsung tertuju pada Kalea yang masih duduk di kursi kerjanya. Tidak menyangka jika yang memesan adalah Kalea.“Aku tidak memesan karangan bunga itu.” Kalea langsung menggeleng.“Tapi profil pemesannya fotomu.” Admin memberitahu.Kalea segera melihat laptop milik admin. Dia benar-benar bingung kenapa profil di chat itu punyanya.Admin mencoba mengirim pesan, dan ponsel Kalea berbunyi.Semua orang semakin terkejut ketika mengetahui hal itu. Mereka yakin jika Kalea yang memesan karangan bunga itu.“Kalea, kamu ke ruangan saya.” Kenaya memberikan perintah.Kalea segera mengikuti Kenaya ke ruangannya, dr. Derran juga ikut serta. Dia ingin mendengar penjelasan dari Kalea.Di ruangan pemilik toko, Kalea begitu berdebar-debar karena takut mereka semua salah paham.“Bu Kenaya, tolong percaya pada saya, saya tidak me
“Iya.” Dr. Derran mengangguk. Dua bola mata indah milik Kalea membulat sempurna. Tidak menyangka jika Mama Arra sudah tahu hubungan mereka. “Lalu bagaimana? Apa mereka akan melarang hubungan ini?” tanya Kalea panik. Dr. Derran diam. Tak menjawab. “Dok, jawab! Apa mereka akan mengizinkan dr. Derran menikah dengan saya?” Kalea merasa begitu takut jika keluarga dr. Derran tidak mengizinkan.“Aku yakin mereka akan mengizinkan. Kamu tidak perlu khawatir.” Dr. Derran tersenyum sambil menatap Kalea. Berusaha meyakinkan Kalea. Sayangnya, tetap saja Kalea tidak bisa tenang. Dia memikirkan bagaimana jika sampai keluarga dr. Derran tidak memberikan restu. Mobil sampai di parkiran sekolah. Kalea segera menjemput anaknya dan membawa ke rumah dr. Derran. Rencananya, setelah ini, dia akan segera pindah. Semalam, Kalea sudah mengemasi pakaiannya. Jadi nanti dia tinggal membawanya saja. Saat mobil sampai di rumah dr. Derran, Kalea masih diam di dalam mobil. Tak berkutik sama sekali. Padahal
Dr. Derran dan Kalea mencerna ucapan dari Mama Arra. Berusaha untuk memahami setiap kata yang terucap. Sampai sah? Mereka mencerna kalimat itu dan artinya Mama Arra mengizinkan hubungan mereka. “Mama mengizinkan aku dan Kalea?” tanya dr. Derran memastikan. “Iya, Mama mengizinkan.” Dr. Derran begitu senang dan langsung memeluk sang mama. Dia pikir sang mama tidak akan merestuinya. “Terima kasih, Ma.” Dr. Derran melepaskan pelukannya. Mama Arra membelai lembut wajah sang anak. “Mama mau kamu bahagia. Jadi apa pun pilihanmu, Mama akan mendukung.” Dr. Derran tersenyum. Dia memang tahu persis jika sang mama pasti mengizinkannya. Hanya saja menunggu waktu. Namun, tidak menyangka akan secepat ini. Mama Arra beralih pada Kalea. “Kemarilah.”Permintaan itu mengantarkan Kalea mendekat. Mama Arra meraih tangan Kalea. Kemudian menggenggamnya. “Aku memintamu menjauh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku tidak keberatan jika kamu menikah dengan Derran.” Mama Arra akhirny
Mendapati jawaban dari Kyna itu membuat Kalea langsung terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan pada Kyna agar mudah dimengerti. “Kenapa Kyna tidak mau?” tanya Kalea penasaran. “Karena sudah ada Uncle Dokter. Kenapa Mama harus cari yang lain untuk menjaga?” Kalea dan dr. Derran langsung saling pandang. Mereka tidak menyangka jika jawaban Kyna akan seperti itu. “Jadi Kyna mau Uncle Dokter yang jaga mama dan Kyna?” Kali ini dr. Derran yang langsung bertanya. “Iya, Kyna mau Uncle Dokter saja yang jaga. Tidak mau yang lain.” Kyna dengan polosnya meminta. Selama ini, dia merasakan kebaikan dr. Derran dan juga keluarga. Jadi wajar jika dia hanya mau dr. Derran yang menjaga. Rasanya dr. Derran senang sekali saat tahu Kyna berharap dirinya yang menjaga. “Tapi, menjaga Kyna dan mama, Uncle Dokter harus menikah dengan Mama, agar Kyna dan mama tinggal bersama Uncle Dokter. Apa Kyna mengizinkan jika Uncle Dokter menikah dengan mama?” Dengan hati-hati dr. Derran bertanya.“K
Dr. Derran melihat Kalea yang tampak begitu cantik. Jika melihat Kalea sekilas, tidak akan ada yang percaya jika Kalea adalah seorang wanita dengan anak satu. Kalea masih muda dan cantik. Melihat Kalea dengan baju pengantinnya, rasanya dr. Derran benar-benar tidak menyangka jika kini dia akan menjadi Kalea istrinya. Waktu berputar begitu cepat. Serasa baru kemarin, dia mengenal Kalea, tapi tiba-tiba ini Kalea sudah menjadi istrinya. Sebenarnya sejak enam tahun lalu, saat bertemu Kalea pertama kali, tak pernah terbesit rasa cinta sama sekali. Namun, saat melihat Kalea datang di kehamilan kedua, hatinya bergetar. Rasa iba perlahan mengantarkan dr. Derran jatuh cinta. Saat langkah Kalea sampai di depannya, dr. Derran segera mengulurkan tangan, membantu Kalea untuk membantu Kalea duduk di kursi yang terdapat di depan penghulu. Tangan keduanya yang dingin, perlahan menghangat saat saling bergandengan. Walaupun senyuman menghiasi wajah mereka, tapi wajah gugup mereka tetap terlihat je
Mendengar hal itu, dr. Derran segera berlari ke UGD. Pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi pada sang istri.Saat sampai di sana, tak hanya sang istri yang ditemuinya. Ada Mayra juga di sana. Dia yakin jika sang istri dan Mayra sudah bertemu sebelum dirinya datang. Ingin rasanya bertanya, apa yang sudah dilakukan Mayra bersama istrinya. Namun, untuk saat ini tidak seharunya dia bertanya seperti itu. Ada hal yang jauh lebih penting dari itu. Yaitu sang istri. “Sayang, kamu kenapa?” “Kontraksi yang aku rasakan sudah intens. Jadi aku ke sini.” Dr. Derran tentu kaget, karena sang istri tidak ada omongan sama sekali jika kontraksi. “Sayang, kenapa tidak mengatakan padaku?” Rasanya sebagai suami, dr. Derran merasa jahat. “Aku sudah konsultasi dengan dr. Nana. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Kalea mencoba menenangkan. Mungkin karena ini bukan kehamilan pertama, jadi Kalea tampak tenang. Dr. Derran hanya bisa pasrah ketika sang istri sudah mengambil tindakan itu. Artinya mema
“Tidak perlu.” Kalea langsung menarik dr. Derran. Merasa jika sang suami tidak perlu melakukan itu. “Kenapa?” tanya dr. Derran penasaran. “Tidak perlu melakukan hal itu. Jangan mengganggu waktu kerjamu. Fokus saja dengan pekerjaanmu.” Kalea tidak mau dr. Derran bersikap berlebihan dengan Mayra karena suaminya sedang di rumah sakit. “Jika mau diselesaikan, kita ajak dia bicara di luar.”Apa yang dikatakan sang istri ada benarnya. Tidak mungkin terus-terusan bicara di rumah sakit. Karena memang beberapa kali dilakukan Mayra masih melakukan hal yang sama. “Baiklah, kita akan bicara pada Mayra di luar. Aku akan menghubunginya dan membicarakan ini semua.” Dr. Derran mau Kalea ikut untuk bicara dengan Mayra, karena tidak mau ada kebohongan di antara mereka. Kalea setuju dengan apa yang dikatakan sang suami. Mereka akan bicara nanti dengan Mayra. Namun, untuk saat ini, dia harus fokus pada kandungannya dulu. Karena ini adalah pemeriksaan terakhir. Dr. Derran mengunjungi pasien-pasienny
Kalea benar-benar merasa tidak enak hati sejak melihat beberapa kali suaminya pulang dengan keadaan kesal dan kelelahan. Sebagai istri dia merasa jika ada yang tidak beres dengan suaminya. “Apa tidak terjadi apa-apa di rumah sakit?” tanya Kalea menatap dr. Derran. Sepertinya memang tidak ada yang bisa disembunyikan oleh dr. Derran. Dia merasa jika istrinya pasti curiga dengan semua yang dilakukannya. “Kita bicara sambil duduk.” Dr. Derran mengajak sang istri duduk di sofa yang berada di kamar. Kalea semakin dibuat penasaran karena sang suami tampak begitu serius saat bicara. Dr. Derran yang ingin bicara, meraih tangan Kalea lebih dulu. Menggenggamnya erat. “Ada yang mau aku katakan terkait Mayra.” Karena kemarin dia melihat keadaan Kalea baik-baik saja, maka itu dia memberanikan diri untuk mengatakannya sekarang. Tak nyaman bagi dr. Derran menyembunyikan semua dari Kalea.Mendengar nama mantan kekasih suaminya itu, Kalea merasa jika pasti ada masalah yang terjadi. “Ada apa deng
Dr. Derran yang masuk ke ruangannya dikejutkan dengan bunga yang berada di atas mejanya. Tentu saja itu membuat dr. Derran kesal. Dia sangat yakin jika Mayra yang mengirim bunga itu. Rasanya dr. Derran benar-benar kesal sekali. Buru-buru dr. Derran memanggil perawat. “Ada apa, Dok?” “Siapa yang menaruh bunga ini di sini?” Olda melihat dr. Derran yang tampak begitu kesal, Olda jadi takut. Dia mengalihkan pandangan pada bunga di atas meja. “Saya tidak tahu, Dok.” “Bawa keluar bunganya!” Dr. Derran tidak mau melihat bunga itu. Olda langsung mengambil bunga tersebut, kemudian membawanya keluar dari ruangan dr. Derran. Dr. Derran benar-benar kesal. Tentu saja dia akan memperingatkan Mayra setelah ini. Pagi ini, dr. Derran mengunjungi pasien yang melakukan operasi kemarin dan juga pasien yang sudah operasi sebelumnya. Beberapa diizinkan untuk pulang. Kegiatan berlanjut untuk melakukan praktik. Namun, saat berpapasan dengan Mayra, dr. Derran memanfaatkan hal itu.“Kalian ke ruanga
Dua operasi berjalan dengan lancar. Untungnya Mayra tidak bertingkah di saat operasi. Jadi semua berjalan lancar. “Apa akan langsung pulang setelah ini? Apa kita tidak makan-makan dulu untuk merayakan operasi kita yang berhasil ini?” Mayra menatap dr. Derran. Dr. Derran malas dengan sikap basa-basi mantan pacarnya itu. Tak mau berurusan, dr. Derran segera berlalu meninggalkan Mayra. Langkah dr. Derran diayunkan keluar dari ruang operasi. Kembali ruangannya untuk segera pulang. “Kak.” Saat hendak masuk ke mobil, dr. Derran mendengar suara. Saat menoleh dia melihat Rivans di sana. “Ada apa?” tanya dr. Derran. “Aku tidak bawa mobil, apa aku bisa menumpang?” “Ayo.” Dr. Derran mengizinkan sepupunya itu. Rivans segera masuk ke mobil dr. Derran. Duduk tepat di samping kursi kemudi. Dr. Derran melajukan mobilnya. Rumah orang tua Rivans tak jauh dari rumah orang tuanya, jadi tak masalah jika dia mengantarkannya. “Bagaimana perasaan Kak Derran bertemu dengan mantan? Apa berdebar?” t
Melihat sepupunya itu menunjuk ke pintu lobi, dr. Derran langsung mengalihkan pandangannya. Dilihatnya seseorang yang dikenalnya. “Aku mau memberitahu kamu jika dia sekarang bekerja di sini lagi.” Rivans menjelaskan alasannya menghubungi sepupunya itu kemarin. “Kenapa tidak menghubungi balik jika kamu ingin memberitahu itu?” Dr. Derran menatap tajam pada sepupunya itu. “Kamu tidak mau diganggu, jadi aku tidak menghubungi lagi.” Dengan polosnya Rivans menjawab.Dr. Derran hanya bisa mengembuskan napasnya. Benar-benar kesal pada sepupunya itu. Padahal ini adalah hal penting. “Hai.” Mayra menyapa dr. Derran dengan senyum. “Kita bertemu di sini.” Dengan polosnya dia menjelaskan. “Waktu itu aku mau bilang jika aku kembali bekerja di sini. Hanya saja, waktu itu tidak tepat.” Sejenak dr. Derran teringat dengan kedatangan Mayra ke rumah. Waktu itu dia membahas rumah yang membuat Kalea terluka. Mungkin jika waktu itu tidak ada kejadian kemarin, dr. Derran sudah tahu keberadaan Mayra di r
Kalea yang melihat seorang wanita memanggil suaminya. Dia memerhatikan wanita yang sedang berjalan ke arah suaminya itu. “Sayang, aku bisa jelaskan.” Dr. Derran meraih tangan sang istri. Kalea merasa sedikit kesal. Kemarin mantan pacar suaminya yang datang, dan ini siapa lagi? Kalea tidak tahu siapa lagi wanita yang kini ada di hadapan sang suami. “Siapa dia?” tanya Kalea memastikan.“Dia arsitek yang akan merenovasi rumah kita. Aku sengaja mengundangnya agar kamu bisa bicara dengannya.” Dr. Derran tak mau berlama-lama menyelesaikan masalahnya. Rumah harus segera diubah, jadi dia sengaja menghubungi arsitek dari Adion Company, karena itu pihak Adin Company mengirim arsitek untuk mewujudkan keinginan dr. Derran.Kalea cukup terkejut mendengar jika suaminya akan merenovasi rumah. Tidak menyangka akan secepat itu. “Aku mau kamu senang. Jadi aku mau mengubah semuanya untuk kamu. Sampaikan apa yang kamu inginkan.” Dr. Derran menatap Kalea dengan teduh.Kalea merasa beruntung suaminya
Kalea yang nyaris terlelap, terbangun ketika mendengar suara ponsel suaminya. Dr. Derran segera mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubungi. “Rivans.” “Kenapa dia menghubungi malam-malam?”“Entah.” Dr. Derran menaikkan bahunya. Tak tahu “Angkat saja dulu. Siapa tahu penting.” “Baiklah.” Dr. Derran mengangguk. Dr. Derran segera mengangkat sambungan telepon tersebut. Ingin tahu apa yang ingin dibicarakan Rivans. “Kak.” Suara Rivans terdengar di seberang sana. “Kamu mau bahas pekerjaan atau hal pribadi?” tanya dr. Derran tanpa basa-basi. “Hal pribadi.” Rivans di seberang sana memberitahu. “Jika hal pribadi, besok saja kamu bicara.” Dr. Derran langsung mematikan sambungan telepon dan meletakan telepon di atas nakas. Apa yang dilakukan sang suami itu jelas membuat Kalea terkejut. “Kenapa dimatikan?” tanyanya. “Dia hanya ingin membahas hal pribadi. Jadi aku pikir, bisa dibicarakan besok.” Dengan entengnya dr. Derran menjawab. “Tapi, kalau sampai urusan pribadi
Mayra tentu saja tidak ada muka saat diusir. Padahal dia belum bicara dengan dr. Derran. Tak mau semakin malu, akhirnya Mayra pulang. Kini tinggal Kalea dan dr. Derran yang ada di rumah itu. Kalea segera berbalik untuk masuk. Meninggalkan dr. Derran yang masih di depan pintu. Tempat yang dituju adalah kamar. Dr. Derran yang melihat sang istri pergi, segera mengejar. Dia harus menjelaskan semuanya. “Sayang.” Dr. Derran masuk ke kamar. “Jadi kamar ini desain wanita itu juga?” tanya Kalea memastikan. “Sayang, maaf aku tidak mengatakannya, tapi aku tidak berniat berbohong.” Dr. Derran berusaha untuk meyakinkan sang istri. “Aku sudah dengar jika rumah ini disiapkan untuk dia. Hanya saja, aku teralu naif hingga tidak berpikir jika rumah ini didesain olehnya.” Kalea merasa sangat bodoh sekali. “Sayang, sejujurnya waktu itu aku mau merenovasi, hanya saja belum ada waktu. Aku benar-benar sibuk. Ditambah pernikahan kita dan aku pikir tidak masalah jika memakai semuanya dulu.” Dr. Derran