Vivi kembali ke ruang reservasi dan menatap kosong layar monitor. Percakapan Krisna bersama temannya masih ada di kepalanya."Non."Vivi tidak menjawab.Adit menepuk pundak Vivi.Sontak Vivi menoleh. "Hah? ya?""Non, ada supervisor f&b.""Oh, oke." Vivi bangkit dari kursi lalu menuju ke ruang depan. "Tadi saya panggil, nona jalan terus. Apa nona sakit?" Supervisor bertanya begitu Vivi menghampirinya.Vivi menggeleng pelan."Soal split bill, itu teman-teman tuan Krisna jadi saya dilarang memasukan ke dalam system atau laporan. Hanya dicatat untuk internal saja, jadi saya tidak melaporkannya tapi saya sudah minta tanda tangan sesuai saran nona kalau keluarga Aditama punya permintaan di luar manajemen."Vivi memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Sudah dari jam berapa mereka disana?""Jam delapan malam."Vivi tersenyum miris. Kalau punya waktu sebanyak itu harusnya bisa mengurus hotel, bukannya kumpul gini."Non.""Saya mengerti, terima kasih. Selain itu Adit dan pak Budi, tolong pan
Vivi melirik takut Reza. Benarkan, pasti marah. Satu-satunya pewaris keluarga Aditama hampir mati karena dirinya yang hanya anak yatim piatu dan tidak memiliki apapun."Saya...""Itu sudah masa lalu," potong Reza.Vivi melirik ibu Reza yang mengangguk pasrah. Ia menghela napas panjang lalu kembali fokus makan.___"Sayang, ayahmu kapan pulang?" tanya Almira yang penasaran, setelah Krisna duduk di sebelahnya."Kenapa kamu menanyakannya?" tanya Krisna."Orang tuaku ingin bertemu," jawab Almira dengan muka cemberut.Erika dan ibu Krisna saling bertukar kode lewat mata."Kamukan tahu kalau ayahku itu sibuk, hotel keluarga kami gak hanya satu - dua," jawab Krisna yang berusaha menenangkan tunangannya."Ya, rencana papakan pengen ketemu sekalian meayakan ulang tahun ke 17 Erika," ucap Almira.Erika menjerit kegirangan. "Kak..." kalau keluarga Almira bukan sembarangan, kalau datang bisa meningkatkan reputasinya. Di kampus ia bisa pamer ke teman-temannya.Krisna mendecak. "Sepertinya kita tid
"Tolong ulangi," Vivi tidak percaya dengan permintaan accounting."Nyonya dan tuan muda menyuruh saya untuk membayar semua tagihan pesta ulang tahun nona muda dan dimasukan sebagai biaya operasional hotel," ulang accounting.Kepala Vivi menjadi pusing setelah mendengarnya. Setelah menjalani beberapa hari yang tenang dan fokus berusaha membayar semua tagihan, Vivi harus mendengar kabar dari orang-orang kalau accounting seharian tidak ada di kantor dan pulang dalam keadaan menangis. Mau tidak mau Vivi bergegas ke hotel sebelum jam pulang.Eva menggerutu. "Jadi itu sebabnya kamu seharian tidak kelihatan? hanya untuk membayar semua tagihan?"Rika si accounting mengangguk lesu. Ia sudah capek seharian kesana kemari untuk membayar tagihan-tagihan yang berdatangan."Krisna tahu ini?" tanya Vivi."Justru tuan muda menyuruh saya bawa uang dan atm buat bayar tagihan," jawab Rika."Tinggal berapa uang operasional?" tanya Vivi.Rika melirik Eva dengan takut, biar bagaimanapun Vivi juga salah satu
Vivi sudah berkorban banyak untuk keluarga ini bahkan sakit kepala sering menyerang saat ibu dan adik tunangannya membuat ulah. "Selama ini kamu digaji?" tanya Reza."Tidak.""Kenapa?"Vivi menatap Reza. "Karena saya hidup menumpang di rumah jadi harus tahu diri.""Itukah yang mereka katakan?""Tidak, ya... ah... entahlah.""Mana yang benar?""Mungkin keduanya?""Vivi," tegur Reza dengan suara rendah."Saya tidak ingin membahasnya," tolak Vivi.Reza mengetuk jarinya di meja dan besandar di kursi. "Saya anggap sebagai ya."Vivi tidak membantah."Mengenai laporan ini serahkan kepada saya," kata Putra."Tidak perlu. Biarkan saja dicatat sebagai pengeluaran," kata Reza."Tapi, pajak..." Putra ingin mengutarakan ketidak setujuannya. Kalau pajak mengetahui hal ini lagi, bisa-bisa gosip tersebar luas di kalangan pengusaha."Kenapa memangnya dengan pajak?" tanya Reza. "Kita rajin membayar pajak bulanan dan tahunan bahkan tidak ada data yang disembunyikan."Akhirnya Putra memahami perasaan Ma
Yah, ini bukan urusan mereka tapi kasihan juga setiap melihat nona Vivi yang berjuang dan susah payah malah diperlakukan seperti ini."Memangnya ada masalah apa tante sampai teriak?"Tante Almira menatap sinis Vivi. "Kalian rupanya tidak mampu mempekerjakan pegawai ya? kenapa ada anak kecil disini?"Almira dan Krisna menatap Vivi yang berdiri di balik meja front office.Almira menatap tidak suka Krisna.Krisna yang menyadarinya, menatap tajam Vivi.Vivi sudah tidak terkejut lagi mendapat tatapan seperti itu. "Saya hanya ingin membantu front office."Almira mendecak kesal."Vi, kamu kerja di bagianmu saja."Vivi menaikan salah satu alisnya. "Dan menurutmu, aku harus di bagian apa sekarang?"Krisna terdiam.Tante Almira menatap bingung Krisna dan Almira bergantian lalu menunjuk Vivi dengan marah. "Apakah orang tuamu yang mendidik seerti itu, sehingga tidak sopan keatasan!" teriaknya.Vivi menatap Krisna yang hanya diam sementara Almira menatap tidak suka dirinya. Kedua tangan Vivi menge
Reza membaca hasil tes kesehatan Vivi. Kekurangan gizi, luka lebam lama dan baru ada di sekujur tubuh yang tidak bisa dilihat orang. Bagaimana bisa dia kekurangan gizi?Choky dan Putra menundukan kepala dengan khidmat, saat ini atasan mereka sedang marah besar. Tidak disangka nyonya membuat karya sekaligus masalah besar."Nyonya benar-benar orang yang tidak masuk akal," gerutu Choky setengah berbisik. Semua orang dewasa juga tahu, menyakiti anak kecil itu sama saja dengan mempertanyakan moral kamu sebagai orang dewasa. Seumur-umur Choky tidak pernah menyakiti anak perempuan, anak kecil bahkan wanita kecuali kalau orang-orang ini sudah bertindak keterlaluan.Putra mengangguk. "Pulangkan Vivi ke rumah."Choky dan Putra terkejut. Memulangkan nona Vivi sama saja membuat hukuman mati.Reza memutar kursinya menghadap jendela. "Pulangkan Vivi, suruh dia istirahat. Sebentar lagi dia harus bekerja kembali."Choky dan Putra ingin membantah, tapi ditelan kembali. Jika atasan mereka sudah mengam
Putra yang hendak mendekati mereka berdua, melihat si bos menggendong nona Vivi dalam keadaan basah kuyup setelah menutup payung, sontak Putra membuka pintu belakang mobil yang disopiri Choky.Nona Vivi yang tadinya memberontak kecil menjadi diam setelah dibisiki sesuatu oleh atasannya.Reza masuk ke dalam mobil dengan hati-hati. Setelah itu, Choky menjalankan mobil, meninggalkan putra yang masih memegang payung atasannya dengan bengong.Aku benar-benar ditinggalkan sendiri?Sementara di dalam mobil, Choky tidak berani mengintip bagian belakang, ia juga menjalankan mobilnya dengan pelan.Vivi menanamkan kepalanya di leher Reza tanpa malu. Pada awalnya ia memberontak karena malu digendong, setelah diancam 'aku akan membawamu pulang ke rumah kalau masih berontak' ia menjadi tenang.Reza membelai bagian atas kepala Vivi. "Ceritakan."Choky langsung paham maksud bosnya, ia cerita dari awal sampai bosnya melihat Vivi keluar dari rumah dengan berjalan kaki."Wanita itu benar-benar nekat!" d
Choky dan Putra menatap mobil depan dengan jantung berdebar dan pikiran tidak karuan sementara di suasana di dalam mobil depan semakin memanas.Setelah memberikan ciuman panas itu, Reza berusaha mengatur napasnya, sudah lama ia tidak merasakannya. 'Mau coba latihan?''Eh?''Bukankah kamu ingin menyenangkan dia? kamu bisa latihan ciuman denganku.''Tapi-''Aku tidak akan jatuh cinta padamu, anggap saja ini balas budi karena selama ini kamu membantuku.''Beda!''Bedanya dimana?''Kita sama-sama pria! itu beda dengan perempuan, kamu tahukan?''Tiďak! aku tidak tahu! karena aku tidak pernah jatuh cinta, bagiku semua sama saja. Kalau wanita menuntut kesetaraan gender, kenapa pria tidak bisa?''Reza Aditama! Pikiranmu benar-benar kacau! Jangan pernah mengatakan itu di depan umum!'Reza tertawa kecil melihat wajah merah Vivi sama seperti wajah merah ayah kandung Vivi saat ia jahili.Reza mengusap lembut bibir Vivi menggunakan ibu jarinya. "Saya jadi teringat ayahmu ketika wajahnya memerah,
Video Cefrilizia yang selingkuh dengan beberapa pengusaha, menyebar luas. Para istri kaya mengutuk perbuatan wanita yang sempat mereka bela dan kagumi, sementara para suami hanya diam tidak menanggapi. Beberapa bahkan berdoa supaya tidak muncul wajah lawan main wanita liar itu. Cefrilizia menjerit sedih dan memohon di kaki ayahnya yang menangis. "Aku tidak melakukan perbuatan kotor, papa. Kami melakukannya berdasarkan kebutuhan seperti yang papa lakukan. Jangan benci aku, papa. Aku minta maaf." Tommy memejamkan mata dengan sedih saat melihat putri kesayangan yang memiliki harga diri tinggi harus meminta maaf dengan cara seperti ini. "Mereka juga bilang akan membantu semua urusan papa, aku juga ingin melihat papa bahagia tanpa mengkhawatirkan uang seperti dulu lagi." Dua sipir penjara yang menjaga pintu, menggeleng miris. Dengan nada gemetar, Tommy bertanya kepada putrinya. "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu semua perbuatan salah? Mereka memiliki keluarga, harga diri kamu sangat t
Satu minggu kemudian Cefrilizia terkejut melihat kondisi papanya yang kurus dan tidak terawat. "Papa?"Tommy tersenyum sedih, dengan nada getir mulai menjelaskan semua permasalahannya.Cefrilizia berteriak marah. "BAGAIMANA BISA AYAH MELAKUKAN PELANGGARAN SEPERTI ITU?!""Papa hanya ingin sedikit mengambil keuntungan, tidak papa sangka pria itu malah dipenjara.""Uang kita- sita saja semua aset miliknya, ambil yang mereka punya. Papa!"Tommy menggeleng sedih. "Terlambat, semua asetnya sudah masuk ke dalam penyelidikan. Rumah dan mobil kita sudah disegel bank lebih awal, takut kita tidak bisa membayar semuanya."Tubuh Cefrilizia gemetar ketakutan, tidak ingin hidup di penjara lebih lama. "Apa yang harus aku lakukan papa?""Bertahanlah, saat ini papa tidak mampu menyewa pengacara. Tolong jangan melakukan hal-hal aneh, kita juga sudah tidak bisa membayar bodyguard."Tiba-tiba Cefrilizia teringat dengan ancaman bodyguard yang datang menghalangi dirinya dan Erika."Papa, ini pasti ulah Vivi
Sayangnya rencana Tommy hanya tinggal rencana. Kedua tangannya gemetar marah ketika mendapat surat dari bank Fumoshi beberapa hari kemudian.Penolakan!Bank Fumoshi menolak pengajuan pinjaman untuk calon klien. "Bisnisnya sangat potensial dan bagus, bagaimana bisa kalian menolak pinjaman untuk orang ini?!" teriak Tommy sambil menggebrak meja. "Kalian sadar tidak sih, kerugian apa yang akan kita dapatkan setelah melihat pengusaha potensial ini?"Reiko duduk berhadapan dengan Tommy. Kali ini dirinyalah yang turun tangan menghadapi pria tua gila dan mata keranjang ini. "Apakah anda sadar bisnis apa yang anda sodorkan ke kami?""Apa? Apakah kalian semua mempertanyakan kredibilitas dan pengalamanku selama ini?!" Tommy berdiri sambil menunjuk Reiko dengan marah.Reiko menghela napas panjang, mencoba untuk bersabar tidak melempar barang ke kepala lawan bicaranya. "Apakah anda tahu bahwa bisnis yang disodorkan itu ilegal?"Tommy kembali duduk dan menatap tidak percaya Reiko. "Saya sudah memil
Cefrilizia memberontak ketika akan dimasukan ke dalam sel oleh para polisi. "AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN! LEPASKAN AKU! INI PASTI ULAH VIVI!"Para polisi berhasil melempar Cefrilizia masuk ke dalam sel dan cepat-cepat menutupnya. Cefrilizia yang marah, berlari dan memegang erat pagar besi tahanan. "Panggilkan pengacara! Aku belum resmi menjadi tersangka, tapi sudah dimasukkan ke dalam sel?"Para polisi bergegas pergi meninggalkan Cefrilizia yang marah."AKU BELUM MENJALANI SIDANG DAN AKU TIDAK MEMBUNUH SIAPA PUN! KELUARKAN AKU DARI SINI! PAPA! PANGGIL PENGACARAKU!" teriak Cefrilizia sambil mengguncang pagar besi."Hei, jangan bersikap kesetanan begitu. Kami jadi takut."Cefrilizia menoleh dan melihat seorang wanita duduk di sudut tembok sambil dipijat kroninya. "Kalian-""Kami masuk penjara baru hari ini karena pengeroyokan, kamu sendiri karena apa?"Cefrilizia mendengus keras dan tidak menjawab."Ah, orang kaya," kata wanita itu sambil menikmati pijatan temannya dengan santai. "Kekuat
Keesokan harinya, Vivi berkunjung ke rumah Kinan sambil membawa kedua bayinya, sementara Reza diskusi masalah bisnis di ruang kerja suami Kinan.Kinan menyesap teh dengan anggun sambil mengamati perilaku lembut Vivi pada anak-anaknya. "Kamu terlihat sabar menghadapi mereka, biasanya anak-anak muda sedikit tidak sabar menghadapi bayi."Vivi tersenyum lembut. "Mungkin karena saya menikah dengan pria dewasa, jadi saya ikut tenang."Kinan tertarik dengan jawaban Vivi. "Oh."Vivi tersenyum gugup. "Saya sudah mendengar gosip di luar mengenai pernikahan saya dengan suami, sebenarnya saya merasa tidak adil, tapi begitu suami mengajarkan saya kesabaran, saya kembali tenang.""Bukankah kamu juga menjalankan perusahaan suami?""Anda tahu itu?""Tidak mungkin saya tidak tahu.""Sebenarnya itu ide suami saya, karena tahu saya bosan di rumah.""Bosan? Bosan mengurus anak?""Ah, tidak. Bukan begitu, saya tidak bosan mengurus anak, saya selalu dibantu para pelayan di rumah. Tapi saya bosan tidak mela
Di saat para dewan direksi panik karena Vivi, Tommy bertemu dengan dengan salah satu pengusaha muda yang mencari investor dan menjelaskan semua rencananya."Saya yakin, anda juga akan mendapatkan keuntungan banyak setelah berhasil mendapatkan kontrak dengan bank Fumoshi."Tommy mengerutkan kening tidak suka. Memang dirinya mengajukan kerja sama dengan bank tersebut untuk menaikkan nilai dirinya tapi bukan berarti dia mau menyerahkan potensial uang ke pihak bank, meskipun memang ada perjanjian tertulis.Tommy berdehem. "Berapa dana yang ingin kamu ajukan?"Pria itu menyerahkan tulisan ke tommy.Tommy tersenyum lebar ketika melihat angka itu. "Kamu yakin dengan uang segitu, bisa mendapatkan banyak penghasilan?""Oh, ayolah pak. Jangan terlalu gaptek. Sekarang zamannya dunia teknologi, kita harus bisa maju seberapapun usia kita."Tommy menaikkan salah satu alisnya. "Bisa dijelaskan dulu perlahan? Saya masih bingung.""Di dunia serba teknologi ini, masyarakat yang sudah terlanjur nyaman d
Erika menatap nanar Cefrilizia, sorot mata dan ambisi yang sama seperti ibunya. "Tidak bisakah anda tidak menyentuh kami? Sekarang kami sudah hidup tenang meskipun tidak semewah anda."Krisna memeluk bahu Erika. Seandainya mereka berdua tidak melakukan hal buruk di masa lalu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.Cefrilizia semakin salah paham. "Aku tahu masa lalu kalian sangat mengerikan, jadi jika kalian bekerja sama padaku untuk menghancurkan Vivi. Aku berjanji akan membawa pulang kalian ke rumah itu lagi.""Aku tidak mau kembali ke tempat itu, tolong pergilah." Mohon Erika. "Jangan memaksa kami.""Aku tidak memaksa kalian, aku-"Tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi dan kekar menghalangi pandangan Cefrilizia sampai membuatnya terpaksa mendongak.Choky menunduk dan menatap dingin wanita tidak tahu malu itu. "Nona Heard, tolong pergi dari sini. Anda sudah mengganggu."Cefrilizia tertawa sinis. "Bagaimana bisa aku mengganggu? Aku hanya ingin menyelamatkan anak-anak tidak bersalah
Dua hari kemudian.Cefrilizia terkejut mendengar Ken dan istrinya pindah ke Australia tanpa memberikan kabar, bahkan Hannah juga mendadak keluar dari grup tanpa mengatakan apapun.Cefrilizia mondar mandir di ruang tamu dengan cemas, apakah mereka akan berkhianat?Tommy pulang ke rumah dengan bahagia lalu memeluk putrinya yang cemas. "Hahahaha-"Cefrilizia terkejut. "Papa, ada apa?""Ini berita menyenangkan untuk kita.""Berita apa? Apakah ada yang memberikan uang banyak untuk papa?""Tidak, tapi bank Fumoshi akhirnya setuju kerja sama dengan kita."Kedua mata Cefrilizia berbinar dan melompat bahagia. "Oh, astaga. Selamat papa.""Kita pasti akan kaya raya dan semua akan menghormati kita berdua, kamu juga harus membantu papa menangani klien.""Tentu saja, putri papa yang cantik ini siap membantu."Tommy melihat wajah putri kesayangannya yang mendadak murung. "Ada apa? Kenapa kamu seperti itu?""Papa tidak dihubungi teman golf papa? Si Ken?""Ah, papa sudah mendengar kabarnya. Mendadak d
Hannah berteriak marah sekaligus memukul suaminya. "Kamu berani selingkuh di belakangku? Kita sudah menikah lama dan ternyata kamu main di belakangku?"Ken berusaha melindungi diri sendiri. "Tidak, aku tidak melakukan apapun. Itu hanya iseng bersama dia, aku hanya sering main golf bersama ayahnya.""Lalu suara itu? Apa kamu pikir aku tuli?!""Aduh!"Choky dan bodyguard lain berdiri menjauh dari sofa."Pak Ken, anda bisa menandatangani jual beli saham. Nyonya tertarik untuk membeli saham dari anda," kata Putra. "Kami akui telah melakukan kesalahan selama ini."Tangan Hannah berhenti lalu menoleh ke Putra, begitu juga dengan Ken yang sudah memegang bantal sofa dan di posisi terlentang.Putra tersenyum dingin sambil memperbaiki letak kaca matanya. "Nona Vivi selama ini hanya mengandalkan kekuatan suaminya dan tidak memiliki saham apapun, meskipun tertulis secara hukum, harta tuan besar sudah menjadi milik nyonya."Sudut bibir Choky terangkat."Karena itu nyonya, tertarik membeli saham mi