Lizy yang sudah siap akan menyantap itu mulai mengambil salah satu daging. Baru saja hendak masuk ke dalam mulutnya, hidung Lizy mencium baunya dengan cara yang tidak sedap. Sempat terhenti Lizy sejenak.
“Ada apa? Apa baunya tidak enak?” Adrian bertanya.
“Oh, tidak, aku belum coba,” Lizy langsung memberikan jawaban secara asal kepada Adrian.
Ia kemudian langsung memakan makanan yang dimasak oleh Adrian. Rasanya enak dan begitu nikmat. Tetapi, entah kenapa Lizy merasa sedikit mual selama mengunyahnya. Seperti ada yang menolaknya dari dalam diri. Tetapi Lizy tidak tahu apa yang menyebakkan perasaan itu ada.
Adrian kelihatan begitu bersemangat menunggu respon Lizy yang sedang mencicipi masakan Adrian secara perdana. Jadi ia penasaran dengan apa yang sekarang dirasakan oleh Lizy.
“Bagaimana, enak? Apa ada yang kurang?” tanya Adrian dengan raut wajah yang menggebu.
“Tidak, ini enak sekali. Apa kamu sering
Lizy yang melihat hasil dari testpacknya itu merasa lemas sebadan-badan. Ia terjatuh di dalam kamar mandi dengan tatapan kosong dan perasaan yang sudah tidak karuan sama sekali. Apa hasil ini nyata?Ia lihat sekali lagi ke arah testpack tersebut, dan memang benar, hasilnya benar-benar positif. Air matanya yang berlinang dalam diam menunjukkan bagaimana perasaan Lizy yang benar-benar hancur. Baru saja ia merasa hidupnya berjalan dengan normal kembali tanpa adanya hambatan yang berarti. Tetapi, ternyata itu salah besar.Lizy malah mendapati petaka yang jauh lebih besar dan jauh lebih tidak menyenangkan bagi dirinya untuk bisa dihadapi. Sekarang Lizy bingung, bagaimana ia harus mengatakannya kepada orang-orang.‘Hidupku benar-benar dirancang untuk tidak bahagia sama sekali.’ Batin Lizy sudah berkata yang bukan-bukan.Cukup lama Lizy berada di dalam kamar mandi. Ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi. Pikirannya yang kacau menunjukkan.DOKHHH… DOHHH…. DOKHHHH….Suara gedoran pin
Bak dunia yang mnedadak hancur dan berubah menjadi berkeping-keping. Adrian yang semulanya selalu mengabaikan keanehan yang terjadi pada Lizy belakangan ini kini merasa tersentak dengan perasaan yang sudah tidak karuan.Ia tak menyangka bahwa firasatnya yang mengatakan bahwa Lizy mungkin saja berisi kini benar-benar menjadi kenyataan. Bagaimana Adrian akan mengendalikan perasaannya yang tidak pasti sekarang ini.“Aku tidak tahu harus bagaimana…, solusi apa yang harus aku berikan pada Lizy…., sekarang Lizy seperti mayat hidup. Dia tak mau bicara dengan jelas, tatapannya juga kosong…, aku harus apa, Adrian…,” Loz berkata sambil menangis dengan perasaan yang sangat tersedu.Adrian juga tidak tahu. Ia pun merasa syok saat mendengar beritanya dari Loz barusan. Apa yang bisa ia lakukan untuk bisa membantu? Tapi, apakah Adrian merasa benar-benar bisa membantunya atau tidak?Loz yang menyadari Adrian tak memberikan jawaban itu melihat ke arah Adrian. Tatapan pria itu juga sama kosongnya seper
Melihat Lizy yang benar-benar tidak bisa mengendalikan diri, bahkan sampai tak mau melihat siapapun ada di dekatnya membuat Adrian merasa begitu miris memandanginya. Adrian sempat terdiam selama beberapa saat. Ia bingung harus melakukan apa untuk mereka yang ada di sini.Loz yang melihat keberadaan Adrian langsung menghampiri Adrian dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Bahkan tatapannya sangat putus asa melihat kondisi Lizy yang tidak bisa ditenangkan ini.“Ad- Adrian…., aku mohon…, tenangkan Lizy…, dia terus mengamuk sejak aku pergi tadi. Sudah 2 orang yang dia lukai. Lizy bahkan tidak mau mendengarkan siapapun saat ini. jadi…, kumohon…,” Loz benar-benar memohon.Adrian juga tahu, bahwa dia datang pun bukan sebagai penonton semata. Ia segera mendekati Lizy yang masih mengamuk dan berteriak tidak karuan. Bahkan para pelayan pria di sana mencoba memegangi Lizy agar tidak melawan.Dirinya sampai di depan Lizy. Ia merasa begitu sakit melihat Lizy yang seperti ini. Tatapannya yang benar-
Selama menunggu Lizy bangun, Adrian duduk bersama Loz, dan kedua orang tua Lizy juga. Mereka menunggu kebangunan Lizy di dalam kamarnya sambil tetap berharap bahwa sekarang Lizy benar-benar berada di bawah kendali.“Apa kalian benar-benar akan menikah?” tanya Bu Silvi kepada Adrian.“Ya. itupun kalau Lizy benar-benar menginginkannya,” jawab Adrian.“Apa kamu akan meninggalkannya kalau Lizy tidak mau menikah?” Bu Silvi kembali bertanya dengan wajah yang sangat khawatir. Ketakutannya terlalu kelihatan dalam raut wajahnya tersebut.“Tidak. Aku akan tetap menunggunya. Meski dia tidak mau selamanya, aku juga akan tetap bersamanya selamanya sebagai pacarnya,” jawah Adrian dengan tegas.Pak Rendy terdengar menghela napas dengan sangat panjang. Dia kelihatan menunjukkan rasa berat hati yang tak tertahankan dalam dirinya tersebut. “Jangan memaksakan diri, Nak Adrian. Mungkin memang takdir Lizy nantinya untuk tetap sendiri. Kami tidak akan marah kalau kamu memilih orang lain,” ucapnya.Adrian y
Awalnya Lizy merasa berat saat mengetahui soal kehamilannya ini. Tetapi, saat tahu tidak ada satupun dari orang terdekatnya yang menghakiminya membuat Lizy merasa benar-benar lega.Paling tidak ia tidak mendapatkan tekanan yang berarti. Sekarang perasaan Lizy mulai membaik. Tetapi, kehamilan ini jelas makin lama akan makin membesar, dan akan membuat Lizy mengalami perubahan.Di ruang keluarga, ia duduk bersama keluarganya dan juga Adrian yang mendampinginya. Lizy sudah tahu bahwa saat ini pasti akan datang. Hanya saja, ia belum siap dan merasa tak mampu untuk melewati perasaan ini lagi kedepannya.“Sudah seminggu berlalu. Lizy, kamu harus memberikan keputusan sebelum akhirnya janin di dalam perutmu membesar,” ucap ayah dengan perasaan yang campur aduk.Lizy terdiam sejenak sambil memegangi perutnya. Entah kenapa ia merasa tak tega memikirkan nasib anak yang kini ia kandung. Rasanya seperti ada rasa kasihan, dan juga rasa benci yang menjadi satu di dalam dirinya.Adrian yang melihat Li
Karena melamun, Lizy disadarkan dengan Adrian yang tengah duduk di sebelahnya itu, langsung menepuk pundak Lizy. Dirinya sedikit terkejut dan secara spontan langsung melihat ke arah Adrian. Pria itu nampak memberikan kode lewat lirik matanya.Ia baru menyadari, bahwa ternyata keputusannya membuat keluarganya amat terkejut. Loz yang sudah pergi, ayah yang hanya bisa menampakkan wajah kecewanya, serta kesedihan ibu yang tak terbendung, membuat Lizy jadi merasa bersalah atas apa yang barusan sudah dia katakan kepada mereka.“Lizy…, kami tidak tahu kenapa kamu akhirnya memutuskan untuk melahirkan anak itu. Tetapi, apa kamu merasa yakin bisa membuat anak itu bertahan dengan cacian atas kelahirannya?” tanya ayah kepada Lizy.Sedikit gugup Lizy menjawabnya. Bibirnya terasa kaku dan juga seperti ditahan untuk bicara. Tetapi, ia mencoba mengumpulkan segala keberanian yang ia punya untuk memberitahukan kepada mereka mengenai apa yang sebenarnya ia rasakan.“Aku yakin, ayah. Aku yakin, anak ini
Perbicangan keluarga itu benar-benar menegangkan. Ibu menawarkan diri untuk menenangkan Loz dan juga ayah. Sementara Lizy ingin bicara dengan Adrian. Ia mencari sosok Adrian di dalam rumahnya, dan menemukannya tengah ada di balkon bersama dengan Loz.Loz yang melihat kedatangan Lizy itu sedikit tersentak. Karena tak mampu menatap adiknya lama-lama, Loz memilih langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Lizy sedikit merasa sakit hati, tetapi ia mencoba memakluminya.“Dia benar-benar marah, ya,” ucap Lizy sambil mendekat ke arah Adrian.“Haha, tidak. Dia hanya merasa sedikit khawatir denganmu,” balas Adrian.Lizy sedikit bingung. Dengan alis yang sedikit naik dan mata yang membulat, Lizy memandangi Adrian dengan rasa penasaran, “Khawatir? Khawatir kenapa? Padahal tadi dia marah sekali.”“Begitu-begitu juga dia memikirkan kamu, Lizy. Dia tak tega melihatmu harus menanggung beban seberat ini. Dia lebih takut akan terjadi apa-apa padamu, selama hamil, ataupun melahirkan, dia benar-benar merasa
Persiapan pernikahan langsung dijalankan setelah Lizy berkata demikian. Adrian begitu semangat sampai-sampai memberitahu semuanya mengenai Lizy yang sudah siap untuk menikah.Kedua belah pihak jelas merasa begitu senang. Loz yang tadinya marah pun juga ikut mempersiapkan pernikahan Lizy. Semua orang bersemangat dan bahkan persiapan dibuat begitu detail dan tidak terlewat satu pun.Undangannya ditentukan dan juga memiliki aturan. Mengingat apa yang menimpa Lizy pastinya akan menjadi sebuah berita panas yang bisa saja membara saat pernikahan berlangsung. Jadi, kalau ada yang ketahuan membicarakan Lizy, mereka akan langsung dikeluarkan, dan diahapus dari kerjasama yang berlangsung.Kehamilan Lizy juga diperiksa terlebih dahulu. Janin dalam kandungannya sangat sehat dan kelihatan aktif. Vitamin juga diberikan kepada dirinya untuk diminum dengan rutin.Kandungan Lizy sudah memasuki 12 minggu, masih dini, tetapi sekarang sudah mulai kelihatan. Lizy sedikit dilibatkan mengenai persiapan. Tid
Lizy merasa sangat senang. Meski sering kali ditinggalkan oleh Adrian untuk urusan pekerjaan, Adrian tak pernah melewatkan satu haripun untuk bisa memasak dan menemani Lizy.Sampai beberapa bulan berlalu. Dimana anak Loz dan Nana sudah lahir, dan kehamilan Lizy juga sudah mulai membesar. Ia tak menyangka bahwa membawa perut sebesar ini akan membuatnya sedikit kewalahan. Jujur saja, Lizy bisa merasakan bahwa sekarang ia tak mampu melakukan apapun.Kakinya membengkak dan juga sekarang Lizy merasa sangat cepat kepanasan. Badannya juga terus berkeringat dan membuat Lizy merasa tak nyaman karena saking lengketnya. Tak sekali dua kali Lizy mandi dalam sehari.“Sayang, apa kamu akan mandi lagi?” tanya Adrian yang baru saja selesai mencuci piring di hari liburnya.Lizy yang sudah membawa handuk itu hanya bisa tertawa kecil mendapati dirinya sudah terpergok oleh suaminya yang mengenakan pakaian cukup tebal tersebut.“Haha. Panas sekali, Adrian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mandi,” bal
“Sudah, sudah. Jangan membicarakan hal seperti itu. Tidak baik,” Lizy segera menyela agar nantinya tidak terjadi pertengkaran di antara Adrian dan juga Loz.Mereka berbincang dengan topik yang lain setelah Lizy mengalihkan. Memang agak aneh karena ternyata mereka berdua masih memiliki sedikit dendam yang bisa disadari dengan mudah.“Kapan kamu akan melahirkan, Nana?” tanya Lizy.“Sebentar lagi. Yah, paling lambat sebulan lagi. Tapi kemungkinan lebih cepat juga mungkin. Jadi aku harus tetap siap sedia,” jawab Nana.“Kamu sudah menyiapkan peralatan bayinya?” tanya Lizy, lagi.Nana menganggukkan kepala. “Tinggal beberapa yang bisa dibeli belakangan. Untuk nanti baru lahirnya aku sudah ada,” jawab Nana.Lizy menyiku Adrian yang ada di sampingnya, kemudian berbisik pelan. Ia meminta izin kepada suaminya untuk memberikan sesuatu yang dari awal sudah salah debeli, jadi tidak ada salahnya kalau ditawarkan ke orang lain.“Apa kamu perlu alat pengayun bayi otomatis, Nana?” Adrian menawarkan.“M
Lizy menganggukkan kepala membenarkan berita tersebut kepada Adrian. Adrian yang mendengarnya pun tak percaya awalnya. Tetapi, melihat bahwa Lizy sampai menangis membuat Adrian juga tak bisa menyangkal sama sekali. Semakin jelas bahwa memang Lizy sekarang sedang hamil.Segera Adrian memeluk Lizy dengan sangat erat dan memberikan kecupan yang begitu manis pada Lizy. Lizy membalas pelukan tersebut untuk memberikan selamat kepada Adrian atas apa yang sudah mereka dapatkan.“Terima kasih…, terima kasih, Lizy,” ucap Adrian dengan amat suka cita.Orang-orang yang ada di sekitar mereka juga merasa sangat senang dengan berita bahagia tersebut. Bahkan beberapa orang bertepuk tangan membuat Lizy makin merasa terharu.“Lizy!” Suara itu menggema dan membuat Lizy langsung menolah ke arah Loz yang baru saja memanggilnya.Loz melotot memandangi Lizy. Ia sepertinya juga sudah mendengar berita tersebut dari Nana. Kelihatan bahwa Loz menyambut kehamilan Lizy yang sangat ditunggu tersebut. Loz langsung
Kali ini Lizy mulai punya lingkup keluarga yang lebih besar lagi. Ibu juga sudah mulai bicara dengan keluarga Nana, mendengarkan lebih banyak dan mencaritahu lebih detail. Ibu juga meminta maaf atas sikapnya selama ini.Jadi, sekarang bisa dikatakan bahwa keluarga Lizy, Adrian, dan juga Nana bisa menjadi satu setelah semua kesalahapahaman yang tidak diperlukan selesai. Mereka kini bisa menerima satu sama lain dengan baik tanpa rasa curiga sama sekali. Lizy merasa senang sekali.Kehamilan Nana yang kini sudah makin membesar jelas disambut dengan hangat sekali. Ayah memfasilitasi Nana di rumah. Dan ibu juga memanjakan Nana dengan segala perawatan dan juga latihan bagi ibu hamil pastinya.Lizy merasa senang, tetapi juga merasa sangat iri sekali. Ia juga ingin berada di posisi tersebut. Meski pastinya akan sangat sulit sekali untuk bisa benar-benar berada di posisi Nana. Lizy perlu perjuangan yang besar sekali.“Lizy!” seru Nana yang memanggilnya.“Ya?” Lizy membalasnya saat ia sedang mem
Nana mau makan dengan lahap setelah Lizy menyuapinya dan takkan berhenti apabila makanannya belum habis. Nana memang sakit, tapi Lizy tidak mau sakitnya malah merambat pada anak dalam kandungannya, dan akan membuat sakit Nana lebih besar nantinya.“Kamu sangat baik, Lizy. Bahkan suamimu juga baik,” ucap Nana.“Haha, terima kasih. Aku akan tetap baik kalau orang lain juga memperlakukanku dengan cara yang sama,” balas Lizy.Tampak Nana memandangi Lizy dengan tatapan yang membulat dan juga seperti hendak mengatakan sesuatu kepada Lizy. Lizy menyadarinya, jadi ia langsung melihat ke arah Nana dengan tatapan yang bertanya.“Ada apa? Apa masih ada yang mengganjal dalam hatimu?” tanya Lizy sambil merapikan semua wadah yang ia bawa.“Aku penasaran…, bagaimana caranya diterima di keluargamu. Suamimu juga tampaknya sangat diterima baik sekali,” tanya Nana yang merasa sangat iri dan juga bisa dilihat bahwa dia seperti merasa tak tega sama sekali.Lizy terdiam sejenak sambil hendak menyiapkan jaw
Lizy yang mendengar ibunya mengeluh itu sebenarnya merasa sangat jengkel sekali. Dia juga seorang ibu dan sama-sama seorang wanita juga. Tapi bisa-bisanya sang ibu malah berkata begitu.Di depan ruangan igd sang ibu mengomeli Loz berkali-kali meski sudah sangat diabaikan. Sayangnya suara ibu itu seperti menusuk ke dalam telinga. Karena Lizy juga merasa sangat kesal meski hanya dengan mendengarkannya.“Ibu tidak mengerti, padahal ini hari pentingnya, kenapa dia bisa-bisanya-““Bu!” Lizy menggertak karena merasa kesal sekali.Orang-orang yang ada di sana langsung menoleh ke arah Lizy dengan Ibu yang langsung terdiam dari omongannya yang tidak berarti sama sekali saat ini. Lizy merasa kesal meski hanya dengan mendengarkan saja.“Aku mengerti ibu kesal sekarang ini. Tapi, ibu tak pantas berkata begitu. Nana juga tidak mau hari pentingnya berada di rumah sakit. Apa ibu memikirkan bagaimana perasaannya kalau mendengar ibu mengatakan hal itu padanya?” Lizy mulai mengoceh karena tak bisa mena
Setelah perjalanan panjang karena adanya pertentangan dari keluarga pihak perempuan, akhirnya Loz bisa melangsungkan pernikahan meski secara tertutup atas permintaan keluarga perempuan.Meski sebenarnya terlihat beberapa pihak keluarga Lizy yang tidak senang, Lizy lebih melihat bahwasannya kakaknya tampak sangat menyukai pernikahan tersebut. Tampaknya tidak ada permasalahan bagi Loz saat itu.“Kamu merasa gugup?” tanya Lizy pada Nana, calon istri Loz.“Sedikit. Aku hanya merasa tidak enak hati pada Loz. Keluargaku sangat banyak menntut darinya. Pasti rasanya berat sekali menurutinya,” ucap Nana yang merasa sangat bersalah memberikan jawaban Lizy.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Loz ada dipihakmu, dan itu jelas jauh lebih dari cukup untuk kamu bisa berhadapan kedepannya,” ucap Lizy.Nana yang sedang mengenakan gaun pengantin dan duduk di depan cermin itu tersenyum menatapinya lewat pantulan cermin. Lizy membalas senyuman itu dan menepuk bahunya dengan pelan.“Jangan terlalu stres
Tetapi, sayang sekali lelucon Adrian sama sekali tidak masuk ke dalam humor Loz yang sangat tidak garing tersebut. Jadi Lizy memilih menyiku sedikit Adrian agar tidak tertawa. Karena leluconnya tak mampu mencairkan suasana.“Tapi, kenapa kamu ke sini? Tak mungkin kamu datang hanya untuk menanyakan perihal tersebut, kan?” singgung Lizy.Loz yang tadinya khawatir tersebut kini mendadak berubah menjadi tegang dan tidak bisa bicara selama beberapa saat. Dia terpaku di tempatnya tak bisa mengatakan sepatah kata apapun selama beberapa saat.Lizy yang melihat keanehan itu jelas langsung merasa curiga sekali. Tak biasanya Loz akan berubah seperti ini dengan begitu cepatnya. Ini persis seperti bagaimana dia sebelumnya pernah datang dengan membawa perasaan bersalah kemari.“Ada apa?” Lizy mulai bertanya dengan suara yang halus kepadanya.Loz tampak merasa ragu hendak memberikan jawaban kepada Lizy. Kalau sepert ini, Lizy jadi makin yakin memang sengaja ada yang coba disembunyikan dan juga ditut
Luna yang sempat tak mampu menjawab itu ingin marah setelah mendengar jawaban Adrian. Ia tak puas sama sekali. Luna terlalu berlebihan dalam mengejar orang yang sudah dimiliki orang lain.Baru saja Adrian menarik Lizy dan hendak berjalan meninggalkan tempat. Mendadak saja Luna kembali mengejar dan kembali menghadang mereka berdua yang kini berdiri lagi.Wajahnya tersengal dengan emosi yang memuncak besar sekali. Sampai-sampai Lizy bisa melihat tatapan kebenciannya yang menyatu dengan rasa iri hati yang terlalu besar memandangi Lizy.“Aku tidak peduli, Adrian! Kamu harus jadi milikku! Dan itu mutlak! Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!” tegas Luna sambil memukul diri berkali-kali menegaskannya.Orang-orang yang ada di sana sudah memandangi mereka dan bahkan menyodorkan layar ponsel merekam kegilaan dari Luna. Keanggunan Luna yang tadi Lizy lihat sudah sirna. Kini ia berubah menjadi dirinya yang sebenarnya.‘Wow, dia kalau dipasangkan dengan Hito pasti sangat cocok sekali,’ bati