"Tinggal diberikan salep dan rutin dibersihkan saja, jangan kena air dulu untuk sementara."
Eve dan Evi akhirnya memutuskan membawa Vivi ke klinik begitu melihat luka di punggungnya parah, bahkan sepertinya ada luka lama."Nanti membekas gak dok?" tanya Eve yang khawatir.Dokter mengangguk miris. "Pasti ada bekasnya."Evi menepuk kepala Vivi yang menunduk. "Tidak apa, dengan keuangan keluarga Aditama pasti bisa membawamu ke dokter bedah kecantikan."Vivi mengangkat kepalanya dan mengerutkan kening. Ia sering mendengar soal bedah kecantikan di wajah, tapi bedah kecantikan di punggung? memang ada?Eve menggeleng miris seolah perkataan Eva tidak pernah terjadi. "Aku ambilkan obatnya dulu.""Bayarnya-""Aku masukan ke tagihan hotel saja, kamukan juga pegawai hotel," kata Eve sambil menepuk kepala Vivi.Vivi dan Eva keluar dari ruangan lalu duduk di ruang tunggu.Evi yang melihat Vivi duduk perlahan tidak tahan untuk berkomentar. "Kamu sudah cerita ke orang rumah?"Vivi menggeleng pelan.Evi merutuki kebodohan pertanyaannya di dalam hati. Penyebab luka ini adalah keluarga Aditama jadi tidak mungkin mereka menanyakannya lebih jauh apalagi para manajer juga cerita mengenai tuduhan yang dijatuhkan ke Vivi.Evi jongkok di depan Vivi. "Kamu baik-baik saja?"Luka fisik bisa disembuhkan, bagaimana dengan luka batin?Vivi tersenyum. "Mhm.""Kalau ada apa-apa kamu bisa pergi ke hotel atau menghubungiku. Kita teman 'kan?"Mendengar kata teman, kedua mata Vivi berbinar lalu mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih.""Aku sudah mengambil obatnya." Eve menenteng obat Vivi. Untung saja jam segini klinik tidak terlalu ramai sehingga semua jadi serba cepat.Vivi mengambil obat di tangan Eve. "Terima kasih.""Habis ini kamu jadi ke rumah nyonya besar?" tanya Eve.Vivi mengangguk."Aku anterin ya, biar cepat." Eve menawarkan dirinya."Oke."____"Tuan, kondisi nyonya besar saat ini-" kepala pelayan melaporkan kondisi ibu Reza setelah melihat ia turun dari mobil.Reza yang mendengarnya hanya mengangguk mengerti."Sebentar lagi nona Vivi datang, tuan akan bertemu dengannya?"Reza menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Dia kesini setiap hari?""Iya.""Lalu apa yang dilakukan wanita itu?"Kepala pelayan memahami maksud Reza. "Beliau sibuk bekerja jadi tidak sempat menjenguk nyonya besar."Reza mengangkat salah satu alisnya. "Kamu percaya itu?"Kepala pelayan menundukkan kepalanya, ia tidak berani berkomentar apalagi ikut campur masalah keluarga Aditama."Dia punya waktu menjenguk ayahku tapi tidak punya waktu menjenguk ibuku.""Tuan-"Reza menaikan tangannya. "Cukup, aku mengerti. Biar bagaimanapun dia menantu kesayangan ayahku.""Tuan, nyonya besar sudah menunggu-"Reza menoleh. Ia melihat pelayan setengah baya berdiri di ujung tangga, pelayan itu tumbuh bersama ibunya dan sempat menjadi pengasuh Reza saat kedua orangtuanya sibuk.Reza naik tangga mengikuti pelayan itu. Begitu sampai di dalam kamar, ia melihat ibunya sedang menjahit dengan kedua tangan gemetar.Reza lari menghampiri ibunya. "Bu-"Ibu Reza tersenyum melihat putra satu-satunya berjongkok di hadapannya. "Kamu sudah menjenguk ayahmu?"Reza menjadi tegang begitu mendengar pertanyaan ibunya. Setahun lebih ia tidak mengunjungi ibunya karena sibuk, ia lupa kalau dari dulu ayahnya selalu menjadi no. 1 di hati ibunya."Ia baik-baik saja.""Sudah lama aku tidak melihat anak dan istrimu, kenapa kamu tidak mengajak mereka?""Mereka sibuk.""Aku dengar istrimu sering melakukan kegiatan sosial disamping kegiatannya sebagai sosialita, putramu juga berhasil masuk dunia politik lalu putrimu akan menginjak usia 17 tahun bukan?"Reza mendengarkan pertanyaan ibunya dengan sabar lalu menjawabnya satu persatu.Tidak lama Vivi masuk ke dalam kamar. Ia terlihat terkejut saat melihat seorang pria asing duduk di dalam kamar."Maaf, saya sudah mengganggu." Vivi hendak menutup pintu."Kemarilah." Panggil ibu Reza.Vivi masuk ke dalam kamar sambil menundukkan kepalanya."Sayang, perkenalkan ini Vivi. Dia perawat yang dikirim istrimu." Ibu Reza memperkenalkan Vivi sambil menarik tangannya supaya duduk di samping."Perawat?" tanya Reza sambil mengerutkan kening dengan tidak percaya."Ada apa?"Vivi hanya diam dan tidak mengatakan apapun."Bukankah kamu tunangan Krisna?" tanya Reza.Jantung Vivi berdebar keras.Ibu Reza terkejut mendengar pertanyaan putranya. "Apa yang kamu katakan, nak?""Ibu, dia anak Laura dan Daniel."Ibu Reza meletakan tangannya ke dada lalu bertanya ke Vivi. "Apakah itu benar? apakah nama orang tuamu-"Vivi mengangguk pelan. Bagaimana ini, kalau Krisna dan ibunya tahu tentang ini, mereka pasti akan marah besar. Karena mereka ingin memberikan ini sebagai kejutan dan supaya Vivi bisa diterima sebagai keluarga ini.Ah-"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal?" tanya ibu Reza."Nek, bibi ingin membuat kejutan di hari pernikahan kami nanti.""Kejutan? kejutan untuk membodohi ibuku? bukankah seluruh keluarga sudah tahu kalau kalian berdua bertunangan?" tanya Reza.Pandangan Vivi beralih ke pria asing itu. Sepertinya ia kenal tapi dimana?Reza tertawa miris. Rupanya anak ini sudah melupakan peristiwa keracunan itu.Ibu Reza menepuk tangan Vivi. "Kamu sudah membuatkan nenek makanan?"Vivi mengangguk. "Vivi tinggal di dapur jadi koki bisa memanaskannya.""Kamu bisa turun ke bawah? beritahu koki untuk memberikan porsi tambahan, ada tamu disini."Vivi mengangguk lalu meninggalkan kamar nenek.Begitu Vivi pergi, ibu Reza menatap putranya. "Kenapa istrimu begitu?""Aku tidak tahu, sudah lama aku tidak menemuinya.""Za, dia istrimu. Meskipun dia pernah melakukan kesalahan tapi-""Aku tidak pernah mengakuinya sebagai istriku, ibu lihat sendiri bagaimana perilakunya sekarang." Reza tidak suka mendengar ibunya membela wanita itu. Kalau saja perasaan ibunya tidak berat sebelah, ia bisa menghancurkan siapapun yang berusaha menginjak keluarga Aditama. Tapi sayangnya perasaan ibunya berat sebelah. Cinta memang membutakan segalanya."Jika memang Vivi anak satu-satunya Daniel dan Laura, kamu harus menjaganya. Biar bagaimanapun mereka berdua adalah sahabat baikmu dan pernah menjagamu."Reza mengangguk. "Aku tahu.""Aku heran, kejutan apa yang ingin diberikan istrimu tentang Vivi? seharusnya dia tahu kalau aku tidak pernah membenci Vivi sejak awal, apalagi dia anak kandung kedua sahabat baikmu. Sayang sekali, orang tua Vivi masing-masing anak tunggal sehingga hartanya-""Aku yang menangani warisan Vivi.""Itu bagus, ajarkan anak itu juga menangani manajemen dasar supaya tidak mudah ditipu.""Aku tahu, bu.""Kamu juga harus lebih menyayangi kedua anakmu."Reza tidak menjawab.___Ibu Krisna mengetuk ruang kerja Krisna dengan keras. "Krisna! cepat keluar!"Ibu Krisna dan Erika menunggu lama di depan pintu.Krisna membuka pintu, bajunya berantakan. "Ada apa bu?"Ibu Krisna mengerutkan kening dengan tidak suka. "Ini siang hari, kalau ingin melepas semuanya bisa kalian lakukan di malam hari."Krisna tidak menjawab tapi juga tidak berani membuka pintu, biar bagaimanapun kondisi di dalam ruangan berantakan dan Almira juga tidak pantas dilihat.Ibu Krisna menatap jijik belakang Krisna. Suatu hari jika putranya bisa memantapkan langkah di dunia politik, ia akan membuat putranya menjauh dari perempuan menjijikan ini. "Kamu sudah mendengar apa yang dilakukan ayahmu tadi?"Krisna bingung dengan pertanyaan ibunya. Ia keluar dari ruang kerja dan menutup pintu di belakang punggungnya. Ia tadi hanya bermesraan dengan kekasih hati jadi bagaimana bisa ia tahu apa yang dilakukan ayahnya tadi?"Ayahmu membatalkan acara ulang tahun adikmu."Erika mengangguk.Krisna menatap Erika. "Apa yang kamu lakukan kali ini sehingga ayah-""Kak, aku aja gak pernah komunikasi dengan ayah. Lagian juga aku gak pernah melakukan hal bodoh di luar sana, kalau aku melakukan itu, nama baik ibu dan kakak yang terseret lebih dulu.""Apa yang dikatakan Erika benar." Ibu Krisna menimpali."Lalu apa masalahnya?""Sekretaris ayahmu bilang kalau kita harus berhemat karena perusahaan sedang dalam masalah keuangan." Ibu Krisna menggigit bibir bawahnya."Kak, apa kita akan bangkrut?" Erika menggoyang lengan kakaknya."Aku lihat tidak ada masalah, pendapatan kita juga meningkat tajam." Krisna mengerutkan keningnya.Kepala pelayan yang berdiri di belakang Ibu Krisna dan Erika menatap jijik ketiga tuannya. Kalau saja nyonya besar tidak menyuruhnya menjaga rumah ini dan keluarganya, sampai matipun ia tidak akan mau apalagi melihat kebodohan mereka bertiga terus-terusan tapi selalu bangga kalau pernah sekolah di luar negri.Hal ini saja menjadi perdebatan. Pantas saja tuan Reza tidak pernah sekalipun menampakan dirinya di rumah ini.Sebelum nona Vivi berhasil membawa keuntungan hotel, ia bekerja keras siang malam sementara kemana tiga orang ini? tidur nyenyak, pesta dan belanja.Tuan Reza mati-matian mempertahankan hotel dengan menyuntikan banyak modal meskipun pengeluaran tidak sebanding dan modal tidak pernah kembali.Saat ini kondisi keuangan hotel sudah stabil sehingga tuan Reza memutuskan untuk menyuruh pihak manajemen mengembalikan modal sebelumnya untuk menutup tempat lain. Jadi wajar saja uang milyaran untuk pesta sangat berarti untuk kelangsungan perusahaan.Tuan, kenapa anda yang cerdas memiliki istri dan anak-anak konyol seperti ini?"Bagaimana makanannya?" tanya ibu Reza.Reza memakan makanannya dengan lahap sementara Vivi hanya menundukan kepala dengan tegang."Lumayan," komentar Reza.Ibu Reza memegang tangan Vivi. Ia duduk di tengah sementara Reza dan Vivi duduk di sebelah kanan dan kirinya. "Syukurlah, ya."Vivi tersenyum canggung.Reza menatap Vivi dengan tajam. "Sepertinya kamu lupa siapa saya.""Y- ya?" Vivi menaikan kepalanya untuk menatap Reza."Apa kamu lupa kalau saya yang membawamu ke villa karena keracunan?"Vivi mencoba mengingat."Keracunan? apa yang terjadi?" tanya ibu Reza dengan nada khawatir ke putranya.Reza tidak menjawab, ia hanya melanjutkan makanannya.Vivi mengingatnya lalu menundukan kepalanya untuk mengucapkan terima kasih. "Yang waktu itu terima kasih dan saya minta maaf karena tidak langsung mengenali anda."Ibu Reza menatap Vivi dan Reza bergantian."Kamu tunangan Krisna, sudah sewajarnya," balas Reza.Vivi masih bingung hubungan Krisna dengan pria tampan di hadapannya ini."Sepertin
"Awalnya saya bingung saat masuk kali pertama ke hotel. Saya bingung apa yang harus dikerjakan lebih dahulu, lalu saya melihat restoran ramai jadi saya membantu mereka.""Tidak ada komentar dari para pegawai?""Sebenarnya ada, tapi karena sibuk mereka tidak bertanya. Setelah semua selesai, saya memperkenalkan diri dan mereka mengajarkan saya cara menerima tamu ala restoran.""Front office dan marketing tidak mencari nona?" tanya Putra yang penasaran."Waktu itu marketing sibuk keluar hotel untuk memperkenalkan hotel, banyak uang dikeluarkan untuk membuat event diluar agar menarik minat pengunjung."Putra menganggukan kepala. Waktu itu ia sempat sakit kepala saat membaca proposal perkenalan hotel yang berlebihan, belakangan ia menyadari kalau itu juga salah satu upaya nyonya dan putranya memperkenalkan diri mereka di depan umum. Bukannya memperkenalkan hotel, mereka jadinya melakukan kegiatan tidak penting."Lalu front office dituntut bekerja sebagai reservasi sekaligus bellboy bahkan j
Choky dan Putra merinding melihat perubahan emosi bosnya."Kami tumbuh bersama, jadi saya tidak bisa langsung melupakannya begitu saja."Nona, jangan menuang minyak ke dalam api!"Bukannya Krisna sudah memiliki kekasih lain? saya dengar wanita itu sedang mengandung anaknya."Vivi terkejut. "Anda sudah mengetahuinya?"Reza menjawab singkat. "Ya."Hati Vivi mencelos. Setidaknya ada sedikit harapan jika bisa mendekati calon ayah mertua, siapa tahu bisa membantunya untuk mengubah pemikiran Krisna. Di dalam hati kecilnya, ia ingin menjadi istri pertama Krisna.Kalau kepala keluarga sudah mengetahui soal kehamilan Almira itu berarti kepala keluarga sudah menyetujuinyakan? apalagi latar belakang wanita itu lebih menguntungkan daripada dirinya."Kamu kecewa tidak hamil duluan?"Vivi menatap bingung Reza. "Hamil?""Ya."Vivi awalnya bingung lalu menggeleng panik. "Bukan begitu, saya-""Sudah sewajarnya kamu punya pemikiran begitu."Vivi kembali menundukan kepalanya. Sudah berapa kali ia menund
Setelah membuat kesepakatan secara manual dan kilat dengan disaksikan sekretaris dan bodyguard. Reza segera kembali ke kantor bersama kedua pegawai konyolnya sementara Vivi masuk ke dalam ruang kerja Reza."Ruangan ini hanya bisa dimasuki tuan besar dan nyonya besar."Vivi memiringkan kepalanya lalu balik badan, menatap kepala pelayan.Kepala pelayan tersenyum. "Tuan besar Reza dan nyonya besar itu ibunya tuan besar.""Bagaimana dengan kakek?""Tuan tua tidak diijinkan masuk.""Kenapa?""Tuan tua pernah melakukan kesalahan, menghilangkan dokumen penting disini jadi tidak diijinkan masuk kembali."Jantung Vivi berdebar keras. "Pasti penting sekali, kalau begitu aku-""Tuan besar sudah memberikan kepercayaan, jangan disia-siakan, nona."Vivi menatap takjub bagian dalam ruang kerja yang seperti perpustakaan kecil, di bagian tengah ada meja kerja sementara belakangnya jendela perancis yang ditutup gorden mewah."Keluarga Aditama keturunan eropa dan struktur rumah ini masih bergaya eropa u
Ibu Krisna selalu memaksa anaknya masuk ke dunia politik, karena tempat itu memiliki banyak keuntungan. Pertimbangan lainnya, ibu Krisna berharap supaya Reza bisa melihat putra satu-satunya itu.Meskipun semua orang tahu Krisna putra satu-satunya Reza, hanya suaminya yang tidak akan pernah mengakui, melihat batang hidung anaknya saja tidak mau apalagi anak keduanya.Ibu Krisna memutar otaknya sehingga menemukan jalan, Krisna harus masuk dunia politik seperti dirinya, dengan begitu nama Krisna sebagai pewaris satu-satunya dikenal luas, apalagi berdiri berdampingan dengan Almira yang keluarganya terkenal di ibukota.Dulu ibu Krisna merasa ada harapan ketika kepala pelayan rumah utama membawa pulang Vivi dan mengatakan kalau Reza ingin menjodohkannya dengan Krisna. Ibu mana yang tidak senang begitu putra kesayangan mendapat perhatian ayah kandungnya? tapi hal itu tidak berlangsung lama, setelah ia mengetahui kalau Vivi hanya seorang anak yatim piatu, kedua orang tuanya hanya meninggalkan
Vivi kembali ke ruang reservasi dan menatap kosong layar monitor. Percakapan Krisna bersama temannya masih ada di kepalanya."Non."Vivi tidak menjawab.Adit menepuk pundak Vivi.Sontak Vivi menoleh. "Hah? ya?""Non, ada supervisor f&b.""Oh, oke." Vivi bangkit dari kursi lalu menuju ke ruang depan. "Tadi saya panggil, nona jalan terus. Apa nona sakit?" Supervisor bertanya begitu Vivi menghampirinya.Vivi menggeleng pelan."Soal split bill, itu teman-teman tuan Krisna jadi saya dilarang memasukan ke dalam system atau laporan. Hanya dicatat untuk internal saja, jadi saya tidak melaporkannya tapi saya sudah minta tanda tangan sesuai saran nona kalau keluarga Aditama punya permintaan di luar manajemen."Vivi memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Sudah dari jam berapa mereka disana?""Jam delapan malam."Vivi tersenyum miris. Kalau punya waktu sebanyak itu harusnya bisa mengurus hotel, bukannya kumpul gini."Non.""Saya mengerti, terima kasih. Selain itu Adit dan pak Budi, tolong pan
Vivi melirik takut Reza. Benarkan, pasti marah. Satu-satunya pewaris keluarga Aditama hampir mati karena dirinya yang hanya anak yatim piatu dan tidak memiliki apapun."Saya...""Itu sudah masa lalu," potong Reza.Vivi melirik ibu Reza yang mengangguk pasrah. Ia menghela napas panjang lalu kembali fokus makan.___"Sayang, ayahmu kapan pulang?" tanya Almira yang penasaran, setelah Krisna duduk di sebelahnya."Kenapa kamu menanyakannya?" tanya Krisna."Orang tuaku ingin bertemu," jawab Almira dengan muka cemberut.Erika dan ibu Krisna saling bertukar kode lewat mata."Kamukan tahu kalau ayahku itu sibuk, hotel keluarga kami gak hanya satu - dua," jawab Krisna yang berusaha menenangkan tunangannya."Ya, rencana papakan pengen ketemu sekalian meayakan ulang tahun ke 17 Erika," ucap Almira.Erika menjerit kegirangan. "Kak..." kalau keluarga Almira bukan sembarangan, kalau datang bisa meningkatkan reputasinya. Di kampus ia bisa pamer ke teman-temannya.Krisna mendecak. "Sepertinya kita tid
"Tolong ulangi," Vivi tidak percaya dengan permintaan accounting."Nyonya dan tuan muda menyuruh saya untuk membayar semua tagihan pesta ulang tahun nona muda dan dimasukan sebagai biaya operasional hotel," ulang accounting.Kepala Vivi menjadi pusing setelah mendengarnya. Setelah menjalani beberapa hari yang tenang dan fokus berusaha membayar semua tagihan, Vivi harus mendengar kabar dari orang-orang kalau accounting seharian tidak ada di kantor dan pulang dalam keadaan menangis. Mau tidak mau Vivi bergegas ke hotel sebelum jam pulang.Eva menggerutu. "Jadi itu sebabnya kamu seharian tidak kelihatan? hanya untuk membayar semua tagihan?"Rika si accounting mengangguk lesu. Ia sudah capek seharian kesana kemari untuk membayar tagihan-tagihan yang berdatangan."Krisna tahu ini?" tanya Vivi."Justru tuan muda menyuruh saya bawa uang dan atm buat bayar tagihan," jawab Rika."Tinggal berapa uang operasional?" tanya Vivi.Rika melirik Eva dengan takut, biar bagaimanapun Vivi juga salah satu