Share

05. Insiden Beruntun

Author: Hannfirda
last update Huling Na-update: 2024-07-08 21:50:52

"Tidur ... seranjang ...."

Marla menggigit bibir bawahnya gelisah. Masih menggenggam tas jinjing berisikan beberapa lembar pakaian yang ada, wanita itu melirik sisi lain ruangan yang menampilkan sang suami tengah sibuk melepas setelan kelabunya yang dipakai seharian ini.

Dia memang sudah pernah melewati malam panas bersama Arjuna. Akan tetapi, waktu itu mereka seolah-olah saling tak sadarkan diri. Sekarang, dia telah resmi menjadi istri dari montir bernama Arjuna itu. Seharusnya, tidak masalah bila mereka tidur bersama.

"Tenang saja," Arjuna membuka suara, "kamu bisa tidur di kamar, aku akan tidur di bawah.”

Meski tak enak hati saat melihat Arjuna tertidur di bawah, setidaknya Marla mengetahui bahwa pria yang baru dinikahinya itu enggan berbuat macam-macam padanya.

Diam-diam, Marla tidak bisa tertidur. Dia masih kewalahan untuk memercayai kenyataan baru yang dipikulnya sekarang ini. Padahal, dulu dia sempat berharap akan merajut masa depan yang indah bersama Yudha. Namun, kini keadannya telah berubah.

Marla justru menikah dengan seorang pria yang tak dikenalinya secara mendalam. Berbagai pikiran mengantarkan Marla pada beribu tanda tanya mengenai perubahan hidupnya hingga menjelang tengah malam.

Dengan posisi membelakangi sang suami, tiba-tiba saja Marla merasakan satu pergerakan. Wanita itu mematung, berpura-pura tidur sementara Arjuna beranjak dari tidurnya setelah menerima satu panggilan.

"Iya? Sebentar, waktunya belum tepat. Tapi, saya akan coba datang ke sana untuk melihatnya sendiri."

Sambungan telepon diputus secepat kilat, kemudian pria itu bergegas mengenakan pakaian serba hitam yang tertutup. Begitu sosok Arjuna berlalu, Marla sempat mengamati pintu kamar barunya tersebut.

"Tengah malam begini, apakah dia pergi untuk melakukan pekerjaan?"

•••••

"Ini! Tolong diterima ya?"

Marla yang baru saja datang dari warung untuk membeli sayuran, membuka mulut lebar-lebar. Di hadapannya, Arjuna yang baru saja pulang, menyodorkan sebuah gelang emas yang terlihat cantik dan menawan.

"I-ini? Buat aku?"

Arjuna mengangguk mantap. "Mau aku pakaikan?"

"Bo-boleh ...." Marla mengulurkan tangannya, membiarkan Arjuna memasangkan gelang tersebut pada pergelangan tangan kirinya. "Cantik sekali ...."

"Kamu suka?"

"Su-suka! Tapi, kalau boleh tahu, dari mana Mas Arjuna mendapatkan uang untuk membeli perhiasan secantik ini? Harganya pasti mahal kan?" tanya Marla.

Untuk sesaat, Arjuna terkesiap. Pria itu merasakan setitik kehangatan yang menjalari hati kecilnya ketika mendengar panggilan manis tersebut mengudara dari mulut Marla.

Mengulum senyum, Arjuna mendekat dan menggenggam tangan istrinya itu penuh kelembutan. Marla mengerjap kebingungan, berusaha mengalihkan pandang.

'Gawat! Bisa-bisanya aku salah tingkah?'

"Tenang saja, harganya tidak begitu mahal."

Marla hanya mampu tersenyum simpul. Jujur saja, hati kecilnya menghangat lantaran baru pertama kalinya mendapatkan pemberian dari seorang suami. Dulu saja, Yudha memang memberikan nafkah, tetapi seolah-olah membayarnya untuk menjadi samsak penderitaan yang mencangkup seluruh anggota keluarga Anugerah.

Wanita itu mengamati gelang tersebut dengan setitik keheranan. Apakah gelang itu bukan dari emas sungguhan? Bagaimana kalau Arjuna sengaja membeli emas palsu sebagai ungkapan bahwa dia tidak perlu khawatir selagi menjadi istrinya?

Apalagi, bagi seseorang yang tidak mempunyai uang banyak, cara Arjuna memberikannya seolah-olah gelang tersebut tidak memakan nominal besar.

‘Apakah benar gelang ini bukan dari emas asli, tapi emas palsu? Tapi, bagaimanapun dia sudah membelikannya. Mungkin, suatu hari nanti Mas Arjuna akan mengatakan yang sebenarnya.’

"Kalau begitu, sekarang aku mau pamit dulu ke kamar. Kamu mau masak? Bisa sendiri?"

Marla mengangguk. "Bisa, Mas."

"Oke," tangan kanan Arjuna terangkat untuk mengelus puncak kepala Marla, "kalau ada sesuatu, panggil saja ya?"

Sosok Arjuna pun melenggang pergi selepas menitipkan kehangatan kecil pada diri Marla. Dipandanginya punggung tegap sang suami yang kian menjauh.

Selesai memasak, Marla mulai merapikan rumah kecil suaminya itu. Tidak terdapat banyak barang di dalamnya. Terlihat pula jika Arjuna senang membersihkan rumahnya.

Maka dari itu, Marla memutuskan untuk menyapu halaman kecil rumah tersebut. Tidak sengaja, dia mendengarkan berita yang tersiar dari televisi tetangga tepat sebelah rumahnya.

"Pencurian emas?"

Marla meletakkan sapu yang dipegangnya saat mendengar berita mengenai pencurian emas yang terjadi beberapa hari lalu. Mulanya, Marla tidak terlalu memikirkan berita tersebut. Namun, berita terbaru yang muncul bagai domino itu membuat Marla tak mampu menanamkan ketenangan lagi.

Terjadi begitu banyak pencurian di toko-toko barang mahal. Pencurian selalu dilakukan sekitar tengah malam hingga dini hari. Tadinya Marla tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Akan tetapi, saat memikirkan bahwa suaminya yang bergaji pas-pasan selalu pergi di waktu tersebut, Marla mulai berasumsi yang buruk-buruk.

Di tengah lamunan yang aneh itu, tiba-tiba saja Arjuna keluar dari kamarnya dengan penampilan yang lebih rapi dari biasanya.

"Ke mana, Mas? Toko pakaian?"

Arjuna mengulum senyum, "Hm, aku tunggu di depan ya!"

Walaupun kebingungan masih menguasai, Marla menurut dan pergi ke suatu tempat menaiki motor satu-satunya yang dimiliki sang suami.

"Mas?" Marla tak memercayai bahwa dia menjejaki toko pakaian ternama yang pastinya mahal-mahal. "Mas? Kenapa beli bajunya di sini? Bukankah lebih baik beli di toko pinggir jalan saja?"

"Tidak, Marla. Aku serius. Beli di sini saja, kamu bebas memilih yang mana saja."

"Mas," Marla menggigit bibir bawahnya, "apa aku boleh bertanya?"

"Boleh, mau bertanya tentang apa?"

Marla merasakan telapak tangannya berkeringat. Haruskah dia bertanya mengenai kejanggalan-kejanggalan yang menghantui isi kepalanya?

Tetapi, bagaimana bila suaminya itu tersinggung?

"A-apakah Mas—"

"Wah! Coba lihat! Siapa yang ada di toko pakaian mahal ini!"

Marla terkesiap, suara itu—suara yang sekarang sangat dibencinya. Arjuna turut menoleh dengan pandangan malas. Yudha dan Kamilia. Pasangan tersebut memasuki toko dengan tampang merendahkan yang tidak pernah luntur terhadap Marla.

Dalam diam, Arjuna ingin sekali pergi dari tempat itu. Namun, dia sudah berjanji untuk membelikan Marla pakaian yang ada di sana.

"Wah! Ternyata mantan istrimu juga ada di sini, Sayang. Tapi, lihatlah! Ternyata dia tidak sendiri. Dia juga bersama dengan pacar barunya." Kamilia mengeratkan rangkulan tangannya pada lengan kanan Yudha. "Oh iya, kenapa kita tidak mengundang mereka sekalian, Yudha?"

Yudha berdeham dengan dagu terangkat tinggi. Entah mengapa, melihat sosok mantan istrinya dengan Arjuna membuat pria itu kesal sendiri.

Dengan penuh kegembiraan, Kamilia menyodorkan undangan pada Marla, yang diterima dengan tenang. Mau emosi, rasanya akan percuma. Lebih baik Marla diam saja, membiarkan Kamilia mengoceh sesukanya.

Melihat undangan pernikahan Yudha dan Kamilia, anehnya Marla tidak terlalu terkejut. Dia sudah menduganya. Walau hatinya sempat terasa sedikit nyeri, tapi intensitasnya cukup samar.

"Datang ya? Tapi, kalau bisa pakai pakaian yang bagus, sama pacar montirmu ini," lanjut Kamilia.

"Suami."

"Eh? Apa?" Kamilia meragukan pendengarannya.

Marla mendengkus lelah, "Dia suamiku. Kami sudah menikah. Sekarang, kami mau permisi dulu."

Arjuna terperangah, tak menduga jika Marla telah menjadi lebih berani ketimbang sebelum-sebelumnya. Namun, saat Marla hendak menarik tangannya untuk keluar dari toko tersebut, Arjuna menahannya.

"Tidak. Kenapa kita harus pergi? Kamu saja belum membeli pakaian apa pun dari sini," potong Arjuna.

"Tapi, Mas,"

"Kita beli dulu ya? Ayo, kita pilih dulu—"

"Memangnya kalian sanggup membeli pakaian yang ada di sini?" sela Yudha. "Kalian kan, miskin! Kenapa tidak sadar diri?"

Marla mengepalkan tangannya, lalu menghadiahi lirikan tajam pada mantan suaminya itu.

"Itu bukan urusanmu!"

Yudha melotot. Tanpa komando, Kamilia maju untuk mendorong Marla hingga jatuh tersungkur.

"Marla!"

"Dasar! Wanita tidak tahu diun—lho? Apa ini? Kenapa mereka mengeliliku seperti penjahat?"

Di luar dugaan, kemunculan empat pria bersetelan rapi di antara mereka membuat situasi dalam toko tersebut memanas.

"Tuan, apakah Nona Marla baik-baik saja?"

•••••

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   06. Sanggup Membeli?

    "Eh? Apa-apaan ini?! Siapa kalian?!"Bukan hanya Yudha dan Kamilia saja yang bingung. Bahkan, Marla menggapai tangan suaminya dengan penuh tanda tanya. Mengapa orang-orang bersetelan itu memanggil Arjuna dengan sebutan 'Tuan'?Marla memicingkan mata, menyadari jika orang-orang itu merupakan para saksi yang datang ke akad nikahnya kemarin. Dia ingin bertanya kepada Arjuna mengenai apa yang sedang terjadi. Meski sekelebatan, akad nikah yang berlangsung di KUA itu masih teringat jelas di kepala Marla.Akan tetapi, saat menoleh dia sempat memergoki Arjuna menggeleng ke arah empat pria bersetelan itu. Empat pria tersebut melempar pandang untuk beberapa saat, tetapi pada akhirnya mundur selangkah. "Nah! Saya mau tanya, apa maksud kalian tadi, hah?! Kenapa kalian malah mengelilingi saya dan suami saya seperti kami ini seorang kriminal?!" Kamilia masih meneruskan ocehannya, sedangkan diam-diam Yudha mengamati tautan tangan Arjuna dan Marla yang begitu erat. Terdapat setitik kekesalan yang b

    Huling Na-update : 2024-08-26
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   07. Toko Roti

    Keesokan harinya, Marla terbangun lebih lambat dari biasanya. Begitu menilik kasur lipat milik sang suami yang berada di bawahnya, Arjuna sudah tidak ada di sana. Entah ke mana perginya, suaminya tidak meninggalkan pesan apa pun.Akan tetapi, Marla juga tidak bisa bersantai. Dia harus pergi bekerja ke toko roti tempatnya bekerja dulu. Iya, diam-diam sudah meminta tolong pada sang pemilik untuk memberikan cuti menikah selama sepekan. Sekarang, waktu berliburnya sudah habis dan dia harus bekerja lagi.Sebelum meninggalkan rumah, Marla sempat memasak sebentar sebisanya. Kemudian, wanita itu bergegas menaiki kendaraan umum menuju Toko Roti Sunny. "Aduh! Lihatlah! Jam berapa ini, La?!"Datang-datang, Marla langsung mendapatkan omelan dari sang pemilik—Bu Sani. "Maaf, Bu. Kebetulan sa—""Halah! Saya tidak terima alasan apa pun ya?! Ingat! Kamu yang memaksa untuk meminta diterima bekerja di sini dengan gaji yang sudah disepakati. Kalau kamu mau gaji yang kamu inginkan itu tidak melayang, m

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   08. Salah Paham?

    "Jangan!"Belum genap berjongkok, tahu-tahu saja sebuah tangan menarik Marla untuk berdiri. Wanita itu tersentak, lantas terperangah saat mendapati sang suami telah berdiri di sampingnya. "Apa yang Anda lakukan? Bukankah sudah saya bilang, siapa saja yang berani bermacam-macam dengan saya atau dengan Marla akan merasakan akibatnya?" tukas Arjuna.Masih dengan seragam montir yang melekat, tatapan tegas Arjuna menghunjami sosok Kamilia dan Bu Sani secara bergantian.Kamilia mendecih, "Konyol sekali! Memangnya apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak melihat apa yang kamu pakai ini, hah? Kamu itu hanya seorang montir! Montir rendahan sepertimu tidak berhak berkata seperti itu!""Oh, jadi kamu suaminya Marla?" Bu Sani berseru tak senang. "Apa yang kamu lakukan, hah? Tidak tahukah kalau toko ini kekurangan pelanggan? Kedatangan Mbak Kamilia ini adalah satu-satunya jalan keluar supaya toko ini bisa mendapat pemasukan. Lalu, dengan seenaknya kamu mau mengancam Mbak Kamilia?""Maaf, Bu, tapi p

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   09. Resepsi Pernikahan

    "Wah, lihat siapa yang datang!"Arjuna dan Marla baru saja memasuki ballroom tempat resepsi pernikahan Yudha dan Kamilia dilangsungkan. Namun, sebuah suara menghalau langkah pasangan tersebut. Tanpa perlu menoleh, siapa pun mengetahui siapa sang pemilik suara.Nyonya Besar—mantan mertuanya yang bernama Nyonya Selvi—mendekat dengan tangan terlipat di depan dada. Tatapan angkuhnya seakan-akan kembali membawa Marla pada hari-hari menyedihkan di kediaman Anugerah.Sebagai bentuk kesopanan yang tersisa, Arjuna dan Marla mengangguk sekilas. Nyonya Selvi mendecih, sebetulnya malas untuk berhadapan dengan keduanya, tetapi menyenangkan sekali mempermalukan mantan menantunya itu."Lihatlah, Marla!" titah Nyonya Selvi sembari mengarahkan dagunya ke arah pukul dua–di mana Yudha dan Kamilia sedang menyapa tamu lain. Marla menurut, menengok pelan. "Yudha dan Kamilia adalah pasangan yang cocok. Jujur saja, aku menyesal sudah memberikan Yudha izin untuk menikahimu dulu. Padahal, kalau tidak kuberikan

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   10. Arjuna Wirajaya

    "A-ayah?"Seluruh kepala yang berada di ballroom terkejut. Kehadiran keluarga Wirajaya yang terkenal saja sudah menimbulkan kegemparan, apalagi dengan kenyataan bahwa anak pertama dari sosok Aryo Wirajaya terlihat di depan mata.Arjuna Wirajaya.Selama ini, eksistensinya masih berupa misteri lantaran tak pernah membersamai Aryo ataupun mewakili pria tua itu dalam beberapa kesempatan. Namun, sekarang orang-orang melihatnya secara langsung. Sang ibu serta saudara tirinya memberikan tatapan kesal, sebab kedatangan Arjuna juga tidak mereka prediksikan. Tapi mau tak mau, Lita menyapa anak tirinya itu dengan senyum yang dibuat-buat."Tidak Ibu sangka, kamu datang ke sini juga, Jun." Lita mendekat, turut memandangi sosok Marla yang mematung. Wanita itu masih kepayahan mencerna apa yang terjadi. "Dia istrimu? Kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang pernikahanmu pada kami? Kalau kamu cerita, pastinya kami semua akan datang dan memeriahkan pernikahan kalian."Arjuna mendengkus malas. Ibu ti

    Huling Na-update : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   11. Menyalahkan Marla

    Sementara itu, ballroom masih dihuni oleh ketegangan yang menguar akibat kedatangan keluarga Wirajaya. Yudha berusaha membujuk Aryo dengan cara menunggu selama beberapa saat, sedangkan sekretaris pria itu kelimpungan mengambil salinan kerja sama yang ditujukan terhadap PT. Wira Cahaya.Akan tetapi, diakibatkan oleh keputusan yang Arjuna canangkan tadi, Aryo jadi malas untuk bertamu dan ingin lekas pulang. Di sisi lain, Lita dan anaknya sedang dibujuk oleh Fandi Anugerah beserta sang istri—Selvi. "Nyonya Lita, saya mohon, bantu keluarga saya ya? Mungkin Tuan Aryo akan berubah pikiran setelah melihat rancangan kerja sama yang anak saya buat." Sembari menggenggam tangan Lita, Selvi berharap istri kedua dari Aryo Wirajaya itu mau membantu keluarganya.Fandi sendiri tidak bisa mengatakan apa pun, lantaran sosok Aryo Wirajaya memang mempunyai watak yang kelewat keras dan tegas. Lita mendengkus malas. "Masalahnya, saya sendiri tidak punya hak untuk membantu Mas Aryo agar mau membaca lemba

    Huling Na-update : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   12. Pindah Rumah

    "Kita akan pindah?"Marla bertanya dengan mata membulat sempurna. Masih berdiri di ambang pintu rumah sempit yang selama dua pekan ini telah menjadi rumah barunya. Wanita itu menganga, seolah-olah pemberitahuan Arjuna mengenai pindah rumah sama seperti mendengar meteor akan jatuh tepat di atas kepalanya.Arjuna yang melepas setelan terluarnya, menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa? Apa ... ada yang salah?"Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja, semuanya masih terlalu menyilaukan bagi Marla untuk dicerna. Suaminya beserta keluarganya merupakan keluarga sultan. Betapa besarnya beban baru yang berada pada pundak Marla saat ini.Mengerti bahwa sang istri masih kepayahan beradaptasi, Arjuna mendekat. "Kenapa, Marla? Ada yang mau kamu bicarakan? Bicara saja, aku akan mendengarnya," tawar pria itu.Marla duduk di kursi plastik yang mereka letakkan di ruang tamu. Wanita itu memberi tanda bagi Arjuna untuk turut duduk, yang mana langsung dituruti."Kenapa kamu menyembunyikan semua ini

    Huling Na-update : 2024-09-01
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   13. Kenapa?

    Kenapa?Kenapa permintaan Arjuna seperti itu?Apakah Arjuna mempunyai perasaan terhadapnya sehingga permintaannya berupa balasan cinta dari seorang istri kepada suaminya?Menyadari jika Marla masih belum bisa menerima semuanya—termasuk dengan permintaan mendadak tadi, Arjuna memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah lamanya itu."Mas, sebentar," Marla mencekal lengan sang suami. "Utang.""Hm?"Marla melirik sekitar, para tetangga telah berdiri di depan rumah masing-masing sejak dia keluar dari rumah tadi. Tentunya, mereka penasaran dengan mobil yang Arjuna kendarai saat ini."U-utang, katanya kamu sering utang di warung. Apa kamu sudah membayarnya?"Genap tiga detik, Arjuna terdiam lalu melayangkan tawa kecilnya. Tangan kanan pria itu terulur untuk mengacak puncak kepala Marla, merasa gemas."Tenang saja, Julie sudah membayarnya. Tapi, terima kasih sudah mengingatkan suamimu ini. Sekarang, ayo! Kita pergi!"Genggaman tangan Arjuna yang menarik Marla untuk memasuki mobil, membuat darah

    Huling Na-update : 2024-09-01

Pinakabagong kabanata

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   62. Hadiah?

    Pasangan Purnama tengah bercakap dengan rekan bisnis lain. Melihat kesempatan tersebut, Mariana meneruskan langkah ke arah Marla yang berdiri agak menepi. Selagi hidangan belum disajikan, sebenarnya Marla ingin sekali pergi keluar ruang naratama untuk mencari angin segar—sekaligus melarikan diri. Namun, sepertinya dia tidak akan bisa lolos dengan mudah. "Ternyata benar dugaanku. Kita akan bertemu di sini lagi, Nona Marla. Kamu terlihat cantik sekali," puji Mariana setengah hati dengan tatapan merendahkan. Tidak perlu diragukan, Marla bisa mengenalinya. Mariana seperti mengejek penampilan Marla yang tidak dalam balutan gaun mewah nan mahal seperti yang Mariana kenakan. "Kamu juga cantik sekali, Mariana. Jujur saja, aku menyukai gaya rambutmu malam ini." Balasnya. Alis kanan Mariana meninggi. "Benarkah? Yah, aku mengaturnya di salon sejak dua jam yang lalu, sekaligus melakukan perawatan rutin. Kalau seluruh tubuhku tidak dijaga dengan baik, apalah gunanya uang yang telah Ayah dan B

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   61. Pertemuan Bisnis

    Marla telah mendapati sang suami menanti di meja makan, melahap makanan seraya memindai tablet yang terpampang pada sisi kanan piring pria itu.Entah kapan Arjuna pulang ke rumah, saking pudarnya kehangatan dalam hubungan mereka, Marla tidak tahu kapan suaminya pulang. Tidak seperti dulu, saat dia menunggu kepulangan Arjuna dengan hati berdebar, sekarang rasanya berbeda.Mau ditunggu, rasanya seakan-akan suaminya itu sengaja memperlambat diri pulang ke rumah. Alhasil, Marla jadi kelelahan sendiri hanya untuk menunggu kepulangan sang suami.Menarik napas perlahan, Marla memantapkan diri sebelum mengambil tempat di meja makan. Wanita itu berupaya untuk tak mencuri lirikan ke arah sang suami.Jujur saja, semalam tidurnya tidak nyenyak sama sekali. Bahkan, dia mendapati diri terjaga di tengah malam setelah bermimpi buruk.Tidak bisa dimungkiri, mimpi buruk itu datang lantaran dipicu oleh foto yang didapatkannya. Arjuna dan Julie. Sebetulnya apa yang mereka sembunyikan darinya?Apakah bena

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   60. Si Pengancam (1)

    Arjuna melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Pria itu mendesah lelah, menyandarkan diri pada punggung kursi kerjanya.Seharian ini dia sudah dibuat kesal lantaran Yudha datang tanpa pemberitahuan ke rumahnya hanya untuk membujuk Marla lagi.Kening pria itu berkerut, tidak memahami mengapa sekarang Yudha ingin sekali kembali mengambil Marla, setelah dulu memperlakukan wanita itu semena-mena."Tuan, saya mendapat laporan dari mata-mata, semuanya berjalan sesuai rencana."Arjuna hanya mengangguk sekilas saat mendengar ucapan Julie. Seharusnya dia merasa puas atas segala sesuatu yang berjalan sesuai rencana. Namun, mengingat belakangan ini dia harus menjaga jarak dengan Marla meski sebentar, membuat suasana hatinya memburuk."Lalu, apakah sudah ada kabar dari si pengancam?" tanyanya dengan tangan mengepal erat.Mendengar pertanyaan tersebut, sepasang alis Julie bertaut serius. Bukan hanya Arjuna, tetapi Julie turut waspada akan si pengancam yang selama ini sedang meng

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   59. Culprit

    Marla tengah melayani salah satu pembeli saat dia mendapatkan pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. [Hai, Marla? Apa kamu tidak penasaran dengan seseorang yang sudah menjebakmu sehingga tidur dengan Arjuna malam itu? Ya, malam terakhir di mana kamu bermalam di kediaman Anugerah, seseorang menjebak kalian berdua.] Kening wanita itu berkerut, memindai kata-kata yang tersusun tepat di layar ponselnya. Kemudian, ditiliknya nomor asing yang tidak pernah diketahui sebelumnya itu. "Siapa pun yang mengirim ini, sepertinya dia mengetahui banyak hal tentangku yang tidak aku ketahui sama sekali." Marla menahan pergerakan ibu jarinya yang hendak melayangkan pesan balasan. Untuk sesaat, dia berdiam diri dengan mata berkedip gelisah. Haruskah dia menanggapi pesan tersebut? Bagaimana kalau semua itu hanya berupa tipuan belaka? Jangan-jangan pesan tersebut berasal dari Yudha? Mengingat pagi tadi, mantan suaminya itu telah menimbulkan keributan kecil di rumahnya. "Tapi ... Yudha tidak m

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   58. Di Balik Topeng

    "Cepat bawa orang itu keluar dari sini!"Marla belum genap mencerna perkataan Yudha, ketika Arjuna datang dengan dua pengawal yang datang bersamanya. Sepertinya, suaminya itu sudah berada di perjalanan ke suatu tempat, terlihat dari setelan Arjuna yang cukup rapi seperti hari-hari biasanya.Yudha berdecak kesal, tak mengira jika Arjuna akan datang lebih cepat dari perkiraannya. Lantaran dia enggan diseret secara paksa, Yudha mengangkat kedua tangan tanda menyerah."Baiklah, baiklah, aku akan pergi dengan sendirinya, puas?"Meski Yudha berkata demikian, tatapan pria itu membuat Arjuna kesal bukan main. Sebelum Yudha memutar langkah, dia sempat bertatapan dengan Marla.Segaris kebingungan masih mendominasi wajah wanita itu. Marla ingin bertanya, tetapi yang ada malah memperlihatkan jika dirinya mudah terpancing oleh omongan Yudha.Tidak. Bisa saja Yudha sedang bermain-main dengannya. Bisa saja mantan suaminya itu ingin mengetahui seberapa bodoh Marla agar bisa ditipu untuk yang kesekian

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   57. Kepingan Baru

    Malam itu, Marla pulang lebih larut dari biasanya. Dia sudah mempersiapkan alasan bila Arjuna bertanya mengenai keterlambatannya, atas eksistensinya saat membantu Bu Sani di festival. Lantaran sudah telanjur tahu, Marla akan berterus terang saja soal rencananya yang ingin membangun cabang baru, tetapi atas namanya. Dia ingin memperlihatkan passion yang satu-satunya dimiliki. Akan tetapi, rumah dalam keadaan sepi, sunyi, senyap. Begitu meniliki garasi, mobil suaminya juga belum datang.Mengembuskan napas perlahan, Marla merebahkan diri di sofa. Berhenti sejenak selagi memutar kejadian hari ini.Tentu saja, kilas yang berisikan Arjuna dan Julie di festival tadi menjadi hantu nomor satu dalam pikirannya.Semakin lama, seolah-olah Marla tengah diejek oleh dunia, bahwa tempatnya memang bukan berada di samping Arjuna. Dia tidak ada apa-apanya dibanding Julie."Astaga, lagi-lagi pikiran semacam ini ...."Marla mendesah lelah, memijit pelipis dengan insekuritas yang kembali membayangi tiap

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   56. Telepon Misterius (1)

    Mengatupkan sepasang kelopak mata secara perlahan, Marla menarik napas rakus. Lima degup jantung kemudian, wanita itu membuka mata, dengan manik yang tertuju pada sosok sang suami. Punggung tegap pria itu kian menjauh, tetapi tidak bersamanya.Di antara keramaian festival, Arjuna berjalan beriringan dengan Julie. Kini, menyisakan Marla yang menahan perih luka gores pada siku kanannya. Meskipun lukanya tidak seberapa besar—serta Bu Sani sedang membersihkannya agar tidak terkena infeksi, tetapi nyeri yang bersarang pada hatinya lebih terasa.Marla tidak bisa membohongi diri sendiri. Arjuna dan Julie kian menjauh, lalu tenggelam di antara keramaian festival yang seharusnya menjadikan dirinya penuh semangat. Tadinya memang seperti itu. Namun, kehadiran sang suami beserta Julie membuat pikirannya jadi kacau sebentar."Apa perlu ke puskesmas terdekat, Ipar? Barangkali saja kau membutuhkan pertolongan lebih lanjut?" tawar Revan, yang masih duduk dengan tenang sambil melirik ke arahnya.Marl

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   55. Tenggat Utang

    "Jadi, kapan kalian akan membayarnya? Setidaknya cicil sedikit, sebagai jaminan bahwa kalian akan benar-benar membayar utang yang sudah kalian perbuat itu."Yudha menggigit pipi dalamnya cemas, kemudian berkata sambil memasang senyum yang diramah-ramahkan. Sedangkan Kamilia, duduk di sampingnya dengan dagu terangkat tinggi, seakan-akan pembicaraan mereka tidak perkara utang dua pulih lima miliar yang tak kunjung lunas itu."Tunggu sebentar, Tuan Matthew," Yudha melirik putra sulung keluarga Mahagana itu dengan harapan mau mendengar kilahnya, "tenggat waktunya masih tersisa beberapa hari lagi sebelum menginjak satu bulan penuh."Matthew bersandar pada punggung kursi empuk kafe yang didatanginya, lantas memberi tanda bagi Yudha untuk meneruskan."Jadi, begini, kenapa kami harus repot-repot menyicil kalau tepat di akhir bulan nanti, kami bisa membayarnya tepat waktu? Dan sebetulnya kami cukup terkejut karena Tuan Matthew sendiri yang datang untuk menemui saya seperti ini. Seharusnya Tuan

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   54. Festival (3)

    Mendengar ucapan Arjuna, membuat Revan meninggikan salah satu alisnya. Namun, dalam dua detik pertama, pria itu tampak terkejut lantaran saudara tirinya membawa topik tersebut."Tidak biasanya kamu membahas soal Ayah, Bang. Ada apa ini? Apakah kamu mulai takut, kalau Ayah tiba-tiba saja berakhir di tangan seorang musuh?" timpal Revan, berupaya agar tetap tenang.Arjuna mendesah lelah, bersandar pada punggung kursi plastik yang dia dapat dari Bu Sani. Di sampingnya, Julie duduk dengan telinga terpasang lebar-lebar. "Bukan takut lagi," Arjuna memandang sosok Marla yang masih sibuk dengan para penikmat festival untuk beberapa saat sebelum melanjutkan, "tapi kenyataannya memang begitu. Tidak heran kalau tiba-tiba saja Ayah meninggal di tahan musuh dalam selimut."Revan tersenyum timpang, "sepertinya kamu mulai paranoid, Bang. Apakah itu hasil setelah lama menjadi montir biasa yang mampunya mengamati dari kejauhan, beberapa tahun ini?""Kamu tidak paham apa-apa, Revan. Dan satu lagi, kamu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status