Yah, ini bukan urusan mereka tapi kasihan juga setiap melihat nona Vivi yang berjuang dan susah payah malah diperlakukan seperti ini."Memangnya ada masalah apa tante sampai teriak?"Tante Almira menatap sinis Vivi. "Kalian rupanya tidak mampu mempekerjakan pegawai ya? kenapa ada anak kecil disini?"Almira dan Krisna menatap Vivi yang berdiri di balik meja front office.Almira menatap tidak suka Krisna.Krisna yang menyadarinya, menatap tajam Vivi.Vivi sudah tidak terkejut lagi mendapat tatapan seperti itu. "Saya hanya ingin membantu front office."Almira mendecak kesal."Vi, kamu kerja di bagianmu saja."Vivi menaikan salah satu alisnya. "Dan menurutmu, aku harus di bagian apa sekarang?"Krisna terdiam.Tante Almira menatap bingung Krisna dan Almira bergantian lalu menunjuk Vivi dengan marah. "Apakah orang tuamu yang mendidik seerti itu, sehingga tidak sopan keatasan!" teriaknya.Vivi menatap Krisna yang hanya diam sementara Almira menatap tidak suka dirinya. Kedua tangan Vivi menge
Reza membaca hasil tes kesehatan Vivi. Kekurangan gizi, luka lebam lama dan baru ada di sekujur tubuh yang tidak bisa dilihat orang. Bagaimana bisa dia kekurangan gizi?Choky dan Putra menundukan kepala dengan khidmat, saat ini atasan mereka sedang marah besar. Tidak disangka nyonya membuat karya sekaligus masalah besar."Nyonya benar-benar orang yang tidak masuk akal," gerutu Choky setengah berbisik. Semua orang dewasa juga tahu, menyakiti anak kecil itu sama saja dengan mempertanyakan moral kamu sebagai orang dewasa. Seumur-umur Choky tidak pernah menyakiti anak perempuan, anak kecil bahkan wanita kecuali kalau orang-orang ini sudah bertindak keterlaluan.Putra mengangguk. "Pulangkan Vivi ke rumah."Choky dan Putra terkejut. Memulangkan nona Vivi sama saja membuat hukuman mati.Reza memutar kursinya menghadap jendela. "Pulangkan Vivi, suruh dia istirahat. Sebentar lagi dia harus bekerja kembali."Choky dan Putra ingin membantah, tapi ditelan kembali. Jika atasan mereka sudah mengam
Putra yang hendak mendekati mereka berdua, melihat si bos menggendong nona Vivi dalam keadaan basah kuyup setelah menutup payung, sontak Putra membuka pintu belakang mobil yang disopiri Choky.Nona Vivi yang tadinya memberontak kecil menjadi diam setelah dibisiki sesuatu oleh atasannya.Reza masuk ke dalam mobil dengan hati-hati. Setelah itu, Choky menjalankan mobil, meninggalkan putra yang masih memegang payung atasannya dengan bengong.Aku benar-benar ditinggalkan sendiri?Sementara di dalam mobil, Choky tidak berani mengintip bagian belakang, ia juga menjalankan mobilnya dengan pelan.Vivi menanamkan kepalanya di leher Reza tanpa malu. Pada awalnya ia memberontak karena malu digendong, setelah diancam 'aku akan membawamu pulang ke rumah kalau masih berontak' ia menjadi tenang.Reza membelai bagian atas kepala Vivi. "Ceritakan."Choky langsung paham maksud bosnya, ia cerita dari awal sampai bosnya melihat Vivi keluar dari rumah dengan berjalan kaki."Wanita itu benar-benar nekat!" d
Choky dan Putra menatap mobil depan dengan jantung berdebar dan pikiran tidak karuan sementara di suasana di dalam mobil depan semakin memanas.Setelah memberikan ciuman panas itu, Reza berusaha mengatur napasnya, sudah lama ia tidak merasakannya. 'Mau coba latihan?''Eh?''Bukankah kamu ingin menyenangkan dia? kamu bisa latihan ciuman denganku.''Tapi-''Aku tidak akan jatuh cinta padamu, anggap saja ini balas budi karena selama ini kamu membantuku.''Beda!''Bedanya dimana?''Kita sama-sama pria! itu beda dengan perempuan, kamu tahukan?''Tiďak! aku tidak tahu! karena aku tidak pernah jatuh cinta, bagiku semua sama saja. Kalau wanita menuntut kesetaraan gender, kenapa pria tidak bisa?''Reza Aditama! Pikiranmu benar-benar kacau! Jangan pernah mengatakan itu di depan umum!'Reza tertawa kecil melihat wajah merah Vivi sama seperti wajah merah ayah kandung Vivi saat ia jahili.Reza mengusap lembut bibir Vivi menggunakan ibu jarinya. "Saya jadi teringat ayahmu ketika wajahnya memerah,
Balas dendam? "Tidak ingin balas dendam?"Vivi tidak pernah memikirkan itu, semenjak ia datang ke rumah dan diperlakukan tidak pantas, ia hanya diam dan tidak memikirkan balas dendam, ia justru berpikir keras mencari kesalahan untuk diperbaiki dan jika dirinya diusir, dia hanya akan bisa berpikir positif karena memang tidak dibutuhkan lagi.Tapi sekarang ia tidak menyangka kalau separuh hotel itu adalah milik ayahnya termasuk rumah yang mereka tempati."Bagaimana dengan rumah sakit?""Kamu ingin tahu?"Vivi mengangguk."Rumah sakit itu diambil ayahku juga, dan sekarang fasilitasnya dipakai dia atas namaku, sebagai anak berbakti, saya tidak mungkin mengabaikannya."Vivi menggertakan gigi. "Sejak kapan?""Apanya?""Sejak kapan rumah sakit itu pindah pemilik?"Reza menyeringai. "Rumah sakit itu tidak pernah pindah ke tangan orang tua itu, mereka hanya mengandalkan dirimu hanya saja istriku terlalu bodoh mengikuti trik pak tua itu dan Krisna terlalu mengikuti nafsu. Dia mengajukan diri s
"Kenapa kalian disini? apakah beliau sudah datang?" tanya manajer operasional pusat sambil tergesa-gesa menuruni tangga diikuti manajer lainnya.Choky segera memblokir pintu belakang mobil dan putra maju untuk menghalangi para manajer.Para manajer pusat saling menatap tidak mengerti.Putra berdehem, "Hari ini atasan kita sedang sibuk."Choky mengangguk."Tapi-"Putra maju selangkah untuk menghalangi manajer operasional. "Apakah anda tidak ingin mati?""Y- ya?"Manajer keuangan pusat mulai mendapat kesimpulan. "Apakah beliau bersama wanita di dalam mobil?"Mulut Choky menganga lebar. Insting wanita benar-benar menakjubkan!"Jadi benar ada wanita di dalam? yah, kita tidak bisa mengganggu kehidupan seks atasan kita, hanya saja jangan sampai mengganggu pekerjaan kami," kata manajer keuangan pusat sambil mengangkat bahu.Putra menipiskan bibirnya lalu berteriak. "Satu jam!"Para manajer pusat menatap Putra."Berikan waktu satu jam!"Manajer keuangan pusat menyeringai sambil membuat geraka
Beberapa jam kemudian, di ruang rapat yang mencekam. Para manajer pusat menatap simpati atasannya dan Choky yang duduk bersimpuh di pojok ruangan sambil mengangkat buku tebal di atas kepala dengan tangan sedikit gemetar lalu Putra sedang menjelaskan dan menunjuk sesuatu didokumen di atas meja ke Reza.Tidak lama ada suara ketukan pintu, Putra membuka pintu dan menyambutnya. "Nona Vivi."Vivi tersenyum canggung dan melangkah masuk ke dalam. Ia menyapa para manajer pusat yang dibalas anggukan singkat."Duduk disana." Perintah Reza sambil menunjuk kursi di sebelah kirinya.Meja ruang rapat berbentuk persegi panjang dengan Reza sebagai pemilik, duduk di ujung sementara yang lainnya duduk di masing-masing sisi.Putra hanya diam berdiri di samping Reza, menekan keinginannya untuk membantu Vivi duduk. Jika dia melakukan itu, semua orang akan tahu siapa yang bersama atasannya di dalam mobil.Vivi duduk dengan sopan dan mengedarkan pandangan di sekeliling meja dengan cemas."Bisa kita mulai?"
"Tadi kamu bilang soal jual online bahan mentah, saya setuju tapi saya juga tidak suka hal ini."Manajer keuangan pusat menaikan salah satu alisnya lalu menatap Putra yang meringis, rupanya ejakulasi dini benar-benar menghantam harga dirinya sampai hanya mendengar bahan meeting diawal saja."Kenapa anda tidak setuju?" tanya manajer keuangan yang memberi tatapan mencela tanpa sadar."Pertama, bahan makanan yang dijual selama ini harus segar saat dimasak. Saat kita jual online dan membagi beberapa bahan, itu sudah tidak segar lagi terutama ada jeda waktu pengiriman lalu coba kalian bayangkan beberapa pelanggan kita yang mencoba memasak sendiri tanpa tahu langkah-langkahnya, rasa akan menjadi berbeda dan mereka menjadi kecewa. Itu bisa mempengaruhi reputasi restoran."Para manajer mengangguk setuju."Kedua, membuka restauran untuk umum. Untuk menambah pemasukan, saya suka itu tapi untuk menjaga reputasi, saya tidak menyukainya.""Kenapa?""Kalian lupa? restoran itu terhubung dengan panta