Vivi terbangun dengan kondisi kamar berantakan seperti perang, Reza berjanji tidak akan 'masuk' sebelum mereka menikah tapi nyatanya meskipun tidak 'masuk', pria itu bisa berbuat gila semalaman. Benar kata orang tua, dalam hubungan ranjang, wanita dibatasi dengan usia sementara pria tidak dibatasi usia. Usianya hampir kepala empat tapi bisa membuat anak kecil seperti dirinya tidak bisa berkata-kata.Apa karena aku belum berpengalaman?"Sudah bangun?"Vivi melihat Reza keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sontak ia mengalihkan matanya. "Belum berangkat?""Krisna dan Erika akan datang ke rumah ini, aku masih melarang wanita itu masuk. Setidaknya ibuku masih bisa bertemu kedua cucunya." Reza tertawa geli melihat tingkah Vivi dan duduk di samping tempat tidur."Bagaimana dengan Almira?""Aku tidak tahu, ngomong-ngomong kamu ingin seharian di kamar?""Kamu tidak keluar?""Ah, aku lebih tertarik bersamamu daripada mereka.""Bukankah itu menyebalkan? Lebih baik kamu berkumpul bersama m
"Nenek, apa nenek sudah bertemu dengannya? Wanita jelek mana yang merayu ayah kami?" gusar Erika."Jangan lupa, ibu kalian yang memulai duluan."Erika dan Krisna sudah mendengar cerita itu berkali-kali dari kepala pelayan rumah mereka. Ibu merekalah yang membius kepala keluarga sekarang.Awalnya Krisna tidak paham, kenapa para pelayan berkali-kali selalu menceritakan hal sama saat kecil. Setelah dewasa, Krisna paham alasan mengapa ayahnya tidak pernah hadir di kehidupan mereka. Ayah sangat membenci ibu.Krisna yang bingung di awal, perlahan mulai menerima keadaannya. Toh, selama ini dirinya selalu dikatakan sebagai pewaris, ayahnya juga tidak menyembunyikan keberadaan keluarga kecilnya. "Meskipun ibu kami melakukan kesalahan, tetap saja ibu melahirkan kami berdua. Nenek, apakah nenek tidak keberatan dengan pernikahan itu?" tanya Krisna."Kenapa nenek harus keberatan?""Nenek, ayah sudah memiliki kami berdua," kata Erika.Ibu Reza tersenyum sedih ke Krisna. "Cucuku, kenapa kamu tidak
Vivi menatap tidak mengerti Reza. "Tentu saja, itu momen spesial.""Momen spesial seorang perempuan menjadi wanita dan menyerahkan dirinya ke pria, bukankah itu sangat kuno dan trik murahan?""Apa?!" Vivi tidak tahu harus menangis atau malu dengan perkataan Reza. Bayangkan, posisi mereka yang ambigu diiringi pembicaraan yang serius."Momen spesial perempuan hanyalah menyerahkan diri seutuhnya kepada pria? Apakah pria yang mengatakan itu?""Sayangnya, para wanita yang berpikiran seperti itu.""Menurut kamu, itu sangat spesial?""Aku-""Faktanya di berbagai belahan bumi lain, keperawanan wanita tidak dihargai sama sekali. Kamu menganggap ini spesial?"Orang ini benar-benar mencari ribut!"Kamu mengajakku berdebat hanya untuk bisa meniduriku?" tanya Vivi sambil menyangga tubuh dengan kedua siku.Reza tertawa geli dan menjawab jujur. "Benar."Vivi memutar bola matanya lalu berteriak. "Ah!"Di luar kamar, orang-orang yang masih berkumpul mendengar suara teriakan seorang wanita.Dengan pera
"Split bill? Itu sudah biasa.""Memang itu biasa tapi yang tidak biasa, ada orang bodoh yang mencoba mengakali bagian keuangan.""Teruskan.""Choky menemukan beberapa nota yang hidangannya sama dengan split bill, jamnya sudah diakali dengan waktu yang berbeda.""Choky?""Dia membantu nona Vivi belajar."Reza mengangguk puas dengan inisiatif Putra."Ada tiga nota dengan menu sama, dua nota di split dan satu nota biasa. Ketiganya dilaporkan ke bagian keuangan hotel.""Bukan kesalahan laporan kasir?""Nona Vivi sempat berpikir seperti itu, tapi kesalahan tidak hanya di bagian restoran, di spa juga ada dan itu bukan satu atau dua nota. Jadi, nona Vivi memutuskan lapor kepada saya."Putra teringat dengan ucapan nona Vivi di telepon dan meneruskannya ke Reza.'Tadinya aku ingin memakai ini sebagai bukti kejahatan dan kebodohan Krisna, setelah diingat kembali sebaiknya aku laporkan ke kalian. Laporannya benar-benar kacau, aku jadi pusing.'Reza mengangguk puas. Langkah yang bagus, jika Vivi d
"Seandainya ibu tidak setuju dengan ide kalian, ibu pasti bisa datang ke pesta amal tanpa malu!" Keluh ibu Krisna. "Bu, hanya satu kali ini saja. Bersabar aja ya, toh juga ayah sekarang lebih memikirkan anak-anaknya." Krisna merayu ibunya. Ibu Krisna menghela napas berat. "Pasankan makanan di restoran biasanya, ibu mau ke tempat ayahmu." Kedua mata Krisna berbinar. "Ibu, ke tempat ayah? Apa bisa? Bukankah ayah mengeluarkan larangan ibu kesana?" "Kami sudah menikah, tentu saja harus bisa. Dia bisa mencabut larangan ke kalian, masa istrinya sendiri tidak," tukas ibu Krisna. Almira mengajukan diri. "Aku ikut nemenin, ya?" Kening Krisna berkerut. "Kamu mau ganggu kencan orang tuaku?" Almira menggeleng panik. "Tidak, aku hanya penasaran tempat kerja ayah kamu." "Tidak perlu, nanti kamu temani Cynthia saja. Krisna, jangan lupa pesankan menu favorit ayah kamu." Ibu Krisna bangkit dari kursi. "Tapi, aku gak tahu menu favorit ayah." Ibu Krisna mendecak tidak sabar. "Tinggal tanya kepa
Ibu Krisna melihat rantang betebaran di meja Reza, tidak sesuai dengan citra salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. "Suamiku, kamu pesan makan dimana? Kenapa malah pakai rantang begini?"Reza yang sedang makan tenang, bertanya tanpa mengangkat kepalanya. "Ada apa?"Ibu Krisna mengangkat tas karton di tangannya. "Aku bawakan kamu makanan, kita bisa makan siang bersama.""Seingat saya, kamu tidak boleh menginjak kaki disini?"Ibu Krisna duduk di kursi yang tadinya ditempati Vivi dan meletakan tas bekal di kursi sampingnya. "Anak-anak boleh, kenapa aku tidak?""Mereka darah daging saya, berbeda denganmu."Ibu Krisna cemberut.Vivi yang sembunyi di bawah meja mendengar dengan hati sedih.Choky dan Putra celingukan mencari sosok Vivi. Kemana nona?"Tapi kita sudah punya dua anak, tidak seharusnya kita bertengkar seperti ini.""Saya hanya ingat di atas tempat tidur, kamu sangat ganas. Sayang sekali saya tidak merasakannya untuk Krisna." Reza sengaja mengusik telinga Vivi dan istri sirin
Vivi tidak ingin mendengar pernyataan cinta dari istri tua Reza. Dia memasukan tangannya ke dalam celana dan mulai bergerak di dalam.Reza yang tidak siap karena marah, terkejut.Setelah mendapat posisi nyaman, Vivi mencium dan menghisap di luar celana. Ia tidak ingin mendengar apapun.Rosaline menatap cemburu Reza. "Aku bisa melakukan apapun kepadamu, aku juga bisa memuaskanmu. Bisakah kita berdamai di masa lalu?""Lalu, bagaimana dengan perasaanmu sekarang setelah tahu ada seseorang di bawah mejaku?"Rosaline berusaha menelan kesedihan dan air matanya, ia harus bertahan demi masa depan dan anak-anaknya. Vivi sudah disingkirkan, jadi Krisna bisa hidup bahagia bersama wanita yang dicintainya."Aku mencintaimu." Rosaline memejamkan mata dengan sedih, hanya ini yang bisa dikatakannya.Reza berusaha menelan erangannya. Ia tidak mendengar pernyataan cinta istri sirinya."Suamiku." Vivi menatap puas celana Reza yang basah dan terengah-engah. Reza yang masih berusaha mengatur napasnya, me
Darren, ayah Reza. Memutar kepalanya begitu mendengar pintu dibuka, ia tersenyum melihat siapa yang datang."Erika.""Kakek." Erika mengangguk lalu meletakan buah di atas meja."Mana ibumu?""Ibu masih di parkiran tadi, ada yang ketinggalan di mobil," jawab Erika lalu melihat seorang pria duduk di sudut ruang. "Ini-""Perawat kakek, menggantikan anak tidak becus itu."Erika puas dengan reaksi kakek. Tidak pernah ada tempat untuk anak kampung di keluarga Aditama. "Kakek, Erika sebentar lagi ulang tahun. Kakek datangkan?""Ya, tentu saja."Erika bersorak kegirangan. Kalau dua orang tetua keluarga Aditama berkumpul, gengsi di kalangan sosialita akan naik. Rosaline masuk ke dalam kamar Mateo. "Hallo, ayah.""Melihatmu bahagia, aku jadi bertanya-tanya. Apakah putramu akhirnya berkumpul denganmu?"Senyum Rosaline menghilang. "Berhenti mengejekku, ayah."Darren mengangkat salah satu alis. "Dia masih belum pulang meskipun anak yatim itu sudah pergi?""Belum, tapi dia mengizinkan anak-anak ma