**
Hari berikutnya, Nona mengantar Segara yang hendak bekerja sampai ke halaman. Wajahnya sedikit kusut, dia merasa hari itu akan menjadi hari terberat karena seharian nanti dia hanya diam di rumah, tapi mau bagaimana lagi, Nona juga paham akan maruahnya sebagai seorang istri yang harus menuruti ucapan suami.
Nona berpikir, dulu saja dia menurut sekali ke Rafa yang berpura-pura mencintainya, lantas mana mungkin sekarang dia malah tidak melakukan hal yang sama demi Segara yang jelas-jelas mencintainya sepenuh hati.
“Aku berangkat dulu,” ucap Segara. Pria itu berpamitan bahkan mengecup kening Nona dengan mesra.
Nona memejamkan mata sejenak kemudian menganggukkan kepala. Dia masih berdiri di sana sampai mobil Segara melaju meninggalkan rumah, bahkan Nona sampai melambaikan tangan ke arah mobil dan tersenyum lebar.
Setelah mobil suaminya menghilang dari pandangan, Nona masuk ke dalam. Dia berpapasan dengan Mbok Munah yan
Emir bingung karena Segara pergi dengan tiba-tiba, hingga kemudian mencebik kesal saat ingat dirinya tidak diundang menghadiri private party di Bali.“Sudah balik dari Bali tidak bawa oleh-oleh, sekarang masih saja ninggalin tanpa alasan kek gini. Aku heran, dia ini bos macam apa. Sudah punya anak buah yang baik dan super bermanfaat seperti aku, tapi selalu dilupakan dan diabaikan. Benar-benar keterlaluan!"Emir mengeluh sendiri, bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepala. Dia masih saja mengomel, hingga tiba-tiba pintu terbuka dan Senja masuk ke ruangan itu. Senja masuk tanpa mengetuk pintu dan hanya mendapati Emir di ruangan itu.Emir pun kaget melihat keberadaan Senja di sana, hingga tampak heran karena gadis itu berpakaian formal dan rapi. Padahal dia sudah tahu kalau Senja di sana menggantikan Nona, tapi tetap saja berpura-pura terkejut.“Aku mau menyerahkan ini dan butuh tanda tangan kak Segara. Dia di mana?” tanya Sen
Pagi tadi Senja sengaja berangkat ke kantor naik taksi, tujuannya hanya satu agar saat pulang nanti dia bisa pulang bersama Biru. Gadis itu bersikap agresif, sengaja memotong urat malunya agar mendapat perhatian Biru.“Aku nebeng kakak ya!"Tanpa ragu Senja mengajak Biru pulang bersama, dia tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya.“Memangnya kamu tidak bawa mobil?” tanya Biru keheranan.Senja menggelengkan kepala, masih sambil memperlihatkan senyum ala iklan pasta gigi.Tidak ada alasan bagi Biru untuk menolak, hingga dia setuju pulang bersama dengan Senja. Mereka pun menuju basement karena mobil Biru terparkir di sana.“Apa kamu benar-benar akan pergi ke Inggris?” tanya Biru saat mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang.Senja menoleh Biru yang sedang fokus menyetir, hingga kemudian dia pun membalas pertanyaan pria itu.“Tentu saja aku akan p
Biru sendiri langsung mandi begitu masuk kamar. Dia mematut diri di depan cermin dan sedang merasakan kegundahan, akibat kebimbangan akan hatinya sendiri. Biru tidak memungkiri jika masih menyukai Senja, tapi dia juga takut kalau orang-orang berpikir dia terlalu cinta dan dianggap tidak punya harga diri, karena mau menerima kembali Senja yang sudah jelas menyakiti hatinya.“Apa lebih baik aku cegah dia pergi?” Biru bertanya-tanya dalam hati, tapi kemudian menggelengkan kepala menolak pemikirannya.“Tidak, jika aku mencegahnya, maka dia akan besar kepala dan tinggi hati. Jika memang tidak jadi pergi, aku ingin itu karena dari niatnya sendiri,” gumam Biru untuk menyangkal keinginan yang melintas di kepala.**Selang beberapa jam, Senja keluar dari kamar bersamaan dengan Biru untuk makan malam, sehingga keduanya pun berpapasan.Senja mengulas senyum ke Biru, begitu juga sebaliknya. Hingga keduanya pun turun bersam
**Di rumah Nic. Senja berada di kamar dan sedang mengemasi barangnya. Tanpa dia sadari, Mina berada di ambang pintu dan sedang mengamatinya. Hingga Senja menyadari keberadaan Mina dan meminta wanita itu masuk.“Kenapa kamu harus benar-benar pergi, padahal masalah sudah reda. Seharusnya kamu tinggal saja,” ucap Mina yang masih sedih dan tidak rela jika Senja pergi.“Ini ‘kan perintah Papa. Lagi pula aku juga ingin belajar lagi untuk menambah wawasan, Ma.” Senja pun menjelaskan agar Mina tidak terus khawatir.Mina benar-benar sedih mendengar ucapan Senja, padahal dia ingin Senja mengurungkan saja niatnya pergi.“Nanti, Mama pasti akan nengokin kamu ke Inggris saat ada waktu luang,” kata Mina.“Tidak perlu dipaksa, ma. Yang penting Mama doakan saja aku selalu sehat, aku sudah seneng banget kok,” balas Senja.Setelah mengemasi semua barangnya, Senja turun ke
Biru sangat mengenal baik dan tahu bagaimana sifat Senja. Dia sudah memiliki firasat dan mencium gelagat mencurigakan gadis itu sejak beberapa hari yang lalu. Biru pun memutuskan untuk menunggu di luar, hingga dia merasa keputusannya benar saat melihat Senja keluar.Senja masih tidak menyadari keberadaan Biru yang berjalan di belakangnya, tapi begitu mendapatkan taksi dan hendak membuka pintu, tangan Senja langsung dicekal oleh Biru.“Kenapa kakak masih ada di sini?” Senja syok melihat Biru di sana. Ia bahkan gemetaran karena ketahuan.“Ternyata benar dugaanku, kamu tidak berniat pergi ke Inggris, tapi ingin pergi mencari keluargamu, ‘kan?” Biru pun langsung menebak melihat keterkejutan di wajah Senja.Biru meminta sopir taksi untuk pergi, kemudian kembali menatap Senja yang belum menjawab tebakannya. Senja diam dan bingung, hingga semakin bingung saat Biru mencecarnya kembali dengan banyak pertanyaan.&l
“Tunggu, kenapa Segara yang harus aku temui? Bukankah yang bekerjasama denganku Biru?”Rafa terkejut saat sekretarisnya berkata jika Segara mengajak bertemu untuk membahas masalah proyek kerjasamanya dengan perusahaan Nic.“Coba pastikan apakah itu benar Segara!” perintah Rafa.“Sudah saya pastikan, Pak. Memang Pak Segara yang mengajak bertemu untuk membahas masalah kerjasama itu,” ujar sekretarisnya menjelaskan.Rafa bingung sekaligus panik, nyalinya langsung ciut mengetahui Segara yang mengajaknya untuk bertemu. Dia merasa terancam dan mencium sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, tapi Rafa tahu dirinya tidak bisa mengabaikan begitu saja ajakan itu.Akhrinya Ia pun menemui Segara di tempat yang sudah disepakati. Di sana ternyata Segara sudah menunggu bersama Emir. Tatapan suami mantan istrinya itu terasa menusuk, dan bahkan membuatnya grogi.“Maaf karena jalanan agak macet, saya jadi sedikit ter
Segara memandang keluar jendela mobil yang dikendarai Emir. Ia sudah pergi dari perusahaan Prabu, dan kini sedang dalam perjalanan kembali menuju ke kantornya.“Apa Anda sudah puas dengan apa yang Anda lakukan hari ini?” tanya Emir sambil melirik ke belakang di mana Segara duduk tenang di sana.“Belum, karena aku belum melihat mereka hancur,” jawab Segara, “hanya saja jika kamu menanyakan ini kepada Nona, dia pasti akan menjawab cukup karena dia terlalu baik hati.”“Ah … benar juga. Selain cantik Nona memang sangat baik, benar-benar tipe istri idaman,” ujar Emir memuji.Segara melotot mendengar Emir memuji istrinya, dia kesal dan langsung menendang jok bagian belakang yang diduduki sekretarisnya itu.“Diam kamu! Awas kamu berani menjadikan Nona fantasi!”Emir pun takut, dia memasang muka memelas sambil memandang Segara yang melotot padanya dari kaca spion tengah.Semen
Beberapa menit berselang, Senja pun sudah berada di kafe tempatnya janjian bertemu Sandra, dia menunggu di sana cukup lama karena Sandra tidak kunjung datang. Hingga akhirnya sepupu Nona itu tiba dan Senja pun langsung memicingkan mata."Bukankah aku pernah bilang untuk tidak mendekati kak Biru, kenapa kamu masih terus mendekatinya!" ketus Senja."Ya, suka-suka aku. Biru juga tidak keberatan," balas Sandra.Senja dengan penuh percaya diri menunjukkan cincin yang tersemat di jari manis, kemudian berkata, "Aku dan kak Biru sudah kembali bersama, jadi kamu tidak usah macam-macam."Sandra terkejut, tapi tentunya tidak terima begitu saja."Kamu pasti bohong hanya agar aku tidak mendekati Biru."Senja kesal karena Sandra tidak percaya, dia pun bersiap menjawab, tapi terlebih dulu ada suara lain yang membalas."Dia tidak berbohong."Senja dan Sandra pun menoleh bersamaan, mereka sama-sama terkejut dan tak menyangka melihat
Delapan bulan kemudian.Suasana sebuah rumah sakit tampak ramai seperti biasa. Di salah satu ruang inap yang ada di sana, Nona berbaring dengan wajah pucat dan tampak lemas karena baru saja melahirkan.Nona memandang orang-orang yang ada di ruangan bersamanya, meski dia lelah, tapi semua itu terbayarkan dengan melihat senyum orang-orang yang ada di sana, terutama Segara.“Dia menggemaskan, ‘kan?” tanya Segara ke Mina yang sedang menggendong anaknya dan Nona.“Iya, dia tampan sekali,” balas Mina dengan tatapan tidak teralihkan dari bayi yang ada di gendongan.Nona melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan. Di saat Nona bahagia dengan kelahiran bayinya, ada Senja yang dua kali lipat merasakan kebahagiaan, sebab sebentar lagi dia bisa menikah dengan Biru.“Bisa tampan begini, dia mirip siapa ya?” Mina memperhatikan dengan seksama wajah cucunya.“Sepertinya mirip Nona dan Se
Setelah makan siang di kantin. Nona kembali ke ruang kerja bersama Segara. Di sana dia duduk di sofa sambil memandang suaminya yang kini sudah fokus ke pekerjaan.“Apa benar kalau kamu yang melaporkan Austin ke polisi?” tanya Nona yang sejak tadi penasaran.“Bukan, aku hanya cepu,” jawab Segara dengan entengnya.Nona berdecak mendengar jawaban sang suami. “Itu sama saja,” balasnya gemas.Segara melirik Nona yang terlihat cemberut dan kesal karena ucapannya, hingga dia tersenyum-senyum dan membuat Nona akhirnya tertawa.“Oh ya. Tante Maya ingin pergi dari panti asuhan bu Dewi untuk melanjutkan hidupnya.”Segara mengerutkan kening menatap Nona sekilas, kemudian berkata, “Baguslah, setidaknya dia tidak patah semangat dan tidak terus bergantung kepada orang lain.”“Hem … meski sebenarnya aku merasa sangat kasihan, tapi mau bagaimana lagi,” ujar Nona sambi
[Terima kasih Nona, karena kamu sudah mau membantu kami.][ Oh… ya apa mungkin kamu mau membeli rumah Papa? Kami akan menjual rumah itu untuk mencari rumah yang agak kecil ]Nona terdiam. Ia tiba-tiba saja merasa kasihan, tapi tidak mungkin bisa membantu dengan membeli rumah itu. Mencoba untuk bersikap biasa, Nona pun membalas pesan Sandra.[Bagaimana kondisi Paman?]Nona mengirimkan pesan itu dan menunggu jawaban dari sang sepupu, hingga beberapa saat kemudian Sandra membalas.[ Kondisi Papa sudah membaik setelah menjalani operasi.]Meski membenci prabu, tapi Nona merasa lega. Ia pun meminta Sandra untuk terus menjaga Prabu dengan baik.Segara yang baru selesai rapat tampak berjalan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana. Ia pun menyapa Emir dan diberitahu kalau Nona ada di ruangan. Segara terlihat senang dan langsung masuk. Begitu melihat Nona yang sedang fokus menatap ponsel, pria itu pun mendekat dan langsung mereb
Mata Nona langsung berbinar, dia senang mendengar kata rujak yang baru saja Senja ucapkan.“Kamu turun dulu, aku akan menyusul,” balas Nona.Senja mengangguk dan meninggalkan Nona lebih dulu. Kakak iparnya itu berniat pamit ke Segara.“Mama bikin rujak, aku mau ikut makan,” kata Nona tanpa mendekat karena takut ditahan oleh sang suami.“Tidak! kamu tidak boleh keluar dari sini. Kamu harus membayar hutang dulu,” balas Segara.“Tapi aku pengen banget. Kamu harus tahan dulu nafsumu, ini demi anak kita.”Setelah mengatakan itu, Nona pun kabur keluar kamar. Ia berjalan cepat takut jika sampai sang suami mencegah.Segara pun berteriak-teriak frustasi melihat Nona kabur, hingga akhirnya dia pun memilih keluar dari kamar dan menyusul Nona ke bawah.Segara ikut makan rujak, sengaja menunggui Nona agar cepat selesai dan segera kembali ke kamar.
Hari Minggu pagi Nona memilih pergi ke rumah mertuanya bersama sang suami. Pembantu rumah mengatakan jika Mina dan Senja ada di belakang sedang berkebun, sehingga Nona pun memilih menyusul ke sana meninggalkan Segara yang berbelok ke dapur untuk mengambil minum.Saat sampai di belakang rumah. Nona melihat Senja sedang membantu Mina menanam bunga, Nona pun mendekat dan langsung menyapa.“Eh, kamu datang sama Segara 'kan?” tanya Mina saat melihat sang mantu.“Iya, Ma. Dia di dalam tuh, langsung mau minum katanya,” jawab Nona.“Kayak habis lari-lari aja dia, datang-datang langsung minum,” seloroh Senja.Mina dan Nona pun tertawa mendengar candaan Senja. Semenjak dibantu gadis itu dari penculik yang ingin membuatnya celaka, Nona memang bersikap baik ke Senja.“Ngomong-ngomong Nona, apa kamu tidak ngidam?” tanya Mina tiba-tiba. Ia sampai menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sekop kecil untuk menoleh Nona.&nb
Segara benar-benar berubah menjadi suami idaman yang sangat perhatian. Sosoknya yang kaku seperti kanebo kering kini hangat bak selimut bulu.Nona melebarkan senyum, dia senang karena Segara menemaninya seharian. Mereka duduk sofa yang terdapat di kamar, menikmati buah sambil menonton acara televisi.Hingga saluran televisi yang sedang ditonton Nona, menayangkan acara sekilas info, yang berisi berita atau peristiwa terbaru.“Buka mulutmu,” perintah Segara yang siap menyuapi Nona dengan potongan buah mangga.Nona membuka mulut dan membiarkan sang suami menyuapi, bahkan mengabaikan pembawa berita yang sedang membacakan berita terkini.‘Seorang wanita menjadi korban penusukan. Di depan banyak pengunjung sebuah kafe, pria berinisial RF menusuk wanita bernama KR berulang kali, hingga membuat korban terluka sebelum akhirnya meninggal dunia.’Mendengar inisial nama yang seperti familiar di tel
“Ya, kacau. Aku yakin kalau Segara membeberkan masalah ini ke perusahaan-perusahaan yang bekerjasama denganku. Sehingga mereka kini juga ikut mundur dan tidak mau bekerjasama. Mereka tidak mau karena takut aku tipu!” geram Rafa hingga memukul pahanya sendiriKarin syok mendengar ucapan Rafa, jika seperti ini bisa dipastikan kalau perusahaan Rafa sebentar lagi akan bangkrut.“Jika mereka membatalkan kerjasama, apa itu artinya kamu akan bangkrut?” tanya Karin dengan ekspresi wajah cemas. Dia takut Rafa tidak akan memiliki apa-apa lagi dan tidak bisa menjadi ATM berjalannya. Tentu saja Karin tidak mau hidup miskin.Rafa mengusap kasar wajahnya berulang kali. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dan otaknya terasa buntu.“Rafa, jawab! Apa kamu akan bangkrut dan kamu akan jatuh miskin!” Karin geram dan terus memastikan kelanjutan nasib perusahaan kekasihnya itu.“Kemungkinan itu akan terjadi, apalagi bebera
Hari itu Rafa berada di ruangannya sibuk mengecek berkas. Dia juga masih bingung karena tekanan dan ancaman Segara. Hingga tiba-tiba sekretarisnya masuk dan membuat Rafa terkejut.“Ada apa? Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, hah!” bentak Rafa yang geram karena dia sendiri sedang banyak beban pikiran. Belum lagi Maya yang tiba-tiba menghilang dari rumah sakit, membuatnya cemas jika sampai wanita itu membocorkan perbuatan buruk yang sudah dia lakukan.Sekretaris Rafa tampak takut juga bingung, apalagi dia harus menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat Rafa semakin murka.“Ada apa? Kenapa kamu sekarang diam?” Rafa membentak, wajahnya memerah sudah dipenuhi oleh amarah.“Itu, Pak. Kita baru saja mendapatkan konfirmasi pembatalan sepihak dari beberapa perusahaan yang ingin bekerjasama dengan kita,” jawab sekretaris Rafa.“Apa?” Rafa syok bahkan terbengong m
Beberapa menit berselang, Senja pun sudah berada di kafe tempatnya janjian bertemu Sandra, dia menunggu di sana cukup lama karena Sandra tidak kunjung datang. Hingga akhirnya sepupu Nona itu tiba dan Senja pun langsung memicingkan mata."Bukankah aku pernah bilang untuk tidak mendekati kak Biru, kenapa kamu masih terus mendekatinya!" ketus Senja."Ya, suka-suka aku. Biru juga tidak keberatan," balas Sandra.Senja dengan penuh percaya diri menunjukkan cincin yang tersemat di jari manis, kemudian berkata, "Aku dan kak Biru sudah kembali bersama, jadi kamu tidak usah macam-macam."Sandra terkejut, tapi tentunya tidak terima begitu saja."Kamu pasti bohong hanya agar aku tidak mendekati Biru."Senja kesal karena Sandra tidak percaya, dia pun bersiap menjawab, tapi terlebih dulu ada suara lain yang membalas."Dia tidak berbohong."Senja dan Sandra pun menoleh bersamaan, mereka sama-sama terkejut dan tak menyangka melihat