Kalian pilih siapa nih Serina atau Laila he.. Another love story
Saat Ana dan Pasha pergi ke Bogor, Jeena masih berada di rumah sakit menunggu kabar tentang Bang Alex. Setelah mendapat hasil diagnosa dokter, Jeena pun memutuskan akan pulang. Ia lupa ada Sagara yang menunggu kepulangannya.Manggala menatap wanita di sampingnya yang tertunduk lesu. Sedari tadi Jeena tidak mau makan ataupun minum. Wajahnya menjadi pucat pasi. Pemuda itu menjadi mengkhawatirkannya.Namun Jeena keras kepala. Karena saking merasa sedih akibat insiden itu Jeena terlihat murung dan lemas.“Jeen, kita pulang! Kamu harus istirahat di rumah. Pasti Sagara menunggumu,” ucap Manggala penuh perhatian. Ia juga tidak ingin melihat kekasih hatinya jatuh sakit akibat insiden penembakan itu.Sepertinya Jeena memang terlihat sangat syok. Baru pertama kali melihat adegan tembakan di depan mata secara langsung.Jeena melirik sejenak ke arah Manggala namun tak lama kemudian tubuhnya ambruk ke sebelah Manggala. Manggala berjingkat kaget melihat Jeena yang sudah kehilangan kesadarannya.“Jee
“Kau mau kemana?”Seorang pria dengan luka sayat di pipinya mendekati seorang gadis yang terlihat membuka pintu balkon kamar di sebuah apartemen. Gadis itu terlihat cantik alami dalam balutan piyama tidur pendek. Ia biarkan rambutnya tergerai begitu saja, tersapu angin yang masuk melalui jendela kaca raksasa.Gadis itu menoleh dengan wajah kesal. “Aku bukan hewan piaraan yang kau bisa kurung seenaknya. Aku manusia! Aku butuh udara segar,” jawab gadis itu dengan suara yang dingin. Wajah cantiknya terlihat ketus. Namun, sial, di mata pria berwajah blasteran itu, ia terlihat menggemaskan dan seperti merengek ingin ditiduri. Pikiran pria itu memang dipenuhi oleh fantasi mesum seorang pria dewasa.“Come here Sweety! I wanna fuck you now,” ujar pria paruh baya tersebut dengan memasang senyum seringai culas. Gadis itu hanya mendesah pelan. Ia benar-benar telah terjebak di kandang singa. Ia tidak bisa melarikan diri. Sudah puluhan kali ia berusaha melarikan diri. Namun pada akhirnya ia pasrah
“Serina, makasih Sayang, kamu udah nyelamatin Nena Hanum,” imbuh Ana menatap Serina dengan penuh syukur. Mungkin jika tidak ada Serina, Hanum sudah tewas.Serina hanya terdiam dengan menyematkan senyuman teramat tipis. Ada rasa bersalah terselip di dadanya saat ia berdusta. Ia telah mengambil kesempatan.“Iya, Serina, makasih banget loh,” sambung Sulis juga tak kalah bersyukur melihat mertuanya selamat dari insiden kebakaran di mall MENARA DUA.“Keren Serin! Kamu wonder woman deh bisa gendong Nena. Kebayang, Nena kan lumayan gemuk.”Alby ikut berkomentar dengan kekehan pelan. Ia melirik ke arah Beryl yang juga duduk di sampingnya.“Sudah seharusnya aku menolong Nena. Mas Beryl, Mas Alby dan Mas Pasha juga sudah menolongku waktu itu dari orang jahat.” Serina menimpali mereka. Ia mengaitkan kejadian yang dialaminya dulu sewaktu diculik oleh Mafia. Ia juga berhutang nyawa pada mereka.“Ah, ya, Tante baru dengar. Kamu yang jadi korban penculikan itu kan?”Sulis berkomentar kala mengingat
“Jeena!”Manggala terpekik kaget saat ia tidak menemukan Jeena di dalam ruangannya. Tatapannya menyisir sudut ruangan itu dengan tajam. “Mas Gala, ada apa?”Jeena tampak keluar dari toilet di ruangannya. Ia juga terkejut saat mendengar suara Manggala yang nyaring.Manggala menghela nafas panjang ternyata Jeena ada di ruangannya. Pikirannya sudah berkelana ke sana kemari. Ia takut jika kekasihnya diculik. Ia mengusap dadanya beberapa kali. “Maaf, aku meninggalkanmu. Tadi aku berbincang dengan perawat soal Alex,”Manggala menahan diri untuk tidak menceritakan kondisi Alex yang cukup kritis. Ia tidak ingin membuat Jeena khawatir. “Mas, bagaimana kondisi Bang Alex?” tanya Jeena dilanda penasaran. Hingga detik itu, Jeena masih merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Bang Alex. Ia selalu menyalahkan dirinya.“Jeena, Alex masih harus dirawat. Kamu gak usah khawatir ya! Yang terpenting Alex sudah ditangani. Kamu harus percaya Tim dokter,” imbuh Manggala setelah berusaha menormalkan peras
Malam itu di sebuah restoran Timur tengah yang terletak di dekat rumah sakit di mana Hanum dirawat, dua orang wanita dewasa terlihat sedang duduk mengobrol dengan serius. Di tangan mereka, ada secangkir teh khas Arab. Mereka meneguknya dengan perlahan. Mereka adalah Ana dan Sulis.Beberapa kali Ana terlihat menghela nafas panjang kemudian meneguk teh favoritnya supaya menenangkan perasaannya yang tak karuan. Menaruh cangkir teh Adeni yang sudah kosong, wanita berhidung bangir itu pun mulai menceritakan kronologis apa yang terjadi pada putrinya. Sementara itu Sulis memasang wajah serius menyimak penjelasan Ana.Setelah penjelasan selesai, Sulis pun berkomnetar. “Ana, kita harus segera kirim Jeena keluar negeri kalau begitu. Lebih aman! Di sana dia juga pasti senang karena bisa kuliah. Bukankah dia ingin segera kuliah?” imbuh Sulis berusaha berbicara tenang. Namun dalam hati ia merasa sangat gelisah. Barusaja Manggala mengirim sebuah pesan yang menceritakan soal sniper yang berusaha men
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj
"Aaa..."Embun terbangun saat merasakan cipratan air mengenai wajahnya. Ia merasa tersentak lalu membelakan mata almondnya dengan penuh keterkejutan. Tangannya buru-buru mengusap air dingin yang membasahi wajahnya. Sepasang mata tajam langsung menyambut Embun. Seketika perempuan muda itu langsung menggerakan bibirnya, ingin menanyakan soal perjanjian yang dibuat antara ayahnya dan suaminya. Atau, mungkin wanita pesolek yang berdiri di hadapannya itu ikut terlibat di dalamnya! Sembari mencengkram sprei dan berusaha menegakkan tubuhnya, Embun langsung membuka mulutnya. “Tante, perjanjian apa yang dilakukan Ayah dengan Tuan Danar?”Suara Embun bergetar hebat. Sebetulnya sudah jelas Embun membaca surat kontrak yang dibawa suaminya. Hanya saja, ia tak terima karena merasa tidak pernah membuat kesepakatan apapun dengan Danar.Embun menyukai Danar dan jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika Danar melamarnya di depan sang ayah, ia langsung menerimanya dengan penuh sukacita. Indira-ibu t
Menaiki angkutan umum, Embun pergi ke sebuah villa sederhana dekat hutan pinus yang ia tinggali saat menjalani pernikahan dengan Danar Yudistira.Setelah dipersunting oleh Danar, Embun langsung diboyong oleh pria itu untuk menempati villa yang sepi dan sunyi itu. Letak villa itu jauh dari pemukiman warga. Di sana Embun tinggal dengan seorang asisten rumah tangga dan seorang security. Namun villa itu kini kosong!Usai ijab qabul, Danar hanya menginap semalam untuk melakukan ritual malam pertama dengan Embun. Keesokan harinya Danar pergi keluar kota karena harus bekerja. Perusahaan miliknya berada di luar kota. Semenjak menikahi Embun, hanya dalam hitungan jari, Danar pulang ke villa itu. Lagi, ia hanya datang untuk meminta haknya sebagai suami dan mengecek kehamilan Embun. Embun yang lugu tidak pernah menaruh curiga pada Danar. Air mata Embun kini tak terbendung ketika mengingat keping demi keping kenangan yang dilewatinya bersama Danar. Pantas saja, Danar hanya bersikap seperlunya p
Malam itu di sebuah restoran Timur tengah yang terletak di dekat rumah sakit di mana Hanum dirawat, dua orang wanita dewasa terlihat sedang duduk mengobrol dengan serius. Di tangan mereka, ada secangkir teh khas Arab. Mereka meneguknya dengan perlahan. Mereka adalah Ana dan Sulis.Beberapa kali Ana terlihat menghela nafas panjang kemudian meneguk teh favoritnya supaya menenangkan perasaannya yang tak karuan. Menaruh cangkir teh Adeni yang sudah kosong, wanita berhidung bangir itu pun mulai menceritakan kronologis apa yang terjadi pada putrinya. Sementara itu Sulis memasang wajah serius menyimak penjelasan Ana.Setelah penjelasan selesai, Sulis pun berkomnetar. “Ana, kita harus segera kirim Jeena keluar negeri kalau begitu. Lebih aman! Di sana dia juga pasti senang karena bisa kuliah. Bukankah dia ingin segera kuliah?” imbuh Sulis berusaha berbicara tenang. Namun dalam hati ia merasa sangat gelisah. Barusaja Manggala mengirim sebuah pesan yang menceritakan soal sniper yang berusaha men
“Jeena!”Manggala terpekik kaget saat ia tidak menemukan Jeena di dalam ruangannya. Tatapannya menyisir sudut ruangan itu dengan tajam. “Mas Gala, ada apa?”Jeena tampak keluar dari toilet di ruangannya. Ia juga terkejut saat mendengar suara Manggala yang nyaring.Manggala menghela nafas panjang ternyata Jeena ada di ruangannya. Pikirannya sudah berkelana ke sana kemari. Ia takut jika kekasihnya diculik. Ia mengusap dadanya beberapa kali. “Maaf, aku meninggalkanmu. Tadi aku berbincang dengan perawat soal Alex,”Manggala menahan diri untuk tidak menceritakan kondisi Alex yang cukup kritis. Ia tidak ingin membuat Jeena khawatir. “Mas, bagaimana kondisi Bang Alex?” tanya Jeena dilanda penasaran. Hingga detik itu, Jeena masih merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Bang Alex. Ia selalu menyalahkan dirinya.“Jeena, Alex masih harus dirawat. Kamu gak usah khawatir ya! Yang terpenting Alex sudah ditangani. Kamu harus percaya Tim dokter,” imbuh Manggala setelah berusaha menormalkan peras
“Serina, makasih Sayang, kamu udah nyelamatin Nena Hanum,” imbuh Ana menatap Serina dengan penuh syukur. Mungkin jika tidak ada Serina, Hanum sudah tewas.Serina hanya terdiam dengan menyematkan senyuman teramat tipis. Ada rasa bersalah terselip di dadanya saat ia berdusta. Ia telah mengambil kesempatan.“Iya, Serina, makasih banget loh,” sambung Sulis juga tak kalah bersyukur melihat mertuanya selamat dari insiden kebakaran di mall MENARA DUA.“Keren Serin! Kamu wonder woman deh bisa gendong Nena. Kebayang, Nena kan lumayan gemuk.”Alby ikut berkomentar dengan kekehan pelan. Ia melirik ke arah Beryl yang juga duduk di sampingnya.“Sudah seharusnya aku menolong Nena. Mas Beryl, Mas Alby dan Mas Pasha juga sudah menolongku waktu itu dari orang jahat.” Serina menimpali mereka. Ia mengaitkan kejadian yang dialaminya dulu sewaktu diculik oleh Mafia. Ia juga berhutang nyawa pada mereka.“Ah, ya, Tante baru dengar. Kamu yang jadi korban penculikan itu kan?”Sulis berkomentar kala mengingat
“Kau mau kemana?”Seorang pria dengan luka sayat di pipinya mendekati seorang gadis yang terlihat membuka pintu balkon kamar di sebuah apartemen. Gadis itu terlihat cantik alami dalam balutan piyama tidur pendek. Ia biarkan rambutnya tergerai begitu saja, tersapu angin yang masuk melalui jendela kaca raksasa.Gadis itu menoleh dengan wajah kesal. “Aku bukan hewan piaraan yang kau bisa kurung seenaknya. Aku manusia! Aku butuh udara segar,” jawab gadis itu dengan suara yang dingin. Wajah cantiknya terlihat ketus. Namun, sial, di mata pria berwajah blasteran itu, ia terlihat menggemaskan dan seperti merengek ingin ditiduri. Pikiran pria itu memang dipenuhi oleh fantasi mesum seorang pria dewasa.“Come here Sweety! I wanna fuck you now,” ujar pria paruh baya tersebut dengan memasang senyum seringai culas. Gadis itu hanya mendesah pelan. Ia benar-benar telah terjebak di kandang singa. Ia tidak bisa melarikan diri. Sudah puluhan kali ia berusaha melarikan diri. Namun pada akhirnya ia pasrah
Saat Ana dan Pasha pergi ke Bogor, Jeena masih berada di rumah sakit menunggu kabar tentang Bang Alex. Setelah mendapat hasil diagnosa dokter, Jeena pun memutuskan akan pulang. Ia lupa ada Sagara yang menunggu kepulangannya.Manggala menatap wanita di sampingnya yang tertunduk lesu. Sedari tadi Jeena tidak mau makan ataupun minum. Wajahnya menjadi pucat pasi. Pemuda itu menjadi mengkhawatirkannya.Namun Jeena keras kepala. Karena saking merasa sedih akibat insiden itu Jeena terlihat murung dan lemas.“Jeen, kita pulang! Kamu harus istirahat di rumah. Pasti Sagara menunggumu,” ucap Manggala penuh perhatian. Ia juga tidak ingin melihat kekasih hatinya jatuh sakit akibat insiden penembakan itu.Sepertinya Jeena memang terlihat sangat syok. Baru pertama kali melihat adegan tembakan di depan mata secara langsung.Jeena melirik sejenak ke arah Manggala namun tak lama kemudian tubuhnya ambruk ke sebelah Manggala. Manggala berjingkat kaget melihat Jeena yang sudah kehilangan kesadarannya.“Jee
Brugh, Seorang gadis terjatuh saat ia menginjak lantai yang licin. Ia baru saja mengepel lantai. Ibu sambungnya menjatuhkan piring berisi rendang hingga mengotori lantai ruang makan. Alhasil ia lah yang bertugas untuk membersihkannya. Tak hanya membersihkan lantai bekas tumpahan kuah rendang, namun membersihkan seluruh lantai hingga ke teras rumah. “Ibu, kenapa aku sih yang harus mengepel lantai! Seharusnya yang mengepel lantai itu Mbak Dania. Mbak Dania kan cuman diam aja. La, aku yang malah disuruh-suruh bersih-bersih. Aku harus pergi ke pondok lagi,” omel gadis itu dengan helaan nafas panjang. Bahkan saking omelannya panjang pendek, tahu-tahu ia sudah selesai mengepel.Saat ibunya lengah, gadis itu buru-buru pergi setelah mengambil tas miliknya. Tak lupa ia mencari kunci mobil milik ayahnya, namun ternyata kunci mobilnya tidak ada.“Cari ini?”Seorang wanita bertubuh tinggi menggoyang-goyangkan kunci di depan wajah gadis cerewet tadi.“Mbak Dania, aku butuh kuncinya tolong!” ucap
“Sayang, kamu tidak apa-apa?”Ana langsung memeluk putrinya dengan erat. Kini Ana dan Jeena sedang berada di rumah setelah mendapat kabar bahwa telah terjadi aksi penembakan yang dilakukan oleh seorang sniper di taman kota.Target penembakan ialah Jeena. Namun ia selamat karena Bang Alex reflek menolongnya saat tak sengaja ia melihat seorang pria dari kejauhan menodongkan moncong senapan ke arah Jeena Mahira Basalamah.Jeena hanya menangis dengan tersedu sedan saat mengingat kondisi Bang Alex yang kritis. Pemuda itu telah mengorbankan diri demi menyelamatkan nyawanya.“Sudah, sudah, anak Mami jangan bersedih lagi! Temanmu sudah ditangani, Sayang!” nasehat Ana pada putrinya. Ia mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Jeena. Jeena terlihat syok atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Tubuhnya gemetar hebat dan jantungnya berdegup kencang. Jangan tanyakan perasaannya! Saat ini perasaannya berkecamuk, tak karuan. “Jeena, kamu gak apa-apa?”Dari arah berlawanan Pasha dan Manggala
“Hei, jangan bikin aku penasaran! Maksud kamu apa, Sa? Rahasia apa?” Jeena balik bertanya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang Pasha ucapkan.“Lupakan saja! Biar Gala saja yang cerita,” seru Pasha kemudian mencium pipi ibunya dan adiknya bergantian. “Doakan aku lancar ya! Aku akan ketemu dosen pembimbing,” imbuh Pasha dengan penuh harap. Hari itu ia akan mengikuti sempro alias seminar proposal Fakultas Kedokteran. Sungguh, ia merasa sangat gugup. Oleh karena itu, pemuda tampan itu meminta doa dari orang tersayang.Baik Jeena maupun Ana tersenyum mendengar ucapan Pasha. “Kami doakan yang terbaik untukmu, Pasha,” imbuh Ana menyemangati putranya. “Semangat jadi dokter kayak Papi.”Ana berkata dengan riang gembira. Wanita berhidung bangir itu sampai mengangkat ke dua tangannya yang mengepal, menyemangati putranya. “Moga lancar ya!” sambung Jeena juga ikut mendoakan untuk kebaikan Pasha. Ia senang sekali memiliki keluarga yang berpendidikan tinggi. Melihat sang kakak yang justru mau
“Sayang, lihatlah! Ada berita bagus.”Ana memperlihatkan sebuah berita pada ponselnya. Jeena pun ikut melihat berita yang tertera pada salah satu portal berita online. Sebuah headlines news telah menayangkan sebuah berita viral yang menimpa salah satu pengusaha yang terkenal. Mulutnya menganga tak percaya dengan berita tersebut.“Mami, aku gak nyangka ternyata pelaku yang menyebabkan neneknya Sagara … menantunya sendiri,” gumam Jeena dengan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.Ana bergegas menutup ponselnya. “Sekarang kamu bisa tenang, Sayang. Tidak akan ada lagi yang memperlakukanmu semena-mena,” imbuh Ana dengan tersenyum pada putrinya. Jeena mengangguk pelan. Ia senang mendengar berita tentang pelaku yang berusaha menghabisi nyawa Diajeng ditemukan. Namun, ia masih tak percaya dengan fakta tersebut. Fakta mencengangkan ternyata pelakunya adalah Paramita, istrinya Danar. Jeena belum mengetahui soal perceraian Danar dan Mita.“Kamu harus berterima kasih pada Masmu,” sambung Pa