Home / Pernikahan / Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar / Bab 22. Meninggalkan Rumah

Share

Bab 22. Meninggalkan Rumah

Author: Nikma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Malam itu, Alisha merasa tak lagi sanggup menahan beban emosional yang menghimpitnya. Dia tak lagi bisa berada di rumah yang selalu menyiksanya seperti neraka. Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk pergi, bahkan jika itu berarti meninggalkan segalanya di belakang.

Dia mengemasi pakaiannya satu per satu dan memasukkannya ke dalam koper tua yang tergeletak di sudut kamar. Setiap pakaian yang dia lipat dan setiap barang yang dia ambil terasa seperti membebaskan dirinya dari belenggu yang telah lama mengikatnya.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya yang jumlahnya sangat terbatas, Alisha segera keluar dari kamar— lalu menghampiri Faisal, Nur, Farida dan Farhan yang masih di ruang tengah. Meskipun malam sudah larut, baik Faisal, Farida, maupun Nur tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menghentikan Alisha. Mereka terdiam, seolah tak peduli.

Ketika Alisha pamit, suasana ruangan terasa semakin hening. Tak ada kata-kata atau pun tanda-tanda penyesalan, hanya keheningan yang terasa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 23. Keadaan Dion

    Mobil yang dikendarai Cantika melaju dengan tenang di tengah ramainya jalanan Jakarta. Sementara itu, di sebelahnya, Lian sibuk menjaga Cio yang tak henti-hentinya ingin berdiri di pangkuannya. Bayi yang hampir genap 12 bulan itu terlihat sangat aktif, terutama karena kedua kakaknya yang duduk di belakang terus menggodanya, mengajak bermain cilukba. “Kak Nala, sama Kak Theo, udahan godain adek ya. Ayah capek banget ini,” ujar Lian dengan lembut, mencoba menegur anak-anaknya. Theo, si sulung yang kini berusia lima tahun, langsung mengangguk mengerti. Nala pun ikut manggut-manggut setuju. “Ayah capek gara-gara semalem nungguin Om Dion ya?” tanya Nala, anak tengah yang berusia tiga tahun, sambil menatap Ayah mereka dengan tatapan penasaran. “Kalo buat Om Dion, ayah kalian mana ada capeknya? Ini buktinya mau balik ke rumah sakit buat jagain om Dion lagi,” sahut Cantika agak menyindir suaminya yang sepertinya agak memaksakan diri ingin terus menjaga sahabatnya. “Kan Dion sendirian di ru

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 24. Makanan Untuk Alisha

    Farhan tampak memasak di dapur. Suara pisau yang beradu dengan talenan menarik perhatian Nur yang melintas di sekitar area itu. Nur berjalan mendekati Farhan, kaget melihat putranya yang sedang sibuk memotong banyak sekali sayur. “Kamu ngapain?” tanyanya.“Masak, Bu,” jawab Farhan singkat, tanpa mengalihkan perhatiannya pada Nur. Wajahnya terlihat serius, fokus pada kegiatannya.Nur kemudian terdiam, menatap wajah anak tengahnya dengan seksama. Kulit muka Farhan yang putih menyisakan jejak kemerahan bekas tamparan semalam, membuat Nur merasa bersalah.“Farhan, ibu minta maaf, ya,” kata Nur penuh penyesalan.Farhan berhenti memotong wortel, lalu menoleh pada Ibunya. Matanya menyiratkan kekecewaan, tapi Farhan tahu jika menghormati ibunya ada sesuatu yang mutlak, “Kenapa ibu minta maaf?” tanyanya dengan lembut.“Ibu semalam nampar kamu, masih sakit?” tanya Nur sambil membelai pipi Farhan yang sebelumnya dia tampar.Farhan menggeleng, “Ini gak sakit.”“Beneran?”Farhan mengangguk, “Bener

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 25. Pekerjaan

    Farhan meletakkan rantang makanan di depan pintu kos Alisha, kemudian langsung melangkah hendak pergi. Namun sebelum langkah Farhan jauh, terdengar suara pintu dibuka. Alisha muncul dari balik pintu dan kaget melihat rantang di depan pintu kosnya. Alisha menoleh, melihat punggung seseorang yang dikenalnya sedang melangkah menjauh, “Farhan,” panggilnya.Farhan balik badan, lalu tersenyum saat melihat Alisha. “Mbak.”“Kamu yang bawa ini?” tanya Alisha sambil mengangkat rantang yang sebelumnya diletakkan Farhan.Farhan mengangguk santai, “Aku bawain buat makan hari ini. Kayaknya cukup sampe nanti malam.”Alisha melangkah mendekat lalu mengembalikan rantang itu pada Farhan, “Makasih, Farhan, tapi kamu gak perlu ngelakuin ini.”Farhan terdiam, enggan menerima kembali rantang itu. Dan wajahnya pun berubah kesal, “Mbak, menolak pemberian orang itu gak baik, apalagi aku udah susah payah masak, sampe nganterin ke sini.”“Farhan, aku hargain kebaikan kamu. Tapi aku gak bisa nerima ini.” Alisha

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 26. Wawancara

    Cantika duduk di balik meja kerjanya sembari bertelepon dengan salah satu klien-nya.“Iya, Bu Widya. Kami pasti mewujudkan gaun pengantin impian Anda,” ucap Cantika penuh keyakinan, sedangkan tangan kanannya tampak gesit mencatat note penting di buku agendanya.“Oke, Bu Widya tenang saja, pasti saya pastikan detail-detail terakhirnya akan sempurna. Setelah ini saya akan kirim gambaran desain yang sudah diperbaharui. Terima kasih sudah percaya pada butik kami.”Saat Cantika baru saja menutup sambungan telepon, terdengar suara ketukan pintu.“Masuk,” sahut Cantika.Tak lama kemudian, Farhan membuka pintu ruangan Cantika.“Kenapa, Han?” tanya Cantika, menoleh dari meja kerjanya.Farhan mendekat ke meja Cantika dengan tatapan agak ragu. “Kak, aku udah ada kandidat calon pengganti Rini. Jam 10 nanti orangnya dateng, tolong kamu aja yang wawancara sama ngetes dia ya.”Cantika mengernyit heran, “Kenapa gak sekalian kamu aja?”Farhan tersenyum kikuk, merasa agak tidak enak hati. “Itu... Kan

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 27. Bersama Wanita Lain

    Alisha kaget melihat Lian dan Farhan memasuki butik. Farhan tersenyum hangat saat menghampirinya. “Halo, Mbak,” sapanya lembut.Lian juga ikut tersenyum, bayi di gendongannya pun melambai-lambai saat melihat Cantika, seolah merindukan sumber kehidupannya. “Nenen, nenen,” celoteh bayi itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Cantika.Cantika tertawa riang dan segera meraih tubuh bayi dari gendongan Lian. “Maaf ya, Alisha, aku cuma bisa nganter sampe sini. Anak aku kelaparan, dia ingin nenen,” jelas Cantika.Alisha mengangguk memahami. Matanya memperhatikan Cantika yang membawa bayi itu masuk ke dalam, sementara Alisha kembali menatap Lian dan Farhan. “Saya nggak nyangka ternyata Mas Lian suaminya Mbak Cantika. Kebetulan banget,” ucapnya.Lian tersenyum ramah. “Aku lebih kelihatan kayak baby sitter ya?” godanya.Alisha tertawa kecil. “Gak gitu, Mas.”Farhan ikut berbicara, memuji Lian. “Lo lebih mirip model, Kak. Kalo si kecil gak nempelin lo mulu, pasti bakal banyak yang ngejar-ngejar

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 28. Calon Pengganti Alisha

    Senja mulai turun ketika motor Farhan tiba di halaman rumahnya. Dia segera turun dari motor, lalu melangkah menuju rumah sambil sibuk dengan ponselnya, membalas beberapa pesan dari Cantika yang masih membahas beberapa urusan pekerjaan.Saat langkahnya tiba di ruang tamu, sejenak dia terhenti, tersadar dengan adanya Faisal dan Rahma yang duduk berduaan di ruang tamu. Mata Farhan langsung menyipit, terlihat tidak senang melihat Rahma di sana.Dia menghela napas panjang, ragu apakah harus menegur Faisal atau tidak. Tak ingin ribut dengan kakaknya, Farhan memutuskan untuk mengabaikan apa yang dia lihat, kemudian melengos dan berjalan menuju kamarnya tanpa mengatakan apa pun.Melihat sikap Farhan yang acuh tak acuh membuat Faisal kesal. “Baru pulang bukannya salam, malah ngeloyor gitu aja. Kamu udah nggak mau ngehormatin kakak kamu?” sindir Faisal.“Assalamualaikum,” salam Farhan meski terkesan terpaksa. Itu pun tanpa menoleh ke a

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 29. Menyimpan Hati untuk Alisha

    Lian melangkah di lorong rumah sakit sambil mendorong stroller. Di dalam stroller, Cio tampak riang mengoceh, mengiringi setiap langkah ayahnya. “Udah hampir jam delapan, kamu kenapa masih semangat banget? Biasanya udah ngantuk?” gumam Lian, heran melihat Cio masih segar padahal hampir masuk jam tidurnya.Seolah memahami kata-kata ayahnya, Cio terus mengoceh dengan riang, seakan-akan mengajak Lian untuk berbagi kegembiraan. Lian pun terus menyahuti setiap suara yang keluar dari bibir kecil putra bungsunya.Saat mereka tiba di depan ruangan Dion, kebetulan Wina dan Damar baru keluar dari ruangan tersebut. Mereka tampak terkejut melihat kedatangan Lian.“Lian, kamu kok balik lagi?” tanya Damar heran.“Iya, om. Sebenernya saya lagi nemenin Cantika belanja kebutuhan anak-anak, di supermarket sebelah. Bosen saya nunggu lama, makanya mending ke sini dulu nengokin Dion sebentar,” jelas Lian. “Dionnya be

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 30. Tugas Pertama

    Suasana pagi yang cerah menyambut kedatangan Alisha di butik Cantika— tempat kerja barunya sebagai penjahit akan dimulai. Ketika pintu butik terbuka, Alisha disambut oleh Maya, salah satu karyawan Cantika.“Halo, Mbak Alisha, penjahit baru ya? Kenalin aku Maya, asistennya Kak Cantika,” sapa Maya dengan ramah sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Alisha tersenyum, menyambut uluran tangan Maya. “Salam kenal, Mbak Maya.”“Udah siap kerja hari ini mbak Alisha?” tanya Maya basa-basi.“Siap dong,” jawab Alisha mantap.“Kalo gitu, yuk aku anter ke ruanga mbak.” Maya mengajak Alisha berjalan melintasi lorong butik yang dihiasi dengan bunga segar dan sentuhan seni di dinding. Mereka menuju ke ruang kerja Alisha, melewati rak-rak penuh dengan kain-kain berwarna-warni dan manik-manik berkilauan yang menggantung di sekitar mereka.Setelah melewati lorong, mereka tiba di ruang kerja Alis

Latest chapter

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 93. Semua Baik Baik Saja

    Senja mulai merayap di tepi danau yang tenang, memancarkan warna jingga keemasan yang memukau. Tenda-tenda berwarna-warni berdiri kokoh di antara pepohonan pinus, sementara suara riang tawa dan canda para karyawan Cantika memenuhi udara. Mereka menikmati camping bersama sebagai bonus atas pencapaian kerja tim selama ini. Suasana penuh keakraban dan kegembiraan terasa hangat di tengah sejuknya angin sore.Cantika, dengan senyum ceria, sibuk mengatur segala sesuatu. “Ayo, teman-teman! Kita siapkan untuk bakar-bakar malam ini!” serunya sambil menggulung lengan bajunya. Anak-anak karyawan berlarian dengan riang, bermain kejar-kejaran di sekitar perkemahan.Di sudut lain, Alisha duduk di dekat tenda sambil memperhatikan Haqi yang tertidur pulas di kereta bayinya. Matanya kemudian tertuju pada sosok Farhan yang berdiri sendiri di tepi danau. Pemuda itu tampak termenung, menatap jauh ke permukaan air yang memantulkan cahaya matahari terbenam. Wajahnya menggambarkan kesedihan yang sulit diung

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 92. Rumah Lama

    Hari Minggu pagi yang cerah. Alisha dengan telaten memandikan Haqi dan memakaikannya baju lucu bergambar hewan. Bayi itu tertawa riang, menikmati perhatian dari ibunya. Setelah selesai, Alisha menyematkan topi rajut kecil di kepala Haqi, membuat bayi itu semakin menggemaskan.“Siapa yang mau jalan-jalan?” tanya Alisha dengan suara ceria, menciumi pipi Haqi yang lembut, menikmati aroma segar minyak telon yang dipakai bayi itu.Haqi tertawa riang dan membalas ciuman ibunya dengan menggigit pipinya karena gemas, membuat Alisha tertawa. Setelah memasangkan kaos kaki, Alisha mengangkat tubuh Haqi dan menggendongnya dengan kain gendongan, memastikan dia nyaman dan aman.“Siap jalan-jalan, Nak?” kata Alisha sambil bersiap keluar. Namun, ketika baru saja membuka pintu, dia terkejut melihat Rona berdiri di depan pintu.“Ada bos kamu tuh,” kata Rona sambil tersenyum.“Kak Cantika?” tanya Alisha, merasa heran de

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 91. Rumah Rusak

    Alisha terdiam, merasakan perasaannya bergemuruh. Ada kesedihan yang mendalam di matanya, namun dia mencoba untuk memahami dan menghormati keinginan Farhan.Farhan menghela napas panjang, lalu berkata, “Dan soal gelang itu—aku lega kalo kamu suka. Kamu boleh simpan. Tapi soal tawaran sebelumnya, itu udah gak berlaku.”Deg! Alisha merasakan hatinya tercekat, seolah diremas oleh perasaan kecewa dan sakit yang mendalam. Air mata menggenang di matanya, namun dia tetap diam, menahan perasaannya.“Kamu sebaiknya memang sama Dion,” lanjut Farhan dengan suara serak, sambil menyandang tasnya. Tanpa menunggu reaksi Alisha, dia berbalik dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan Alisha yang terpaku di tempatnya.Farhan berjalan cepat di koridor butik. Pikiran dan perasaannya bergejolak, namun dia tahu bahwa meninggalkan Alisha mungkin adalah pilihan terbaik. Di belakangnya, Alisha hanya bisa berdiri di ambang pintu ruang kerja, melihat p

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 90. Jalan Buntu

    Alisha duduk di kursi di seberang meja Farhan, berusaha menangkap tatapan matanya. Namun, Farhan tetap terpaku pada buku sketsa di depannya. Alisha merasa ada sesuatu yang sangat salah.“Kamu kelihatan capek, Farhan,” ucap Alisha lembut. “Mungkin sebaiknya kamu pulang dan istirahat. Ide bisa menunggu besok.”Farhan tersenyum tipis, tapi senyum itu tidak mencapai matanya. “Aku nggak capek, Mbak. Kamu pulang aja duluan, aku masih mau nerusin kerjaanku.”Alisha merasa ada dorongan kuat untuk tidak meninggalkan Farhan sendirian, tapi sebelum dia sempat berkata lebih jauh, Farhan menyela, “Duluan aja, Mbak.”Tatapan kosong Farhan dan caranya menghindari percakapan lebih lanjut membuat Alisha merasa tak berdaya. Dia akhirnya mengangguk, meskipun hatinya menolak. Dengan langkah berat, Alisha bangkit dan berjalan menuju pintu. Namun, setibanya di ambang pintu, dia berhenti dan menoleh kembali ke arah Farhan.

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 89. Kosong

    Farhan menoleh perlahan, tatapannya masih kosong.“Farhan, kamu gapapa?” tanya Alisha dengan nada penuh perhatian.Farhan menghela napas dalam. “Aku gapapa, Mbak. Kita balik ke butik sekarang aja. Kamu bareng aku atau—”“Aku bareng kamu,” kata Alisha cepat.Mereka berjalan bersama keluar dari bandara, suasana sekeliling terasa hening meskipun ada keramaian orang yang berlalu lalang. Alisha terus memerhatikan Farhan, dia tahu jika pemuda itu sedang berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, tatapan kosong dan langkah berat Farhan memperlihatkan sebaliknya.Sepanjang perjalanan ke butik, Alisha mencoba mencari cara untuk mencairkan suasana. “Farhan, kamu tahu nggak? Haqi mulai suka main di taman sekarang. Padahal sebelumnya dia takut sama rumput,” katanya, berharap cerita tentang Haqi bisa sedikit menghibur Farhan.Farhan tersenyum tipis. “Syukurlah, Haqi udah nggak takut lagi.”

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 88. Mengantar Farida

    Alisha meminta izin tidak masuk kerja selama beberapa hari untuk menjaga Haqi yang sakit. Bayi itu menjadi manja selama sakit dan ingin terus berada di dekat Alisha. Haqi menempel sepanjang hari padanya, membuat Alisha tidak bisa beranjak jauh. Ketika akhirnya Haqi pulih sepenuhnya dan kembali tersenyum seperti biasanya, Alisha merasa lega. Dia bisa kembali bekerja dan menitipkan Haqi pada Rona.“Jangan sakit lagi ya, sayang,” kata Alisha sambil menciumi pipi Haqi sebelum memberikan bayi itu pada Rona.“Saya berangkat kerja dulu, Bu,” kata Alisha.“Iya, hati-hati,” jawab Rona sambil tersenyum.Alisha mengangguk, lalu keluar dari kosan menuju butik. Setibanya di butik, Alisha terkejut melihat Farhan sudah duduk di balik mejanya. Ada rasa senang melihat pemuda itu kembali bekerja di ruangan yang sama dengannya. Farhan menoleh saat melihat Alisha baru tiba.“Haqi gimana, Mbak?” tanya Farhan.&ldqu

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 87. Haqi Demam

    “Ada apa, Mbak?” tanya Farhan.“Itu... Aku baru tahu kamu sering jengukin Haqi tanpa aku tahu. Aku juga mau bilang makasih, buat mainan yang udah kamu kasih buat Haqi,” kata Alisha, suaranya terdengar gugup.Farhan terdiam beberapa saat. “Maaf, Mbak. Aku cuma kangen sama Haqi—”“Nggak, Farhan. Justru aku yang minta maaf— aku harap kamu bisa lupain ucapan aku sebelumnya, soal—”Ucapan Alisha terputus karena tiba-tiba terdengar suara Haqi yang terbangun dan menangis kencang.“Kenapa, Nak?” tanya Alisha dengan panik.Haqi menangis keras, tidak seperti biasanya. Wajahnya memerah, dan tubuhnya berkeringat.Farhan yang mendengar suara tangis Haqi menjadi panik. “Haqi kenapa, Mbak?”Alisha belum sempat menjawab, dia meletakkan ponselnya di kasur dan segera meraih tubuh Haqi untuk menggendongnya. Tubuh Haqi semakin panas.Alisha mengusap ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 86. Mainan Haqi

    Jam pulang tiba, Alisha keluar dari butik dengan langkah pelan. Hatinya masih penuh dengan kebingungan dan kesedihan akibat jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Farhan.Saat Alisha mencapai halaman butik, sebuah mobil Fortuner hitam berhenti di dekatnya. Dion turun dari mobil dengan senyum ramah.“Udah mau pulang, Lis?” tanya Dion.“Iya, Mas,” jawab Alisha sambil mencoba tersenyum. “Mas Dion mau ketemu sama Mas Lian?”“Iya, ada urusan yang perlu dibicarakan sama dia,” kata Dion, sambil mengamati wajah Alisha yang terlihat lelah. “Kamu kelihatan capek banget?”Alisha hanya tersenyum. “Namanya juga kerja, Mas.”Mereka berbincang sesaat, membahas beberapa hal ringan. Namun, perhatian Alisha terusik saat melihat Farhan keluar dari butik. Hati Alisha berdebar melihatnya, namun wajah Farhan tetap datar.Farhan berjalan menuju parkiran tanpa sedikit pun melihat ke

  • Dibuang Suami, Dinikahi Adik Ipar   Bab 85. Tembok Tak Kasat Mata

    Jam istirahat hampir berakhir, dan Farhan masih di ruangannya, tenggelam dalam pekerjaan. Dia tampak fokus, meskipun wajahnya terlihat lelah.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Lian masuk sambil menuntun Cio yang kini hampir berusia dua tahun. Lian tersenyum saat Farhan menoleh ke arahnya.“Panggil Om Farhan, gitu,” kata Lian pada Cio.Cio yang masih kecil dan menggemaskan berusaha mengikuti instruksi ayahnya. “Ahan...” panggilnya dengan suara nyaring dan polos.Farhan tersenyum saat melihat Lian dan Cio mendekatinya.“Om,” ralat Lian.“Ong,” kata Cio dengan usaha keras.“Hai, Cio! Apa kabar, Jagoan?” sapa Farhan sambil mengulurkan tangannya untuk menyapa Cio.Cio berlari kecil menghampiri Farhan, tertawa riang. Cio langsung memeluk Farhan, ingin digendong.Farhan mengerti kode itu dan segera mengangkat tubuh Cio, lalu mendekapnya. Farhan tersenyum meski tipis

DMCA.com Protection Status