Merasa bahwa dirinya sekarang sudah tak bisa berkutik, mau tidak mau Lizy harus menerima saja semuanya. Belum lagi kalau ternyata Hito bisa menyiksa dirinya dengan begitu kasar sampai Lizy tak bisa berkutik sama sekali.Apa yang bisa dirinya lakukan? Melawan pun percuma. Lizy tak pernah mendengar ada kehidupan setiap kali mencoba mendengar lewat tembok. Bahkan saat ia berteriak begitu kencang pun tak ada orang yang datang.Badannya lemas, sekaligus juga merasa begitu merinding. Belum lagi ada sosok pria gila di depannya yang pikirannya dari awal memang sudah tidak waras semenjak berpisah dengan Lizy.“Sekarang…, kamu harus bekerja untukku, Lizy,” ucap Hito.Perlahan tangannya mulai memeluknya dengan begitu erat. Ia melakukan aksinya dengan penuh keinginan meski sebenarnya Lizy sudah sangat melawan lewat tubuhnya. Lizy berusaha menahan tangisannya. Ia tak mau mati saat ini.Lizy mulai dibuat dalam posisi tertidur, dengan Hito yang sudah ada di atasnya, pria itu mulai kasar dengan merem
Lizy tak takut dengannya. Justru ia merasa aman selama ada Loz di dekatnya. Tetapi, tidak bohong bahwa Loz benar-benar menunjukkkan bagaimana perasaannya yang bersalah atas apa yang sudah menimpa Lizy.Dengan suara yang pelan, Lizy memanggilnya, “Loz,” panggil Lizy.Loz perlahan mengangkat kepala, dan merasa tak sanggup memandangi Lizy lama-lama. Dia benar-benar merasa bahwa ini adalah kesalahannya dengan dilihat mata Lizy pada saat itu.“Ini bukan salahmu…, mungkin takdirku memang begini,” ucap Lizy.Mendengar ucapan itu malah membuat Loz merasa makin bersalah. Dengan segenap hati Loz hanya bisa menjatuhkan air mata merenungi kegagalannya menjaga Lizy.“Tapi, mungkin kalau bukan saat itu, aku akan mengalami yang lebih buruk. Sekarang, aku masih bersyukur bisa hidup, dan bertemu kalian,” ucap Lizy, kembali memberikan sedikit kalimat yang terpendam di dalam kepalanya.“Jangan, jangan berkata begitu, Lizy…, aku benar-benar merasa bersalah padamu…, aku sudah kehilanganmu sejak kecil. seh
Adrian terdiam sejenak. Dia tampak ingin menyela Lizy, namun langsung mengurungkan niatnya. Ia tak mau memberatkan Lizy yang belum selesai dengan kalimatnya barusan.“Rasanya sudah tak pantas, kita melanjutkan rencana pernikahan kita,” ucap Lizy.“Apa? Kenapa?” Adrian cukup kaget mendengarnya.Lizy memperhatikan ekspresi wajah Adrian yang tampak kaget akan ucapannya barusan. Lizy sudah merasa tindakannya ini benar, jadi rasanya sudah mustahil bisa melanjutkan pernikahan ini.Sembari sedikit menunduk, Lizy memegang tangannya sendiri untuk menguatkan diri mengatakan apa yang seharusnya dia katakan dari sebelum-sebelumnya.“Aku merasa tak pantas. Kamu berhak mendapatkan wanita yang lebih baik daripada aku yang sudah ternoda,” jelas Lizy.Adrian benar-benar merasa tak terima dengan jawaban itu. Ia langsung mendekat ke arah Lizy dan meraih tangan Lizy. Lizy tak menolak sama sekali tangan Adrian yang menyentuhnya. Yang ada ia merasa terenyuh karena Adrian masih mau memegang tangannya terseb
Lizy sebenarnya merasa lega setelah mendengarnya. Adrian benar-benar menerimanya dengan baik. Padahal Lizy benar-benar tidak masalah kalau semisal Adrian memang tidak mau bersamanya lagi.“Adrian…, aku harap kamu berpikir sekali lagi,” ucap Lizy.“Maksudnya?” Adrian bingung.“Kita bisa berteman saja, tidak apa. Kamu tak perlu memaksakan diri harus menikah denganku,” jawab Lizy.“Lizy…,” Adrian merasa sedikit frustrasi karena Lizy sekarang malah sangat ngotot sekali dengan apa yang menjadi opininya itu, “jangan memikirkannya lagi, kamu memberiku waktu saja aku tidak akan mau berpikir lagi soal hubungan ini. Aku mau lanjut, dan keputusanku sudah bulat, oke?” Adrian juga menegaskan pendapatnya.Tak bisa dibendung lagi air matanya yang sudah ada di atas matanya. Suara Lizy terasa serak hanya dengan memikirkan bagaimana Adrian yang masih menerimanya itu. Rasanya seperti ia baru saja menyadari bahwa sepertinya dirinya lah yang di sini salah berpikiran.“Lizy…, sebenarnya, kamu yang ingin me
Kali ini Adrian datang ke rumah untuk mengunjunginya, sekaligus melakukan kencan rumahan yang direncanakan olehnya. Adrian bilang dia tidak ingin Lizy terusik kalau berada di luar rumah, jadi Adrian memilih datang ke rumahnya meski diintimidasi oleh Loz sekalipun.Baru saja Lizy membuka pintu untuk menyambut Adrian setelah mendengar mobilnya yang sudah tiba, mendadak saja sebuah bunga mawar putih mengejutkannya sampai membuat Lizy merasa terkejut melihatnya.“A- Apa ini?” Lizy bertanya sambil tetap tersenyum senang.Adrian menggeser buket bunga yang besar tersebut, dan memasang senyuman yang lebar setelah menunjukkan yang barusan kepada Lizy.“Tentu saja untuk cantikku. Kamu suka?” tanya Adrian, berbalik.&nb
Ketika mereka sampai di sebuah taman kecil yang dipenuhi dengan bunga matahari, Lizy dengan cepat melepaskan tangannya dari Adrian. Entah kenapa, Lizy merasa sangat tidak nyaman selama memegangnya.Adrian jelas menyadarinya, karena tangannya yang mendadak ditepis oleh Lizy. Dan ituu menjadi pertanyaan besar bagi Adrian yang padahal daritadi tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.“Ada apa?” tanya Adrian kepada Lizy.“Ah, tidak, aku, hanya berkeringat,” sahut Lizy, mencari alasan saja atas apa yang sudah ia lakukan.Adrian tidak curiga sama sekali. Bunga yang Lizy bawa ia letakkan di sampingnya sembari duduk di tanah dengan perasaan yang sedikitb campur aduk. Dan sekarang, Lizy lama-lama merasa sangat tidak nyaman.“Aku berencana, untuk menikahimu dalam waktu dekat kalau kamu tidak keberatan,” celetuk Adrian.Spontan Lizy langsung menoleh ke arahnya. Itu terlalu mendadak dan Lizy merasa sedikit keber
Mendengar itu malah membuat Lizy merasa menyesal telah mengatakan kalimatnya barusan. Benar juga, kalau tak ada mereka, mana mungkin Lizy bisa merasakan kasih sayang yang begitu besar dan juga perasaan yang nyaman saat berada di rumah.Lizy langsung memeluk Adrian dan mengeratkan diri. Ia benar-benar bersyukur langsung diingatkan oleh Adrian mengenai bagaimana pentingnya kondisi keluarga yang ia miliki saat ini.Adrian membalasnya dengan hangat dan merasa senang. Sudah lama ia tak merasakan pelukan sebahagia ini dengan Lizy. Rasanya sangat berbeda dari yang pernah mereka lakukan di rumah sakit.“Lain kali, lebih banyak bersyukur dulu. Itu cara paling sederhana yang bisa membuat kamu tahu, bahwa kamu tak sendirian,” ucap Adrian.“Ya, terima kasih,” Lizy membalas. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam rumah. Lizy memasak untuk Adrian untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Meski sebenarnya ingatan mengenai dirinya yang dipaksa memasak itu masih terngiang, Lizy berusa
Lizy yang sudah siap akan menyantap itu mulai mengambil salah satu daging. Baru saja hendak masuk ke dalam mulutnya, hidung Lizy mencium baunya dengan cara yang tidak sedap. Sempat terhenti Lizy sejenak.“Ada apa? Apa baunya tidak enak?” Adrian bertanya.“Oh, tidak, aku belum coba,” Lizy langsung memberikan jawaban secara asal kepada Adrian.Ia kemudian langsung memakan makanan yang dimasak oleh Adrian. Rasanya enak dan begitu nikmat. Tetapi, entah kenapa Lizy merasa sedikit mual selama mengunyahnya. Seperti ada yang menolaknya dari dalam diri. Tetapi Lizy tidak tahu apa yang menyebakkan perasaan itu ada.Adrian kelihatan begitu bersemangat menunggu respon Lizy yang sedang mencicipi masakan Adrian secara perdana. Jadi ia penasaran dengan apa yang sekarang dirasakan oleh Lizy.“Bagaimana, enak? Apa ada yang kurang?” tanya Adrian dengan raut wajah yang menggebu.“Tidak, ini enak sekali. Apa kamu sering
Langsung menoleh Lizy dan Adrian ke arah Loz yang baru saja bicara tersebut. Mereka berdua menungu Loz berbicara dahulu. Tetapi, pria itu nampak sedikit malu dan seperti tak bisa berkata-kata selama beberapa saat.“Ada apa?” Lizy bertanya karena Loz diam cukup lama, dan itu sangat memakan waktu.Loz sempat melirik sejenak, lalu kembali menundukkan kepala karena merasa benar-benar malu hendak bicara sekarang. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunykan oleh Loz saat ini.“Apa pembicaraan ini penting? Kalau tidak, kamu bisa bicara lain hari,” Lizy memberitahukan.“Tidak! Aku harus membicarakannya sekarang!” tegas Loz yang langsung menjawab setelah Lizy berkata begitu.Melihat respon Loz yang terkesan berlebihan membuat Lizy merasa sedikit tak bisa bicara banyak. Jelas ada yang aneh. Lizy seperti membaca gerak-gerik Loz yang hendak mengakui suatu hal yang dimana Lizy merasa aneh sekali.“Sebenarnya…, aku tidak tahu harus mengatakan ini atau tidak,” Loz mulai berucap.Adrian yang mema
Baru saja Loz hendak berjalan melewatinya, Lizy dengan cepat menghentikannya sebelum akhirnya Loz benar-benar pergi. Dengan gerak cepat, Lizy memegang tangan Loz pada saat itu juga.Loz yang terkejut juga langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan dengan cepat. Matanya tertuju pada Lizy yang tengah memegangi lengannya tersebut.Menyadari bahwa tindakannya barusan dilakukan dengan spontan, Lizy refleks juga langsung melepaskan tangannya dari lengan Loz barusan.“Maaf,” ucap Lizy.Suasana terasa sangat canggung sekali. Lizy bisa merasakan bagaimana atmosfer di antara mereka berdua sangat tidak nyaman sama sekali. Seperti ada yangv mengganjal di tengah mereka, dan itu sedikit mengganggu.“Maaf, kamu pasti tak nyaman ada aku di sini,” Loz merasa tak enak.Loz kembali hendak beranjak pergi dari sana. Kali ini, Lizy yang sempat tak bisa bicara sama sekali sebelumnya dengan cepat benar-benar menghentikan Loz sebelum Loz juga meninggalkan tempat tersebut.“Aku tidak merasa terganggu
Setelah memanggil dokter dan diperiksa keadaan Lizy, Adrian mendapatkan bahwa Lizy hanya kelelahan, dan mungkin perlu istirahat yang sedikit lebih lama. Mungkin masalah yang terjadi membuat Lizy stres berpikir.Adrian duduk di samping Lizy yang sedang berbaring itu dan mengelus perlahan kepala Lizy. Adrian merasa sangat tidak tega sekali melihat istrinya sakit seperti ini.Lizy perlahan melihat ke arah Adrian, dan juga berusaha untuk duduk setelah merasa lelah berbaring daritadi.“Jangan banyak bergerak, Lizy. Kamu masih sakit,” Adrian melarang sambil memegangi Lizy.Lizy memegang kepalanya dan merasa bahwa kepalanya benar-benar terasa berputar-putar tidak karuan sama sekali. Sambil sedikit tertawa Lizy membalas, “Aku perlu ke kamar mandi, Adrian…,” ucap Lizy.Adrian yang dengan sigap langsung menggendong Lizy di tangannya. Lizy sudah tidak punya tenaga untuk kaget lagi. Jadi ia menerima saja apa yang sudah dilakukan Adrian untuknya. Ini pasti yang terbaik.Setelahnya Adrian juga memb
Lizy yang melihat bahwa Adrian mendapatkan pukulan tidak mengenakkan itu terus tak bisa berhenti menangis. Ia merasa sangat bersalah melihat wajah suaminya sudah lebam seperti itu.Karena amarah yang sangat besar hendak masuk ke dalam sana untuk bisa berbicara dengan Loz. Tetapi, Adrian langsung menahan Lizy dan memegangi tubuh Lizy yang ingin masuk ke dalam sana.“Lepaskan, Adrian! aku yang akan bicara dengan Loz!” tegas Lizy yang berkali-kali melawan.Adrian tetap menahannya agar tidak masuk ke dalam sana, “Sudahlah, Lizy. Tidak apa, aku pantas mendapatkan ini.”Lizy merasa makin marah setelah mendengarnya. Karena itu seperti Adrian telah melakukan banyak kesalahan hingga pantas dipukuli seperti ini. Ini sama saja dengan merendahkan harga diri seseorang yang dimana orangnya saja tidak jelas dimana salahnya.“Tidak bisa begitu, Adrian! ini namanya keterlaluan! Kalau dia sampai berani memukul hanya karena alasan khawatir, itu sudah kelewatan batas!” Lizy penuh emosi berkata.“Sudah, s
Lizy tak kuasa mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian kepadanya. Padahal, Lizy tidak masalah kalau semisal memang Adrian mau marah kepadanya. Tidak masalah sama sekali. Mengingat kelakuan Loz yang keterlaluan.Tetapi, sekali lagi, melihat Adrian yang berbesar hati membuat Lizy tak bisa menolaknya. Adrian benar-benar tidak mau Lizy sampai menjauh dari keluarganya sendiri.Esok harinya, adalah hari dimana mereka harus pulang ke negara mereka. Lizy sudah menyiapkan koper dan juga berkemas dengan baik. Tak lupa ia membeli oleh-oleh juga untuk bisa segera ia bawakan untuk orang di rumah.Baru saja mereka turun dan menuju lobi hotel, mereka dikejutkan dengan Lisa yang sudah bersama kopernya, dan juga wajah sembab akibat menangis dalam jangka waktu yang cukup lama.Lizy segera mendekat dan menanyai sang adik, “Lisa? Ada apa? Kenapa kamu menangis?” tanya Lizy sambil memegangi wajah Lisa.Lisa menghapus air matanya dan memandangi Lizy dengan tatapan yang berkaca-kaca. Bahkan syal yang membun
Makin kesal Lizy mendengar apa yang dikatakan olehnya barusan. Dengan perasaan yang tidak karuan, Lizya mendekati Loz, dan langsung menamparnya dengan sangat keras, sampai-sampai Adrian sendiri tak menyadari bahwa Lizy akan melakukan itu.PLAKHHH. Suaranya sangat renyah sekali. Seperti sebuah kerupuk. Loz juga kaget menerima tamparan barusan. Mereka selama ini tidak pernah bertengkar sampai melakukan kekerasan fisik. Tetapi, sekarang bagi Lizy ini sudah keterlaluan.Sudah tidak bisa dimaafkan lagi apa yang telah dikatakan Loz. Apalagi di depan Adrian. Mungkin Adrian tidak menunjukkan bagaimana emosinya. Tetapi, Lizy tidak enak hati dengan apa yang barusan dikatakannya.“Kalau memang merasa bersalah, seharusnya kamu minta maaf! Tapi, kamu malah memperkeruh suasana, dan jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaanmu pada Adrian!” tegas Lizy yang merasa kesal.Loz yang menatap ke arah samping berkat tamparan Lizy itu, perlahan memutar kepala dan melihat
Mendengar jawaban itu membuat Lizy merasa makin tidak senang dengan kedatangan Loz kemari. Ia langsung bangun sambil memukul meja, dan pergi dari sana. Wajahnya yang manyun menunjukkan bahwa dia sudah sampai di titik yang tidak baik-baik saja.“Hei! Lizy!” panggil Loz.Lizy mengabaikan panggilannya, dan memilih langsung pergi tanpa berkata sepatah kata apapun kepada siapapun. Bulan madu yang nyaris berjalan sempurna itu dirusak hanya karena rasa khawatir yang berlebihan tanpa ada yang terjadi.Dengan perasaan penuh kecewa, Lizy masuk ke dalam kamar hotelnya sambil membanting dengan sangat keras pintu tersebut. Ia tak bisa melampiaskannya kepada Loz, karena dia adalah kakaknya. Jadi, Lizy memilih melampiaskan pada benda tak bersalah yang ada di hadapannya.Napas Lizy begitu cepat, bahkan detak jantungnya terasa tak bisa perlahan sama sekali. Air matanya sudah mau keluar karena ia menahannya selama perjalanan tadi. Tetapi, ia hanya bisa menangis dalam diamnya karena tak mampu berkata ap
Adrian dan Lizy yang sedang asik berenang itu benar-benar menikmati bagaimana waktu mereka yang tersisa tersebut. Rasanya menyenangkan, karena mereka berdua punya banyak waktu bersama sekarang ini.Belum lagi, Lizy juga diajarkan bagaimana cara berenang yang baik, dan juga supaya tidak panik saat sedang tenggelam nantinya. Lizy juga diberitahukan beberapa gaya renang yang bisa dipakai dan juga cara menahan napas yang baik.Rasanya semua berjalan sempurna. Adrian yang dikiranya akan sangat menakutkan malah menjadi orang yang paling bisa membuat Lizy merasa nyaman tanpa canggung sedikitpun.“Kakak!” seru seseorang. Saat menoleh secara bersamaan, Lizy dan Adrian mendapati adanya Lisa yang datang dari pintu masuk, dan mengenakan pakaian renang. Tentu saja kedatangannya mengejutkan.“Lisa?” Lizy langsung mengenali.Segera Lizy dan Adrian pergi ke pinggir dan hendak menghampirinya. Tak jauh di belakang sana, ada Loz yang datang dengan celana pendeknya.
Esok paginya, mereka bangun cukup siang. Malamnya mereka begadang karena menikmati bagaimana kembang api yang tidak ada habisnya sama sekali. Bahkan mereka juga menonton pertunjukkan khusus di pesta tersebut.Negara orang memang punya caranya tersendiri merayakan hari raya besar yang Lizy baru ketahui saat ini.Di atas ranjang, Lizy membalik badan dan melihat bahwa Adrian masih mengantuk. Bahkan saat tidurpun Adrian tidak ada hentinya membuat Lizy merasa sangat takjub sekali. Ketampanannya berada di luar akal sehat.Dengan pelan Lizy mencubit hidung Adrian dengan perasaan yang sangat gemas sekali. “Hihi, suamiku tanpan sekali,” puji Lizy.Di detik itu Adrian langsung membuka mata dan membuat pandangan mata mereka saling bertemu. Lizy terkejut karena Adrian yang mendadak bangun dan memandanginya.“Kenapa, istriku? Apa kamu sekarang terpesona denganku?” tanya Adrian dengan nada yang menggoda.Godaan itu membuat wajah Lizy seketika langsung berubah menjadi merah padam. Rasanya malu sekal