Share

06. Sanggup Membeli?

Penulis: Hannfirda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-26 21:29:09

"Eh? Apa-apaan ini?! Siapa kalian?!"

Bukan hanya Yudha dan Kamilia saja yang bingung. Bahkan, Marla menggapai tangan suaminya dengan penuh tanda tanya. Mengapa orang-orang bersetelan itu memanggil Arjuna dengan sebutan 'Tuan'?

Marla memicingkan mata, menyadari jika orang-orang itu merupakan para saksi yang datang ke akad nikahnya kemarin. Dia ingin bertanya kepada Arjuna mengenai apa yang sedang terjadi. Meski sekelebatan, akad nikah yang berlangsung di KUA itu masih teringat jelas di kepala Marla.

Akan tetapi, saat menoleh dia sempat memergoki Arjuna menggeleng ke arah empat pria bersetelan itu. Empat pria tersebut melempar pandang untuk beberapa saat, tetapi pada akhirnya mundur selangkah.

"Nah! Saya mau tanya, apa maksud kalian tadi, hah?! Kenapa kalian malah mengelilingi saya dan suami saya seperti kami ini seorang kriminal?!"

Kamilia masih meneruskan ocehannya, sedangkan diam-diam Yudha mengamati tautan tangan Arjuna dan Marla yang begitu erat. Terdapat setitik kekesalan yang bersarang dalam hatinya.

Secara perlahan, salah satu pria bersetelan itu maju selangkah dan menunduk meminta maaf.

"Maafkan kami, Tuan dan Nyonya. Kami hanya ingin memastikan bahwa tidak ada keributan di toko ini. Jika ingin berbelanja, silakan berbelanja dengan tenang."

"Cih!" Kamilia memandang rendah pria tersebut. "Dasar! Toko macam apa ini? Pelayanannya tidak ramah sekali. Bagaimana kalau kita pergi saja, Yudha? Aku malas memilih pakaian di sini, soalnya kedapatan harus melihat wajah mereka berdua."

Yudha tak mengucapkan apa pun, tetapi pria itu sangat ingin pergi dari sana karena alasan lain.

"Oh iya," Kamilia berbalik sekali lagi sebelum keluar dari toko tersebut. "Jangan lupa datang ke resepsi pernikahan kami ya, Marla? Ah, tapi kamu harus memantaskan diri. Asal kamu tahu, tamu-tamu yang akan datang ke resepsi pernikahan kami itu dari kalangan atas semua."

Kamilia melipat tangan di depan dada, memindai penampilan Arjuna dan Marla lalu tertawa kecil.

"Penampilan kalian menyedihkan sekali. Sebenarnya kalian tidak pantas untuk menjadi tamu di resepsi pernikahan kami. Tapi, karena kamu pernah mengabdi untuk keluarga Anugerah, kami berbaik hati mengundangmu untuk datang."

"Sudahlah, Kamilia," Yudha menarik tangan Kamilia, "ayo! Nanti kita harus mengantarkan undangan ke kediaman besar Wirajaya. Pastinya, seluruh keluarga besar mereka akan bersedia untuk datang dan memeriahkan pernikahan kita."

Mendengar nama tersebut, Arjuna mengernyit. "Wirajaya?"

"Baik, Sayang. Aku tidak sabar untuk berkunjung ke rumah mereka setelah ini. Jadi, sampai jumpa para pecundang~"

Selepas keduanya benar-benar berlalu, Marla mendapati empat pria bersetelan itu menunduk sekilas sebelum pamit. Tanpa memberikan penjelasan tentang kedatangan mereka yang secara mendadak, seolah-olah memang tak dipersilakan membuka mulut.

'Tadi aku tidak salah mendengar kan? Bagaimana bisa mereka mengetahui namaku?'

Marla merasakan genggaman Arjuna yang masih dieratkan pada tangan kanannya. Wanita itu terpaku, sehingga melupakan pertanyaan yang melintas dalam kepalanya tadi.

"Mas?"

Tersadar karena panggilan dari sang istri, Arjuna menoleh. Pria itu mengulum senyum. "Maaf, sepertinya aku salah pilih toko."

"Ha? Tidak kok ...."

Marla menggigit bibir bawahnya. Tertangkap secuil rasa bersalah dalam sepasang bola mata Arjuna yang membuat hati Marla menghangat.

'Apakah Mas Arjuna merasa bersalah karena membawaku ke toko ini dan berakhir dikata-katai oleh Mas Yudha dan Kamilia lagi?'

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu memilih beberapa pakaian? Ah, satu lagi, karena kita diundang ke resepsi pernikahan mereka, lebih baik sekalian saja kamu membeli pakaian baru."

Marla terperangah. Mereka berada di toko pakaian yang cukup mahal. Memilih kaus biasa saja sudah membuat Marla ketar-ketir.

Akan tetapi, suaminya yang seorang montir itu malah menyuruhnya untuk sekalian membeli pakaian untuk dipakai saat menghadiri resepsi pernikahan Yudha dan Kamilia?

'Mas Arjuna sedang kerasukan sesuatu? Memangnya dia punya uang untuk membelinya?'

Seakan-akan mampu mendengar isi hati Marla, Arjuna mengusap puncak kepala sang istri dengan penuh kelembutan.

"Beli saja yang kamu mau, Marla. Tidak perlu bingung perkara bagaimana pembayarannya, suamimu ini akan membayarnya, hm?"

Bagai dihipnotis, Marla mengangguk kikuk lantas ditemani oleh salah satu pramuniaga yang berada di sana. Melihat harga yang tertera pada tiap pakaian, membuat Marla menahan napas.

"Bagaimana ini? Mas Arjuna pasti menyuruhku untuk membeli pakaian di sini karena tidak mau kalah dari Mas Yudha tadi. Astaga, kenapa kami harus bertemu di saat seperti ini sih?"

Pada akhirnya, Marla memilih salah satu gaun terusan selutut yang terlihat cantik tapi tetap sopan. Bagaimanapun, dia sudah telanjur diundang untuk datang, dan Arjuna menyanggupi.

Ketika dia mencari keberadaan Arjuna untuk memberitahukan pakaian yang dibeli, rupanya suaminya itu sedang bertelepon dengan seseorang.

"Sudah datang? Mereka berdua?"

Marla berhenti lima langkah di belakang pria itu. "Apanya yang datang? Apakah setelah ini Mas Arjuna masih harus bekerja?"

"Ya, jangan lupa kabari saya!"

Sambungan panggilan terputus, lantas Marla baru memberanikan diri mendekat.

"Mas? Aku sudah pilih satu."

Alis kanan pria itu meninggi. "Satu saja? Kenapa tidak pilih lagi?"

Marla cepat-cepat menggeleng. Yang ada, dia malah terlihat seperti istri tidak tahu diri yang berusaha membuat suaminya merasa dirampok. Arjuna mengajaknya membeli pakaian hanya untuk membuktikan bahwa pria itu sanggup memberikan kenyamanan sebagai seorang suami.

"Tidak, Mas. Ini saja dulu. Besok-besok, aku mau coba beli di toko lain." Kilahnya.

Arjuna mengangguk, kemudian melangkah bebarengan untuk membayar pakaian yang Marla pilih ke kasir. Saat itu, Marla mendapatkan panggilan masuk dari Bu Maryam.

"Mas, aku mau jawab telepon dari Bu Maryam dulu," pamitnya seraya melangkah keluar.

Akan tetapi, sebelum keluar dari toko tersebut, Marla menyadari jika suaminya tak kunjung membayar pakaiannya. Malahan, pria itu menatap para pramuniaga yang ada di sana dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

'Ada apa ini? Jangan bilang kalau Mas Arjuna memang menginginkanku untuk keluar supaya dia bisa membayarnya dengan metode dicicil—astaga! Apa benar? Apa Mas Arjuna sanggup membayar cicilannya?'

•••••

Bab terkait

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   07. Toko Roti

    Keesokan harinya, Marla terbangun lebih lambat dari biasanya. Begitu menilik kasur lipat milik sang suami yang berada di bawahnya, Arjuna sudah tidak ada di sana. Entah ke mana perginya, suaminya tidak meninggalkan pesan apa pun.Akan tetapi, Marla juga tidak bisa bersantai. Dia harus pergi bekerja ke toko roti tempatnya bekerja dulu. Iya, diam-diam sudah meminta tolong pada sang pemilik untuk memberikan cuti menikah selama sepekan. Sekarang, waktu berliburnya sudah habis dan dia harus bekerja lagi.Sebelum meninggalkan rumah, Marla sempat memasak sebentar sebisanya. Kemudian, wanita itu bergegas menaiki kendaraan umum menuju Toko Roti Sunny. "Aduh! Lihatlah! Jam berapa ini, La?!"Datang-datang, Marla langsung mendapatkan omelan dari sang pemilik—Bu Sani. "Maaf, Bu. Kebetulan sa—""Halah! Saya tidak terima alasan apa pun ya?! Ingat! Kamu yang memaksa untuk meminta diterima bekerja di sini dengan gaji yang sudah disepakati. Kalau kamu mau gaji yang kamu inginkan itu tidak melayang, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   08. Salah Paham?

    "Jangan!"Belum genap berjongkok, tahu-tahu saja sebuah tangan menarik Marla untuk berdiri. Wanita itu tersentak, lantas terperangah saat mendapati sang suami telah berdiri di sampingnya. "Apa yang Anda lakukan? Bukankah sudah saya bilang, siapa saja yang berani bermacam-macam dengan saya atau dengan Marla akan merasakan akibatnya?" tukas Arjuna.Masih dengan seragam montir yang melekat, tatapan tegas Arjuna menghunjami sosok Kamilia dan Bu Sani secara bergantian.Kamilia mendecih, "Konyol sekali! Memangnya apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak melihat apa yang kamu pakai ini, hah? Kamu itu hanya seorang montir! Montir rendahan sepertimu tidak berhak berkata seperti itu!""Oh, jadi kamu suaminya Marla?" Bu Sani berseru tak senang. "Apa yang kamu lakukan, hah? Tidak tahukah kalau toko ini kekurangan pelanggan? Kedatangan Mbak Kamilia ini adalah satu-satunya jalan keluar supaya toko ini bisa mendapat pemasukan. Lalu, dengan seenaknya kamu mau mengancam Mbak Kamilia?""Maaf, Bu, tapi p

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   09. Resepsi Pernikahan

    "Wah, lihat siapa yang datang!"Arjuna dan Marla baru saja memasuki ballroom tempat resepsi pernikahan Yudha dan Kamilia dilangsungkan. Namun, sebuah suara menghalau langkah pasangan tersebut. Tanpa perlu menoleh, siapa pun mengetahui siapa sang pemilik suara.Nyonya Besar—mantan mertuanya yang bernama Nyonya Selvi—mendekat dengan tangan terlipat di depan dada. Tatapan angkuhnya seakan-akan kembali membawa Marla pada hari-hari menyedihkan di kediaman Anugerah.Sebagai bentuk kesopanan yang tersisa, Arjuna dan Marla mengangguk sekilas. Nyonya Selvi mendecih, sebetulnya malas untuk berhadapan dengan keduanya, tetapi menyenangkan sekali mempermalukan mantan menantunya itu."Lihatlah, Marla!" titah Nyonya Selvi sembari mengarahkan dagunya ke arah pukul dua–di mana Yudha dan Kamilia sedang menyapa tamu lain. Marla menurut, menengok pelan. "Yudha dan Kamilia adalah pasangan yang cocok. Jujur saja, aku menyesal sudah memberikan Yudha izin untuk menikahimu dulu. Padahal, kalau tidak kuberikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   10. Arjuna Wirajaya

    "A-ayah?"Seluruh kepala yang berada di ballroom terkejut. Kehadiran keluarga Wirajaya yang terkenal saja sudah menimbulkan kegemparan, apalagi dengan kenyataan bahwa anak pertama dari sosok Aryo Wirajaya terlihat di depan mata.Arjuna Wirajaya.Selama ini, eksistensinya masih berupa misteri lantaran tak pernah membersamai Aryo ataupun mewakili pria tua itu dalam beberapa kesempatan. Namun, sekarang orang-orang melihatnya secara langsung. Sang ibu serta saudara tirinya memberikan tatapan kesal, sebab kedatangan Arjuna juga tidak mereka prediksikan. Tapi mau tak mau, Lita menyapa anak tirinya itu dengan senyum yang dibuat-buat."Tidak Ibu sangka, kamu datang ke sini juga, Jun." Lita mendekat, turut memandangi sosok Marla yang mematung. Wanita itu masih kepayahan mencerna apa yang terjadi. "Dia istrimu? Kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang pernikahanmu pada kami? Kalau kamu cerita, pastinya kami semua akan datang dan memeriahkan pernikahan kalian."Arjuna mendengkus malas. Ibu ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   11. Menyalahkan Marla

    Sementara itu, ballroom masih dihuni oleh ketegangan yang menguar akibat kedatangan keluarga Wirajaya. Yudha berusaha membujuk Aryo dengan cara menunggu selama beberapa saat, sedangkan sekretaris pria itu kelimpungan mengambil salinan kerja sama yang ditujukan terhadap PT. Wira Cahaya.Akan tetapi, diakibatkan oleh keputusan yang Arjuna canangkan tadi, Aryo jadi malas untuk bertamu dan ingin lekas pulang. Di sisi lain, Lita dan anaknya sedang dibujuk oleh Fandi Anugerah beserta sang istri—Selvi. "Nyonya Lita, saya mohon, bantu keluarga saya ya? Mungkin Tuan Aryo akan berubah pikiran setelah melihat rancangan kerja sama yang anak saya buat." Sembari menggenggam tangan Lita, Selvi berharap istri kedua dari Aryo Wirajaya itu mau membantu keluarganya.Fandi sendiri tidak bisa mengatakan apa pun, lantaran sosok Aryo Wirajaya memang mempunyai watak yang kelewat keras dan tegas. Lita mendengkus malas. "Masalahnya, saya sendiri tidak punya hak untuk membantu Mas Aryo agar mau membaca lemba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   12. Pindah Rumah

    "Kita akan pindah?"Marla bertanya dengan mata membulat sempurna. Masih berdiri di ambang pintu rumah sempit yang selama dua pekan ini telah menjadi rumah barunya. Wanita itu menganga, seolah-olah pemberitahuan Arjuna mengenai pindah rumah sama seperti mendengar meteor akan jatuh tepat di atas kepalanya.Arjuna yang melepas setelan terluarnya, menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa? Apa ... ada yang salah?"Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja, semuanya masih terlalu menyilaukan bagi Marla untuk dicerna. Suaminya beserta keluarganya merupakan keluarga sultan. Betapa besarnya beban baru yang berada pada pundak Marla saat ini.Mengerti bahwa sang istri masih kepayahan beradaptasi, Arjuna mendekat. "Kenapa, Marla? Ada yang mau kamu bicarakan? Bicara saja, aku akan mendengarnya," tawar pria itu.Marla duduk di kursi plastik yang mereka letakkan di ruang tamu. Wanita itu memberi tanda bagi Arjuna untuk turut duduk, yang mana langsung dituruti."Kenapa kamu menyembunyikan semua ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   13. Kenapa?

    Kenapa?Kenapa permintaan Arjuna seperti itu?Apakah Arjuna mempunyai perasaan terhadapnya sehingga permintaannya berupa balasan cinta dari seorang istri kepada suaminya?Menyadari jika Marla masih belum bisa menerima semuanya—termasuk dengan permintaan mendadak tadi, Arjuna memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah lamanya itu."Mas, sebentar," Marla mencekal lengan sang suami. "Utang.""Hm?"Marla melirik sekitar, para tetangga telah berdiri di depan rumah masing-masing sejak dia keluar dari rumah tadi. Tentunya, mereka penasaran dengan mobil yang Arjuna kendarai saat ini."U-utang, katanya kamu sering utang di warung. Apa kamu sudah membayarnya?"Genap tiga detik, Arjuna terdiam lalu melayangkan tawa kecilnya. Tangan kanan pria itu terulur untuk mengacak puncak kepala Marla, merasa gemas."Tenang saja, Julie sudah membayarnya. Tapi, terima kasih sudah mengingatkan suamimu ini. Sekarang, ayo! Kita pergi!"Genggaman tangan Arjuna yang menarik Marla untuk memasuki mobil, membuat darah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   14. Asumsi Sebelum Tidur

    Marla berdiri di ambang pintu kamar mandi, mengamati Arjuna yang telah terlelap di sisi lain ranjang terlebih dahulu selepas makan malam. Mungkin, suaminya itu memang kelewat lelah. Perlahan-lahan, sepasang tungkainya mendekat dengan napas tertahan. Dia tidak ingin membangunkan Arjuna barang sedetikpun. Terlebih, dia akan menempatkan diri di sisi pria itu. Walaupun Marla menyadari bila Arjuna sudah menempatkan sebuah guling sebagai pembatas di antara mereka saat tidur nanti.Wanita itu mengembuskan napas begitu berbaring di samping sang suami. Menutup mata, dia berharap bisa lekas pergi ke alam mimpi. Namun, suara Arjuna mengejutkannya hingga nyaris jatuh berguling."Akh!"Kini, posisi keduanya kian dekat. Lengan kiri Arjuna melingkari perut Marla, menahannya supaya tidak terjatuh. Lalu, tatapan pria itu menusuk tetapi penuh kelembutan.Marla menelan ludah susah payah. 'Jantung, tolong jangan kelewatan!'"Ma-maaf, kamu terkejut ya?" Arjuna melepaskan lingkaran lengan kirinya pada Mar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   55. Tenggat Utang

    "Jadi, kapan kalian akan membayarnya? Setidaknya cicil sedikit, sebagai jaminan bahwa kalian akan benar-benar membayar utang yang sudah kalian perbuat itu."Yudha menggigit pipi dalamnya cemas, kemudian berkata sambil memasang senyum yang diramah-ramahkan. Sedangkan Kamilia, duduk di sampingnya dengan dagu terangkat tinggi, seakan-akan pembicaraan mereka tidak perkara utang dua pulih lima miliar yang tak kunjung lunas itu."Tunggu sebentar, Tuan Matthew," Yudha melirik putra sulung keluarga Mahagana itu dengan harapan mau mendengar kilahnya, "tenggat waktunya masih tersisa beberapa hari lagi sebelum menginjak satu bulan penuh."Matthew bersandar pada punggung kursi empuk kafe yang didatanginya, lantas memberi tanda bagi Yudha untuk meneruskan."Jadi, begini, kenapa kami harus repot-repot menyicil kalau tepat di akhir bulan nanti, kami bisa membayarnya tepat waktu? Dan sebetulnya kami cukup terkejut karena Tuan Matthew sendiri yang datang untuk menemui saya seperti ini. Seharusnya Tuan

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   54. Festival (3)

    Mendengar ucapan Arjuna, membuat Revan meninggikan salah satu alisnya. Namun, dalam dua detik pertama, pria itu tampak terkejut lantaran saudara tirinya membawa topik tersebut."Tidak biasanya kamu membahas soal Ayah, Bang. Ada apa ini? Apakah kamu mulai takut, kalau Ayah tiba-tiba saja berakhir di tangan seorang musuh?" timpal Revan, berupaya agar tetap tenang.Arjuna mendesah lelah, bersandar pada punggung kursi plastik yang dia dapat dari Bu Sani. Di sampingnya, Julie duduk dengan telinga terpasang lebar-lebar. "Bukan takut lagi," Arjuna memandang sosok Marla yang masih sibuk dengan para penikmat festival untuk beberapa saat sebelum melanjutkan, "tapi kenyataannya memang begitu. Tidak heran kalau tiba-tiba saja Ayah meninggal di tahan musuh dalam selimut."Revan tersenyum timpang, "sepertinya kamu mulai paranoid, Bang. Apakah itu hasil setelah lama menjadi montir biasa yang mampunya mengamati dari kejauhan, beberapa tahun ini?""Kamu tidak paham apa-apa, Revan. Dan satu lagi, kamu

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   53. Festival (2)

    Marla merasa bahwa penglihatannya masih baik-baik saja. Serta, tidak mungkin dia berhalusinasi di siang bolong begini. Terlebih, saat Arjuna dan Julie bersitatap dengannya. Tercantum segaris keterkejutan pada raut keduanya, tetapi dengan cepat tertutup oleh wajah datar yang minim ekspresi. Tidak mau terlihat menyedihkan, Marla tersenyum simpul—sangat terpaksa dan menyesakkan. Begitu Arjuna dan Julie berhenti tepat di depannya dengan penuh kecanggungan, Marla menyodorkan dua lembar brosur. Mau tidak mau, dia harus tetap bersikap profesional. Bukan hanya Marla yang terkejut, tetapi dari stand Toko Roti Salsa pun, Revan mengerutkan kening tidak paham. Begitu pula dengan Bu Sani yang tampak khawatir sehingga meminta Lily untuk melayani pembeli lainnya. "Ini, Mas Arjuna, Julie, silakan dicoba! Rasanya lezat kok! Langsung saja ke stand ya? Jangan menghalangi di tengah jalan begini. Banyak yang mau lewat dan mampir." Katanya terbersit sindiran halus. Arjuna terhenyak. Pria itu terlihat i

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   52. Festival (1)

    "Tidak perlu, ada banyak pekerjaan yang harus diurus untuk hari ini dengan Julie. Aku harap kamu bisa mengerti, Marla."Marla meneguk ludah susah payah, lantas mengangguk pelan. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menuruti perkataan sang suami. Nyaris lebih dari dua pekan, Arjuna setia membentangkan jarak yang membuat Marla makin bertanya-tanya dalam hati.Pagi ini, Marla menawarkan Arjuna untuk membawa beberapa cupcake buatannya sebelum menuju ke Sweetness Festival yang akan berlangsung di alun-alun kota.Sejak semalam, dia telah mempersiapkan apa pun yang dibutuhkan untuk hari ini. Bahkan, kembali membuat cupcake untuk memastikan rasa serta tekstur. Memastikan ada atau tidaknya kekurangan tambahan.Akan tetapi, reaksi Arjuna kelewat datar, seolah-olah mereka tidak pernah dekat—bahkan tidak pernah tidur bersama. Benar-benar terasa begitu asing dan menyesakkan.Selagi merapikan barang bawaannya sebelum menjemput Bu Sani, Marla berusaha mengabaikan nyeri hatinya yang kian bertambah

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   51. Mendadak Berjarak

    "Mas Arjuna?""Iya, ini aku, Marla."Marla mengembuskan napas, kemudian membuka pintu kamar hotel dari dalam. Begitu terbuka, terlihat raut lelah sang suami yang membuat Marla tidak enak hati.Sepertinya, apa pun yang tengah pria itu kerjakan sejak malam sebelumnya, sangatlah menguras emosi dan tenaga. Mendadak dia merasa bersalah lantaran telah berpikir yang tidak-tidak."Mari, masuk, Mas. Sepertinya kamu sangat kelelahan," Marla menyambut lengan Arjuna, memijatnya perlahan. Arjuna menurut, hanya tersenyum tipis. Alis kanan Marla meninggi, tetapi memutuskan untuk tetap diam dan menuntun Arjuna ke tepi ranjang. Kedua tangan wanita itu meneruskan pijatan hingga ke bahu Arjuna, yang terasa penuh tekanan dan beban."Mas, ada apa? Mas sudah makan? Kalau belum, apa perlu aku membeli beberapa makanan yang ada di pinggir jalan depan hotel? Mau mencobanya bersama?" tawar Marla, setelah memikirkan beberapa rumah makan sederhana yang masih buka menjelang tengah malam.Akan tetapi, suaminya itu

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   50. Counter (1)

    Marla tidak mendapatkan pesan susulan lagi seharian itu. Berulang kali memastikan layar ponsel, dia tak mendapatkan apa pun yang diinginkan. Setidaknya, dia ingin tahu apa yang sedang Arjuna lakukan. Atau, apakah suaminya itu baik-baik saja dan tidak terlibat perselisihan serius.Tidak mengherankan, para konglomerat sering mendapatkan ancaman dari para musuh mereka—baik yang secara terang-terangan, atau yang berada di dalam selimut.Pesan dari Julie sebelumnya telah dibalas dengan menanyakan kabar sang suami saat ini. Namun, dia tidak mendapatkan jawaban apa pun atas pertanyaannya tersebut bahkan sampai matahari terbenam."Mungkin mereka memang sibuk, sampai Julie juga tidak sempat memberi tahu bagaimana keadaan Mas Arjuna sekarang," Marla menghela napas, lalu memindai beberapa lembar pakaian yang baru dibelinya dari salah satu toko wisata terdekat.Dia sempat berjalan-jalan sebentar, berusaha mengabaikan kekalutan yang membuatnya kewalahan. Perkerjaan Arjuna yang rumit dan memakan ba

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   49. Mariana Purnama

    Marla segera menggeleng, melempar senyum kalemnya kepada Mariana seraya mengangguk. Hanya karena hari ulang tahunnya sama dengan Mariana, Marla jadi sentimental begini. Padahal, tentunya ada banyak orang yang lahir di hari yang sama selain dirinya dan Mariana pula."Baik, saya catat ya, Nona Mariana. Untuk ke depannya, akan saya hubungi dua minggu sebelum harinya." Kata Marla, yang membuat Mariana tersenyum senang diikuti oleh pasangan paruh baya Purnama.Melihat tatapan Soni dan Almira Purnama yang dipenuhi kehangatan terhadap sosok manis Mariana, membuat Marla tak mampu menyembunyikan senyumnya. 'Ah, mungkin karena ini. Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya diperhatikan oleh orang tua kandungku. Jadi, melihat kehangatan yang ada di keluarga sederhana Purnama ini membuatku jadi sentimental sendiri.'Selagi pasangan Purnama beserta Mariana bercengkerama dengan suasana yang hangat dan nyaman, Marla hanya bisa tersenyum. Sesekali menanggapi dengan anggukan singkat sebagai pendukung a

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   48. Ada apa ini?

    "Mas? Kenapa—""Marla, maaf, tapi sekarang aku posisinya sudah berada di tempat lain. Dan karena sesuatu hal, ponselku terjatuh, tidak bisa digunakan. Maka dari itu, aku menghubungimu lewat ponselnya Julie.""A-ah ... begitu ...."Marla gelagapan, tetapi sebisa mungkin tidak terdengar kikuk. "Lalu, sekarang Mas Arjuna ada di mana?"Arjuna tidak langsung menjawab. Pria itu membiarkan keheningan mengisi sambungan telepon mereka untuk beberapa detik, sebelum kembali bersuara dengan tujuan mengalihkan pembicaraan."Nanti aku akan kembali ke hotel tepat sebelum makan siang, Marla. Aku sudah berbicara pada Sherry untuk menambah waktu bermalam kita di hotel. Tapi, kalau ada sesuatu yang mendesak, kamu boleh menghubungi—ah! Telepon saja ke nomornya Julie, oke?"Marla mencerna perkataan Arjuna sembari menggigit pipi dalamnya. Entah urusan macam apa yang membuat keduanya bersama pada waktu sepagi ini. Namun, seperti biasa Marla tidak bisa menyuarakan protesnya."Baik, Mas. Kalau begitu, di mana

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   47. Who?

    Datang lagi.Sosok Julie datang lagi di saat yang tidak tepat—atau itu hanya firasat Marla saja?Marla tahu apa yang hendak Arjuna katakan, tetapi terhenti akibat kedatangan Julie. Menarik napas perlahan, Marla cepat-cepat menggeleng. Kenapa dia selalu mempunyai asumsi buruk di saat yang tidak tepat sih?'Mungkin saja, Julie hanya ingin berbicara terkait pekerjaan.'Segera menepis pikiran anehnya, Marla kembali merutuki diri sendiri. Lagi pula, Arjuna bukanlah orang biasa. Pria itu memiliki banyak hal yang harus diurus, meskipun sedang menghadiri resepsi pernikahan salah satu anggota keluarga besar sekaligus.Selagi Arjuna menghampiri Julie dan bercakap mengenai sesuatu yang terpampang pada layar ponsel Julie, Marla menunggu di gazebo dalam diam."Sungguh? Kamu sudah memastikannya, Julie?"Suara Arjuna yang terdengar antuasias, mengalihkan fokus Marla dalam titik keheranan. Sekiranya, apa yang membuat sang suami bersemangat. Tidak—lebih dari sekadar bersemangat di mata Marla.Arjuna s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status