Bak dunia yang mnedadak hancur dan berubah menjadi berkeping-keping. Adrian yang semulanya selalu mengabaikan keanehan yang terjadi pada Lizy belakangan ini kini merasa tersentak dengan perasaan yang sudah tidak karuan.Ia tak menyangka bahwa firasatnya yang mengatakan bahwa Lizy mungkin saja berisi kini benar-benar menjadi kenyataan. Bagaimana Adrian akan mengendalikan perasaannya yang tidak pasti sekarang ini.“Aku tidak tahu harus bagaimana…, solusi apa yang harus aku berikan pada Lizy…., sekarang Lizy seperti mayat hidup. Dia tak mau bicara dengan jelas, tatapannya juga kosong…, aku harus apa, Adrian…,” Loz berkata sambil menangis dengan perasaan yang sangat tersedu.Adrian juga tidak tahu. Ia pun merasa syok saat mendengar beritanya dari Loz barusan. Apa yang bisa ia lakukan untuk bisa membantu? Tapi, apakah Adrian merasa benar-benar bisa membantunya atau tidak?Loz yang menyadari Adrian tak memberikan jawaban itu melihat ke arah Adrian. Tatapan pria itu juga sama kosongnya seper
Melihat Lizy yang benar-benar tidak bisa mengendalikan diri, bahkan sampai tak mau melihat siapapun ada di dekatnya membuat Adrian merasa begitu miris memandanginya. Adrian sempat terdiam selama beberapa saat. Ia bingung harus melakukan apa untuk mereka yang ada di sini.Loz yang melihat keberadaan Adrian langsung menghampiri Adrian dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Bahkan tatapannya sangat putus asa melihat kondisi Lizy yang tidak bisa ditenangkan ini.“Ad- Adrian…., aku mohon…, tenangkan Lizy…, dia terus mengamuk sejak aku pergi tadi. Sudah 2 orang yang dia lukai. Lizy bahkan tidak mau mendengarkan siapapun saat ini. jadi…, kumohon…,” Loz benar-benar memohon.Adrian juga tahu, bahwa dia datang pun bukan sebagai penonton semata. Ia segera mendekati Lizy yang masih mengamuk dan berteriak tidak karuan. Bahkan para pelayan pria di sana mencoba memegangi Lizy agar tidak melawan.Dirinya sampai di depan Lizy. Ia merasa begitu sakit melihat Lizy yang seperti ini. Tatapannya yang benar-
Selama menunggu Lizy bangun, Adrian duduk bersama Loz, dan kedua orang tua Lizy juga. Mereka menunggu kebangunan Lizy di dalam kamarnya sambil tetap berharap bahwa sekarang Lizy benar-benar berada di bawah kendali.“Apa kalian benar-benar akan menikah?” tanya Bu Silvi kepada Adrian.“Ya. itupun kalau Lizy benar-benar menginginkannya,” jawab Adrian.“Apa kamu akan meninggalkannya kalau Lizy tidak mau menikah?” Bu Silvi kembali bertanya dengan wajah yang sangat khawatir. Ketakutannya terlalu kelihatan dalam raut wajahnya tersebut.“Tidak. Aku akan tetap menunggunya. Meski dia tidak mau selamanya, aku juga akan tetap bersamanya selamanya sebagai pacarnya,” jawah Adrian dengan tegas.Pak Rendy terdengar menghela napas dengan sangat panjang. Dia kelihatan menunjukkan rasa berat hati yang tak tertahankan dalam dirinya tersebut. “Jangan memaksakan diri, Nak Adrian. Mungkin memang takdir Lizy nantinya untuk tetap sendiri. Kami tidak akan marah kalau kamu memilih orang lain,” ucapnya.Adrian y
Awalnya Lizy merasa berat saat mengetahui soal kehamilannya ini. Tetapi, saat tahu tidak ada satupun dari orang terdekatnya yang menghakiminya membuat Lizy merasa benar-benar lega.Paling tidak ia tidak mendapatkan tekanan yang berarti. Sekarang perasaan Lizy mulai membaik. Tetapi, kehamilan ini jelas makin lama akan makin membesar, dan akan membuat Lizy mengalami perubahan.Di ruang keluarga, ia duduk bersama keluarganya dan juga Adrian yang mendampinginya. Lizy sudah tahu bahwa saat ini pasti akan datang. Hanya saja, ia belum siap dan merasa tak mampu untuk melewati perasaan ini lagi kedepannya.“Sudah seminggu berlalu. Lizy, kamu harus memberikan keputusan sebelum akhirnya janin di dalam perutmu membesar,” ucap ayah dengan perasaan yang campur aduk.Lizy terdiam sejenak sambil memegangi perutnya. Entah kenapa ia merasa tak tega memikirkan nasib anak yang kini ia kandung. Rasanya seperti ada rasa kasihan, dan juga rasa benci yang menjadi satu di dalam dirinya.Adrian yang melihat Li
Karena melamun, Lizy disadarkan dengan Adrian yang tengah duduk di sebelahnya itu, langsung menepuk pundak Lizy. Dirinya sedikit terkejut dan secara spontan langsung melihat ke arah Adrian. Pria itu nampak memberikan kode lewat lirik matanya.Ia baru menyadari, bahwa ternyata keputusannya membuat keluarganya amat terkejut. Loz yang sudah pergi, ayah yang hanya bisa menampakkan wajah kecewanya, serta kesedihan ibu yang tak terbendung, membuat Lizy jadi merasa bersalah atas apa yang barusan sudah dia katakan kepada mereka.“Lizy…, kami tidak tahu kenapa kamu akhirnya memutuskan untuk melahirkan anak itu. Tetapi, apa kamu merasa yakin bisa membuat anak itu bertahan dengan cacian atas kelahirannya?” tanya ayah kepada Lizy.Sedikit gugup Lizy menjawabnya. Bibirnya terasa kaku dan juga seperti ditahan untuk bicara. Tetapi, ia mencoba mengumpulkan segala keberanian yang ia punya untuk memberitahukan kepada mereka mengenai apa yang sebenarnya ia rasakan.“Aku yakin, ayah. Aku yakin, anak ini
Perbicangan keluarga itu benar-benar menegangkan. Ibu menawarkan diri untuk menenangkan Loz dan juga ayah. Sementara Lizy ingin bicara dengan Adrian. Ia mencari sosok Adrian di dalam rumahnya, dan menemukannya tengah ada di balkon bersama dengan Loz.Loz yang melihat kedatangan Lizy itu sedikit tersentak. Karena tak mampu menatap adiknya lama-lama, Loz memilih langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Lizy sedikit merasa sakit hati, tetapi ia mencoba memakluminya.“Dia benar-benar marah, ya,” ucap Lizy sambil mendekat ke arah Adrian.“Haha, tidak. Dia hanya merasa sedikit khawatir denganmu,” balas Adrian.Lizy sedikit bingung. Dengan alis yang sedikit naik dan mata yang membulat, Lizy memandangi Adrian dengan rasa penasaran, “Khawatir? Khawatir kenapa? Padahal tadi dia marah sekali.”“Begitu-begitu juga dia memikirkan kamu, Lizy. Dia tak tega melihatmu harus menanggung beban seberat ini. Dia lebih takut akan terjadi apa-apa padamu, selama hamil, ataupun melahirkan, dia benar-benar merasa
Persiapan pernikahan langsung dijalankan setelah Lizy berkata demikian. Adrian begitu semangat sampai-sampai memberitahu semuanya mengenai Lizy yang sudah siap untuk menikah.Kedua belah pihak jelas merasa begitu senang. Loz yang tadinya marah pun juga ikut mempersiapkan pernikahan Lizy. Semua orang bersemangat dan bahkan persiapan dibuat begitu detail dan tidak terlewat satu pun.Undangannya ditentukan dan juga memiliki aturan. Mengingat apa yang menimpa Lizy pastinya akan menjadi sebuah berita panas yang bisa saja membara saat pernikahan berlangsung. Jadi, kalau ada yang ketahuan membicarakan Lizy, mereka akan langsung dikeluarkan, dan diahapus dari kerjasama yang berlangsung.Kehamilan Lizy juga diperiksa terlebih dahulu. Janin dalam kandungannya sangat sehat dan kelihatan aktif. Vitamin juga diberikan kepada dirinya untuk diminum dengan rutin.Kandungan Lizy sudah memasuki 12 minggu, masih dini, tetapi sekarang sudah mulai kelihatan. Lizy sedikit dilibatkan mengenai persiapan. Tid
Kebahagiaan mereka terus mereka utarakan pada satu sama lain tiada henti. Lizy berkali-kali melihat bagaimana Adrian menunjukkan ketulusan kepadanya, dan juga anak dalam kandungannya.Kini mereka sedang berjalan-jalan sambil menikmati angin segar. Lizy sedang ingin makan spageti yang ia idam-idamkan. Rasanya mustahil Lizy menolak keinginannya itu. Setiap kali ia mencoba menahan, perasaannya seperti terus mendorongnya memintanya untuk segera makan.“Kamu tidak masalah mengantarku membeli makanan setiap hari begini?” tanya Lizy sembari menunggu makanan datang.“Tidak. Selama kamu suka, aku tidak masalah. Kecuali kalau memang kamu tidak boleh memakannya, baru aku larang,” sahut Adrian sambil terus memandangi Lizy.Melihat Adrian yang terus memandanginya malah membuat Lizy salah tingkah. Rasa-rasanya Adrian makin hari terus memandanginya dengan cara yang cukup dalam sekali. Sampai-sampai Lizy bisa saja salah arti kalau begini.“Kenapa kamu memandangiku seperti itu? Apa aku gendutan?” tany
Langsung menoleh Lizy dan Adrian ke arah Loz yang baru saja bicara tersebut. Mereka berdua menungu Loz berbicara dahulu. Tetapi, pria itu nampak sedikit malu dan seperti tak bisa berkata-kata selama beberapa saat.“Ada apa?” Lizy bertanya karena Loz diam cukup lama, dan itu sangat memakan waktu.Loz sempat melirik sejenak, lalu kembali menundukkan kepala karena merasa benar-benar malu hendak bicara sekarang. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunykan oleh Loz saat ini.“Apa pembicaraan ini penting? Kalau tidak, kamu bisa bicara lain hari,” Lizy memberitahukan.“Tidak! Aku harus membicarakannya sekarang!” tegas Loz yang langsung menjawab setelah Lizy berkata begitu.Melihat respon Loz yang terkesan berlebihan membuat Lizy merasa sedikit tak bisa bicara banyak. Jelas ada yang aneh. Lizy seperti membaca gerak-gerik Loz yang hendak mengakui suatu hal yang dimana Lizy merasa aneh sekali.“Sebenarnya…, aku tidak tahu harus mengatakan ini atau tidak,” Loz mulai berucap.Adrian yang mema
Baru saja Loz hendak berjalan melewatinya, Lizy dengan cepat menghentikannya sebelum akhirnya Loz benar-benar pergi. Dengan gerak cepat, Lizy memegang tangan Loz pada saat itu juga.Loz yang terkejut juga langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan dengan cepat. Matanya tertuju pada Lizy yang tengah memegangi lengannya tersebut.Menyadari bahwa tindakannya barusan dilakukan dengan spontan, Lizy refleks juga langsung melepaskan tangannya dari lengan Loz barusan.“Maaf,” ucap Lizy.Suasana terasa sangat canggung sekali. Lizy bisa merasakan bagaimana atmosfer di antara mereka berdua sangat tidak nyaman sama sekali. Seperti ada yangv mengganjal di tengah mereka, dan itu sedikit mengganggu.“Maaf, kamu pasti tak nyaman ada aku di sini,” Loz merasa tak enak.Loz kembali hendak beranjak pergi dari sana. Kali ini, Lizy yang sempat tak bisa bicara sama sekali sebelumnya dengan cepat benar-benar menghentikan Loz sebelum Loz juga meninggalkan tempat tersebut.“Aku tidak merasa terganggu
Setelah memanggil dokter dan diperiksa keadaan Lizy, Adrian mendapatkan bahwa Lizy hanya kelelahan, dan mungkin perlu istirahat yang sedikit lebih lama. Mungkin masalah yang terjadi membuat Lizy stres berpikir.Adrian duduk di samping Lizy yang sedang berbaring itu dan mengelus perlahan kepala Lizy. Adrian merasa sangat tidak tega sekali melihat istrinya sakit seperti ini.Lizy perlahan melihat ke arah Adrian, dan juga berusaha untuk duduk setelah merasa lelah berbaring daritadi.“Jangan banyak bergerak, Lizy. Kamu masih sakit,” Adrian melarang sambil memegangi Lizy.Lizy memegang kepalanya dan merasa bahwa kepalanya benar-benar terasa berputar-putar tidak karuan sama sekali. Sambil sedikit tertawa Lizy membalas, “Aku perlu ke kamar mandi, Adrian…,” ucap Lizy.Adrian yang dengan sigap langsung menggendong Lizy di tangannya. Lizy sudah tidak punya tenaga untuk kaget lagi. Jadi ia menerima saja apa yang sudah dilakukan Adrian untuknya. Ini pasti yang terbaik.Setelahnya Adrian juga memb
Lizy yang melihat bahwa Adrian mendapatkan pukulan tidak mengenakkan itu terus tak bisa berhenti menangis. Ia merasa sangat bersalah melihat wajah suaminya sudah lebam seperti itu.Karena amarah yang sangat besar hendak masuk ke dalam sana untuk bisa berbicara dengan Loz. Tetapi, Adrian langsung menahan Lizy dan memegangi tubuh Lizy yang ingin masuk ke dalam sana.“Lepaskan, Adrian! aku yang akan bicara dengan Loz!” tegas Lizy yang berkali-kali melawan.Adrian tetap menahannya agar tidak masuk ke dalam sana, “Sudahlah, Lizy. Tidak apa, aku pantas mendapatkan ini.”Lizy merasa makin marah setelah mendengarnya. Karena itu seperti Adrian telah melakukan banyak kesalahan hingga pantas dipukuli seperti ini. Ini sama saja dengan merendahkan harga diri seseorang yang dimana orangnya saja tidak jelas dimana salahnya.“Tidak bisa begitu, Adrian! ini namanya keterlaluan! Kalau dia sampai berani memukul hanya karena alasan khawatir, itu sudah kelewatan batas!” Lizy penuh emosi berkata.“Sudah, s
Lizy tak kuasa mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian kepadanya. Padahal, Lizy tidak masalah kalau semisal memang Adrian mau marah kepadanya. Tidak masalah sama sekali. Mengingat kelakuan Loz yang keterlaluan.Tetapi, sekali lagi, melihat Adrian yang berbesar hati membuat Lizy tak bisa menolaknya. Adrian benar-benar tidak mau Lizy sampai menjauh dari keluarganya sendiri.Esok harinya, adalah hari dimana mereka harus pulang ke negara mereka. Lizy sudah menyiapkan koper dan juga berkemas dengan baik. Tak lupa ia membeli oleh-oleh juga untuk bisa segera ia bawakan untuk orang di rumah.Baru saja mereka turun dan menuju lobi hotel, mereka dikejutkan dengan Lisa yang sudah bersama kopernya, dan juga wajah sembab akibat menangis dalam jangka waktu yang cukup lama.Lizy segera mendekat dan menanyai sang adik, “Lisa? Ada apa? Kenapa kamu menangis?” tanya Lizy sambil memegangi wajah Lisa.Lisa menghapus air matanya dan memandangi Lizy dengan tatapan yang berkaca-kaca. Bahkan syal yang membun
Makin kesal Lizy mendengar apa yang dikatakan olehnya barusan. Dengan perasaan yang tidak karuan, Lizya mendekati Loz, dan langsung menamparnya dengan sangat keras, sampai-sampai Adrian sendiri tak menyadari bahwa Lizy akan melakukan itu.PLAKHHH. Suaranya sangat renyah sekali. Seperti sebuah kerupuk. Loz juga kaget menerima tamparan barusan. Mereka selama ini tidak pernah bertengkar sampai melakukan kekerasan fisik. Tetapi, sekarang bagi Lizy ini sudah keterlaluan.Sudah tidak bisa dimaafkan lagi apa yang telah dikatakan Loz. Apalagi di depan Adrian. Mungkin Adrian tidak menunjukkan bagaimana emosinya. Tetapi, Lizy tidak enak hati dengan apa yang barusan dikatakannya.“Kalau memang merasa bersalah, seharusnya kamu minta maaf! Tapi, kamu malah memperkeruh suasana, dan jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaanmu pada Adrian!” tegas Lizy yang merasa kesal.Loz yang menatap ke arah samping berkat tamparan Lizy itu, perlahan memutar kepala dan melihat
Mendengar jawaban itu membuat Lizy merasa makin tidak senang dengan kedatangan Loz kemari. Ia langsung bangun sambil memukul meja, dan pergi dari sana. Wajahnya yang manyun menunjukkan bahwa dia sudah sampai di titik yang tidak baik-baik saja.“Hei! Lizy!” panggil Loz.Lizy mengabaikan panggilannya, dan memilih langsung pergi tanpa berkata sepatah kata apapun kepada siapapun. Bulan madu yang nyaris berjalan sempurna itu dirusak hanya karena rasa khawatir yang berlebihan tanpa ada yang terjadi.Dengan perasaan penuh kecewa, Lizy masuk ke dalam kamar hotelnya sambil membanting dengan sangat keras pintu tersebut. Ia tak bisa melampiaskannya kepada Loz, karena dia adalah kakaknya. Jadi, Lizy memilih melampiaskan pada benda tak bersalah yang ada di hadapannya.Napas Lizy begitu cepat, bahkan detak jantungnya terasa tak bisa perlahan sama sekali. Air matanya sudah mau keluar karena ia menahannya selama perjalanan tadi. Tetapi, ia hanya bisa menangis dalam diamnya karena tak mampu berkata ap
Adrian dan Lizy yang sedang asik berenang itu benar-benar menikmati bagaimana waktu mereka yang tersisa tersebut. Rasanya menyenangkan, karena mereka berdua punya banyak waktu bersama sekarang ini.Belum lagi, Lizy juga diajarkan bagaimana cara berenang yang baik, dan juga supaya tidak panik saat sedang tenggelam nantinya. Lizy juga diberitahukan beberapa gaya renang yang bisa dipakai dan juga cara menahan napas yang baik.Rasanya semua berjalan sempurna. Adrian yang dikiranya akan sangat menakutkan malah menjadi orang yang paling bisa membuat Lizy merasa nyaman tanpa canggung sedikitpun.“Kakak!” seru seseorang. Saat menoleh secara bersamaan, Lizy dan Adrian mendapati adanya Lisa yang datang dari pintu masuk, dan mengenakan pakaian renang. Tentu saja kedatangannya mengejutkan.“Lisa?” Lizy langsung mengenali.Segera Lizy dan Adrian pergi ke pinggir dan hendak menghampirinya. Tak jauh di belakang sana, ada Loz yang datang dengan celana pendeknya.
Esok paginya, mereka bangun cukup siang. Malamnya mereka begadang karena menikmati bagaimana kembang api yang tidak ada habisnya sama sekali. Bahkan mereka juga menonton pertunjukkan khusus di pesta tersebut.Negara orang memang punya caranya tersendiri merayakan hari raya besar yang Lizy baru ketahui saat ini.Di atas ranjang, Lizy membalik badan dan melihat bahwa Adrian masih mengantuk. Bahkan saat tidurpun Adrian tidak ada hentinya membuat Lizy merasa sangat takjub sekali. Ketampanannya berada di luar akal sehat.Dengan pelan Lizy mencubit hidung Adrian dengan perasaan yang sangat gemas sekali. “Hihi, suamiku tanpan sekali,” puji Lizy.Di detik itu Adrian langsung membuka mata dan membuat pandangan mata mereka saling bertemu. Lizy terkejut karena Adrian yang mendadak bangun dan memandanginya.“Kenapa, istriku? Apa kamu sekarang terpesona denganku?” tanya Adrian dengan nada yang menggoda.Godaan itu membuat wajah Lizy seketika langsung berubah menjadi merah padam. Rasanya malu sekal