Share

05. Insiden Beruntun

Author: Hannfirda
last update Last Updated: 2024-07-08 21:50:52

"Tidur ... seranjang ...."

Marla menggigit bibir bawahnya gelisah. Masih menggenggam tas jinjing berisikan beberapa lembar pakaian yang ada, wanita itu melirik sisi lain ruangan yang menampilkan sang suami tengah sibuk melepas setelan kelabunya yang dipakai seharian ini.

Dia memang sudah pernah melewati malam panas bersama Arjuna. Akan tetapi, waktu itu mereka seolah-olah saling tak sadarkan diri. Sekarang, dia telah resmi menjadi istri dari montir bernama Arjuna itu. Seharusnya, tidak masalah bila mereka tidur bersama.

"Tenang saja," Arjuna membuka suara, "kamu bisa tidur di kamar, aku akan tidur di bawah.”

Meski tak enak hati saat melihat Arjuna tertidur di bawah, setidaknya Marla mengetahui bahwa pria yang baru dinikahinya itu enggan berbuat macam-macam padanya.

Diam-diam, Marla tidak bisa tertidur. Dia masih kewalahan untuk memercayai kenyataan baru yang dipikulnya sekarang ini. Padahal, dulu dia sempat berharap akan merajut masa depan yang indah bersama Yudha. Namun, kini keadannya telah berubah.

Marla justru menikah dengan seorang pria yang tak dikenalinya secara mendalam. Berbagai pikiran mengantarkan Marla pada beribu tanda tanya mengenai perubahan hidupnya hingga menjelang tengah malam.

Dengan posisi membelakangi sang suami, tiba-tiba saja Marla merasakan satu pergerakan. Wanita itu mematung, berpura-pura tidur sementara Arjuna beranjak dari tidurnya setelah menerima satu panggilan.

"Iya? Sebentar, waktunya belum tepat. Tapi, saya akan coba datang ke sana untuk melihatnya sendiri."

Sambungan telepon diputus secepat kilat, kemudian pria itu bergegas mengenakan pakaian serba hitam yang tertutup. Begitu sosok Arjuna berlalu, Marla sempat mengamati pintu kamar barunya tersebut.

"Tengah malam begini, apakah dia pergi untuk melakukan pekerjaan?"

•••••

"Ini! Tolong diterima ya?"

Marla yang baru saja datang dari warung untuk membeli sayuran, membuka mulut lebar-lebar. Di hadapannya, Arjuna yang baru saja pulang, menyodorkan sebuah gelang emas yang terlihat cantik dan menawan.

"I-ini? Buat aku?"

Arjuna mengangguk mantap. "Mau aku pakaikan?"

"Bo-boleh ...." Marla mengulurkan tangannya, membiarkan Arjuna memasangkan gelang tersebut pada pergelangan tangan kirinya. "Cantik sekali ...."

"Kamu suka?"

"Su-suka! Tapi, kalau boleh tahu, dari mana Mas Arjuna mendapatkan uang untuk membeli perhiasan secantik ini? Harganya pasti mahal kan?" tanya Marla.

Untuk sesaat, Arjuna terkesiap. Pria itu merasakan setitik kehangatan yang menjalari hati kecilnya ketika mendengar panggilan manis tersebut mengudara dari mulut Marla.

Mengulum senyum, Arjuna mendekat dan menggenggam tangan istrinya itu penuh kelembutan. Marla mengerjap kebingungan, berusaha mengalihkan pandang.

'Gawat! Bisa-bisanya aku salah tingkah?'

"Tenang saja, harganya tidak begitu mahal."

Marla hanya mampu tersenyum simpul. Jujur saja, hati kecilnya menghangat lantaran baru pertama kalinya mendapatkan pemberian dari seorang suami. Dulu saja, Yudha memang memberikan nafkah, tetapi seolah-olah membayarnya untuk menjadi samsak penderitaan yang mencangkup seluruh anggota keluarga Anugerah.

Wanita itu mengamati gelang tersebut dengan setitik keheranan. Apakah gelang itu bukan dari emas sungguhan? Bagaimana kalau Arjuna sengaja membeli emas palsu sebagai ungkapan bahwa dia tidak perlu khawatir selagi menjadi istrinya?

Apalagi, bagi seseorang yang tidak mempunyai uang banyak, cara Arjuna memberikannya seolah-olah gelang tersebut tidak memakan nominal besar.

‘Apakah benar gelang ini bukan dari emas asli, tapi emas palsu? Tapi, bagaimanapun dia sudah membelikannya. Mungkin, suatu hari nanti Mas Arjuna akan mengatakan yang sebenarnya.’

"Kalau begitu, sekarang aku mau pamit dulu ke kamar. Kamu mau masak? Bisa sendiri?"

Marla mengangguk. "Bisa, Mas."

"Oke," tangan kanan Arjuna terangkat untuk mengelus puncak kepala Marla, "kalau ada sesuatu, panggil saja ya?"

Sosok Arjuna pun melenggang pergi selepas menitipkan kehangatan kecil pada diri Marla. Dipandanginya punggung tegap sang suami yang kian menjauh.

Selesai memasak, Marla mulai merapikan rumah kecil suaminya itu. Tidak terdapat banyak barang di dalamnya. Terlihat pula jika Arjuna senang membersihkan rumahnya.

Maka dari itu, Marla memutuskan untuk menyapu halaman kecil rumah tersebut. Tidak sengaja, dia mendengarkan berita yang tersiar dari televisi tetangga tepat sebelah rumahnya.

"Pencurian emas?"

Marla meletakkan sapu yang dipegangnya saat mendengar berita mengenai pencurian emas yang terjadi beberapa hari lalu. Mulanya, Marla tidak terlalu memikirkan berita tersebut. Namun, berita terbaru yang muncul bagai domino itu membuat Marla tak mampu menanamkan ketenangan lagi.

Terjadi begitu banyak pencurian di toko-toko barang mahal. Pencurian selalu dilakukan sekitar tengah malam hingga dini hari. Tadinya Marla tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Akan tetapi, saat memikirkan bahwa suaminya yang bergaji pas-pasan selalu pergi di waktu tersebut, Marla mulai berasumsi yang buruk-buruk.

Di tengah lamunan yang aneh itu, tiba-tiba saja Arjuna keluar dari kamarnya dengan penampilan yang lebih rapi dari biasanya.

"Ke mana, Mas? Toko pakaian?"

Arjuna mengulum senyum, "Hm, aku tunggu di depan ya!"

Walaupun kebingungan masih menguasai, Marla menurut dan pergi ke suatu tempat menaiki motor satu-satunya yang dimiliki sang suami.

"Mas?" Marla tak memercayai bahwa dia menjejaki toko pakaian ternama yang pastinya mahal-mahal. "Mas? Kenapa beli bajunya di sini? Bukankah lebih baik beli di toko pinggir jalan saja?"

"Tidak, Marla. Aku serius. Beli di sini saja, kamu bebas memilih yang mana saja."

"Mas," Marla menggigit bibir bawahnya, "apa aku boleh bertanya?"

"Boleh, mau bertanya tentang apa?"

Marla merasakan telapak tangannya berkeringat. Haruskah dia bertanya mengenai kejanggalan-kejanggalan yang menghantui isi kepalanya?

Tetapi, bagaimana bila suaminya itu tersinggung?

"A-apakah Mas—"

"Wah! Coba lihat! Siapa yang ada di toko pakaian mahal ini!"

Marla terkesiap, suara itu—suara yang sekarang sangat dibencinya. Arjuna turut menoleh dengan pandangan malas. Yudha dan Kamilia. Pasangan tersebut memasuki toko dengan tampang merendahkan yang tidak pernah luntur terhadap Marla.

Dalam diam, Arjuna ingin sekali pergi dari tempat itu. Namun, dia sudah berjanji untuk membelikan Marla pakaian yang ada di sana.

"Wah! Ternyata mantan istrimu juga ada di sini, Sayang. Tapi, lihatlah! Ternyata dia tidak sendiri. Dia juga bersama dengan pacar barunya." Kamilia mengeratkan rangkulan tangannya pada lengan kanan Yudha. "Oh iya, kenapa kita tidak mengundang mereka sekalian, Yudha?"

Yudha berdeham dengan dagu terangkat tinggi. Entah mengapa, melihat sosok mantan istrinya dengan Arjuna membuat pria itu kesal sendiri.

Dengan penuh kegembiraan, Kamilia menyodorkan undangan pada Marla, yang diterima dengan tenang. Mau emosi, rasanya akan percuma. Lebih baik Marla diam saja, membiarkan Kamilia mengoceh sesukanya.

Melihat undangan pernikahan Yudha dan Kamilia, anehnya Marla tidak terlalu terkejut. Dia sudah menduganya. Walau hatinya sempat terasa sedikit nyeri, tapi intensitasnya cukup samar.

"Datang ya? Tapi, kalau bisa pakai pakaian yang bagus, sama pacar montirmu ini," lanjut Kamilia.

"Suami."

"Eh? Apa?" Kamilia meragukan pendengarannya.

Marla mendengkus lelah, "Dia suamiku. Kami sudah menikah. Sekarang, kami mau permisi dulu."

Arjuna terperangah, tak menduga jika Marla telah menjadi lebih berani ketimbang sebelum-sebelumnya. Namun, saat Marla hendak menarik tangannya untuk keluar dari toko tersebut, Arjuna menahannya.

"Tidak. Kenapa kita harus pergi? Kamu saja belum membeli pakaian apa pun dari sini," potong Arjuna.

"Tapi, Mas,"

"Kita beli dulu ya? Ayo, kita pilih dulu—"

"Memangnya kalian sanggup membeli pakaian yang ada di sini?" sela Yudha. "Kalian kan, miskin! Kenapa tidak sadar diri?"

Marla mengepalkan tangannya, lalu menghadiahi lirikan tajam pada mantan suaminya itu.

"Itu bukan urusanmu!"

Yudha melotot. Tanpa komando, Kamilia maju untuk mendorong Marla hingga jatuh tersungkur.

"Marla!"

"Dasar! Wanita tidak tahu diun—lho? Apa ini? Kenapa mereka mengeliliku seperti penjahat?"

Di luar dugaan, kemunculan empat pria bersetelan rapi di antara mereka membuat situasi dalam toko tersebut memanas.

"Tuan, apakah Nona Marla baik-baik saja?"

•••••

Related chapters

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   06. Sanggup Membeli?

    "Eh? Apa-apaan ini?! Siapa kalian?!"Bukan hanya Yudha dan Kamilia saja yang bingung. Bahkan, Marla menggapai tangan suaminya dengan penuh tanda tanya. Mengapa orang-orang bersetelan itu memanggil Arjuna dengan sebutan 'Tuan'?Marla memicingkan mata, menyadari jika orang-orang itu merupakan para saksi yang datang ke akad nikahnya kemarin. Dia ingin bertanya kepada Arjuna mengenai apa yang sedang terjadi. Meski sekelebatan, akad nikah yang berlangsung di KUA itu masih teringat jelas di kepala Marla.Akan tetapi, saat menoleh dia sempat memergoki Arjuna menggeleng ke arah empat pria bersetelan itu. Empat pria tersebut melempar pandang untuk beberapa saat, tetapi pada akhirnya mundur selangkah. "Nah! Saya mau tanya, apa maksud kalian tadi, hah?! Kenapa kalian malah mengelilingi saya dan suami saya seperti kami ini seorang kriminal?!" Kamilia masih meneruskan ocehannya, sedangkan diam-diam Yudha mengamati tautan tangan Arjuna dan Marla yang begitu erat. Terdapat setitik kekesalan yang b

    Last Updated : 2024-08-26
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   07. Toko Roti

    Keesokan harinya, Marla terbangun lebih lambat dari biasanya. Begitu menilik kasur lipat milik sang suami yang berada di bawahnya, Arjuna sudah tidak ada di sana. Entah ke mana perginya, suaminya tidak meninggalkan pesan apa pun.Akan tetapi, Marla juga tidak bisa bersantai. Dia harus pergi bekerja ke toko roti tempatnya bekerja dulu. Iya, diam-diam sudah meminta tolong pada sang pemilik untuk memberikan cuti menikah selama sepekan. Sekarang, waktu berliburnya sudah habis dan dia harus bekerja lagi.Sebelum meninggalkan rumah, Marla sempat memasak sebentar sebisanya. Kemudian, wanita itu bergegas menaiki kendaraan umum menuju Toko Roti Sunny. "Aduh! Lihatlah! Jam berapa ini, La?!"Datang-datang, Marla langsung mendapatkan omelan dari sang pemilik—Bu Sani. "Maaf, Bu. Kebetulan sa—""Halah! Saya tidak terima alasan apa pun ya?! Ingat! Kamu yang memaksa untuk meminta diterima bekerja di sini dengan gaji yang sudah disepakati. Kalau kamu mau gaji yang kamu inginkan itu tidak melayang, m

    Last Updated : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   08. Salah Paham?

    "Jangan!"Belum genap berjongkok, tahu-tahu saja sebuah tangan menarik Marla untuk berdiri. Wanita itu tersentak, lantas terperangah saat mendapati sang suami telah berdiri di sampingnya. "Apa yang Anda lakukan? Bukankah sudah saya bilang, siapa saja yang berani bermacam-macam dengan saya atau dengan Marla akan merasakan akibatnya?" tukas Arjuna.Masih dengan seragam montir yang melekat, tatapan tegas Arjuna menghunjami sosok Kamilia dan Bu Sani secara bergantian.Kamilia mendecih, "Konyol sekali! Memangnya apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak melihat apa yang kamu pakai ini, hah? Kamu itu hanya seorang montir! Montir rendahan sepertimu tidak berhak berkata seperti itu!""Oh, jadi kamu suaminya Marla?" Bu Sani berseru tak senang. "Apa yang kamu lakukan, hah? Tidak tahukah kalau toko ini kekurangan pelanggan? Kedatangan Mbak Kamilia ini adalah satu-satunya jalan keluar supaya toko ini bisa mendapat pemasukan. Lalu, dengan seenaknya kamu mau mengancam Mbak Kamilia?""Maaf, Bu, tapi p

    Last Updated : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   09. Resepsi Pernikahan

    "Wah, lihat siapa yang datang!"Arjuna dan Marla baru saja memasuki ballroom tempat resepsi pernikahan Yudha dan Kamilia dilangsungkan. Namun, sebuah suara menghalau langkah pasangan tersebut. Tanpa perlu menoleh, siapa pun mengetahui siapa sang pemilik suara.Nyonya Besar—mantan mertuanya yang bernama Nyonya Selvi—mendekat dengan tangan terlipat di depan dada. Tatapan angkuhnya seakan-akan kembali membawa Marla pada hari-hari menyedihkan di kediaman Anugerah.Sebagai bentuk kesopanan yang tersisa, Arjuna dan Marla mengangguk sekilas. Nyonya Selvi mendecih, sebetulnya malas untuk berhadapan dengan keduanya, tetapi menyenangkan sekali mempermalukan mantan menantunya itu."Lihatlah, Marla!" titah Nyonya Selvi sembari mengarahkan dagunya ke arah pukul dua–di mana Yudha dan Kamilia sedang menyapa tamu lain. Marla menurut, menengok pelan. "Yudha dan Kamilia adalah pasangan yang cocok. Jujur saja, aku menyesal sudah memberikan Yudha izin untuk menikahimu dulu. Padahal, kalau tidak kuberikan

    Last Updated : 2024-08-27
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   10. Arjuna Wirajaya

    "A-ayah?"Seluruh kepala yang berada di ballroom terkejut. Kehadiran keluarga Wirajaya yang terkenal saja sudah menimbulkan kegemparan, apalagi dengan kenyataan bahwa anak pertama dari sosok Aryo Wirajaya terlihat di depan mata.Arjuna Wirajaya.Selama ini, eksistensinya masih berupa misteri lantaran tak pernah membersamai Aryo ataupun mewakili pria tua itu dalam beberapa kesempatan. Namun, sekarang orang-orang melihatnya secara langsung. Sang ibu serta saudara tirinya memberikan tatapan kesal, sebab kedatangan Arjuna juga tidak mereka prediksikan. Tapi mau tak mau, Lita menyapa anak tirinya itu dengan senyum yang dibuat-buat."Tidak Ibu sangka, kamu datang ke sini juga, Jun." Lita mendekat, turut memandangi sosok Marla yang mematung. Wanita itu masih kepayahan mencerna apa yang terjadi. "Dia istrimu? Kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang pernikahanmu pada kami? Kalau kamu cerita, pastinya kami semua akan datang dan memeriahkan pernikahan kalian."Arjuna mendengkus malas. Ibu ti

    Last Updated : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   11. Menyalahkan Marla

    Sementara itu, ballroom masih dihuni oleh ketegangan yang menguar akibat kedatangan keluarga Wirajaya. Yudha berusaha membujuk Aryo dengan cara menunggu selama beberapa saat, sedangkan sekretaris pria itu kelimpungan mengambil salinan kerja sama yang ditujukan terhadap PT. Wira Cahaya.Akan tetapi, diakibatkan oleh keputusan yang Arjuna canangkan tadi, Aryo jadi malas untuk bertamu dan ingin lekas pulang. Di sisi lain, Lita dan anaknya sedang dibujuk oleh Fandi Anugerah beserta sang istri—Selvi. "Nyonya Lita, saya mohon, bantu keluarga saya ya? Mungkin Tuan Aryo akan berubah pikiran setelah melihat rancangan kerja sama yang anak saya buat." Sembari menggenggam tangan Lita, Selvi berharap istri kedua dari Aryo Wirajaya itu mau membantu keluarganya.Fandi sendiri tidak bisa mengatakan apa pun, lantaran sosok Aryo Wirajaya memang mempunyai watak yang kelewat keras dan tegas. Lita mendengkus malas. "Masalahnya, saya sendiri tidak punya hak untuk membantu Mas Aryo agar mau membaca lemba

    Last Updated : 2024-08-28
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   12. Pindah Rumah

    "Kita akan pindah?"Marla bertanya dengan mata membulat sempurna. Masih berdiri di ambang pintu rumah sempit yang selama dua pekan ini telah menjadi rumah barunya. Wanita itu menganga, seolah-olah pemberitahuan Arjuna mengenai pindah rumah sama seperti mendengar meteor akan jatuh tepat di atas kepalanya.Arjuna yang melepas setelan terluarnya, menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa? Apa ... ada yang salah?"Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja, semuanya masih terlalu menyilaukan bagi Marla untuk dicerna. Suaminya beserta keluarganya merupakan keluarga sultan. Betapa besarnya beban baru yang berada pada pundak Marla saat ini.Mengerti bahwa sang istri masih kepayahan beradaptasi, Arjuna mendekat. "Kenapa, Marla? Ada yang mau kamu bicarakan? Bicara saja, aku akan mendengarnya," tawar pria itu.Marla duduk di kursi plastik yang mereka letakkan di ruang tamu. Wanita itu memberi tanda bagi Arjuna untuk turut duduk, yang mana langsung dituruti."Kenapa kamu menyembunyikan semua ini

    Last Updated : 2024-09-01
  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   13. Kenapa?

    Kenapa?Kenapa permintaan Arjuna seperti itu?Apakah Arjuna mempunyai perasaan terhadapnya sehingga permintaannya berupa balasan cinta dari seorang istri kepada suaminya?Menyadari jika Marla masih belum bisa menerima semuanya—termasuk dengan permintaan mendadak tadi, Arjuna memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah lamanya itu."Mas, sebentar," Marla mencekal lengan sang suami. "Utang.""Hm?"Marla melirik sekitar, para tetangga telah berdiri di depan rumah masing-masing sejak dia keluar dari rumah tadi. Tentunya, mereka penasaran dengan mobil yang Arjuna kendarai saat ini."U-utang, katanya kamu sering utang di warung. Apa kamu sudah membayarnya?"Genap tiga detik, Arjuna terdiam lalu melayangkan tawa kecilnya. Tangan kanan pria itu terulur untuk mengacak puncak kepala Marla, merasa gemas."Tenang saja, Julie sudah membayarnya. Tapi, terima kasih sudah mengingatkan suamimu ini. Sekarang, ayo! Kita pergi!"Genggaman tangan Arjuna yang menarik Marla untuk memasuki mobil, membuat darah

    Last Updated : 2024-09-01

Latest chapter

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   46. Insisting?

    Perkataan Yudha membuat tiga kepala yang mengitarinya terkejut. Jangankan Arjuna ataupun Marla, bahkan Kamilia yang saat ini berstatus sebagai istri barunya pun terperanjat."Yudha! Apa-apaan kamu! Kenapa kamu ma—""Diam, Kamilia! Aku tidak membutuhkan pendapatmu."Kamilia membelalak, "apa, Yudha? Kamu tidak membutuhkan pendapatku? Aku ini istrimu! Istrimu yang sekarang! Kenapa kamu—""Diam!"Kamilia mengatupkan bibir rapat-rapat, menggeram pelan dengan kedua tangan mengepal hingga buku-buku jari wanita itu memutih.Sementara itu, Arjuna membuka suara meskipun dia juga telah berusaha untuk menahan amatah. Sebab siapa pun mengetahui bahwa yang Yudha ucapkan tadi sangatlah tidak masuk akal."Tuan Yudha, sepertinya Anda membutuhkan udara segar, karena berbicara Anda sudah tidak beraturan seperti itu." Sarkasnya, sembari menggenggam tangan Marla begitu erat—enggan melepasnya walau sedetik.Marla sendiri tidak mampu mempercayainya. Bisa-bisanya Yudha berkata demikian? Selepas seluruh sakit

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   45. Yudha Makin Edan

    Baik Arjuna maupun Marla tidak ada yang senang atas kedatangan pasangan tersebut. Bahkan, yang membuat Arjuna bertanya-tanya, mengapa Yudha dan Kamilia berani menampakkan diri di resepsi pernikahan Mahagana yang menjadi tempat pria itu untuk meminjam uang?Sepertinya ada yang tidak beres dengan jalan pikiran Yudha dan Kamilia.Kamilia dengan santainya mengambil duduk di samping Arjuna, seolah-olah mereka cukup dekat. Padahal, Yudha mengamati Kamilia dengan kening berkerut. Tadinya Yudha ingin menegur Kamilia, tetapi Arjuna telah membuka suara terlebih dahulu."Seingat saya, Sherry tidak mengundang kalian untuk datang ke sini, Tuan Yudha dan Nona Kamilia."Senyum Kamilia luntur dalam sekejap mata, sebelum berdeham dan kembali meninggikan dagu, jelas tidak mau kalah."Siapa bilang? Yang mengundang kami adalah keluarga sang mempelai pria, keluarga Mahagana." Elak Kamilia, yang tentunya cuma sekadar membual.Arjuna menggeleng lelah. Padahal, dia tahu sendiri bahwa keluarga Mahagana enggan

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   44. Sebuah Kebetulan

    Marla menoleh ke arah yang Sherry tuju. Manik mata wanita itu langsung mengenali pasangan paruh baya yang tidak asing. Mengetahui keberadaan Marla, pasangan tersebut pun tersenyum lebar ke arahnyq.Sherry menyapa pasangan tersebut, "selamat datang, Tuan Soni Purnama dan Nyonya Almira Purnama. Kalian berdua sudah jauh-jauh datang dari luar kota sampai ke sini. Silakan menikmati hidangan yang ada, Tuan dan Nyonya Purnama. Terima kasih sudah mau menyempatkan waktunya untuk datang ke resepsi pernikahan ini."Almira Purnama tersenyum kalem. Menyelamati Sherry atas pernikahan wanita itu, lalu tatapan Almira jatuh kepada sosok Marla yang berdiri tenang dengan senyum simpulnya."Suatu kebetulan, kita bertemu lagi di sini, Mbak." Almira mengulurkan tangan, yang langsung dijabat oleh Marla secepat mungkin. "Ah, iya, suatu kebetulan, Nyonya Almira Purnama. Benar? Maafkan saya kalau saya salah menyebut nama Nyonya." Kata Marla.Almira Purnama terkekeh pelan, senyum keibuannya membuat hati Marla

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   43. Menghadiri Resepsi

    Menempuh dua jam perjalanan, akhirnya seluruh rombongan Wirajaya datang ke kota tujuan. Mereka langsung disambut apik oleh pihak bandara. Bahkan, Marla berusaha untuk tidak menganga saat dia mendapatkan dua lanjur barisan pengawal dalam perjalanan menuju keluar area bandara.'Astaga, sudah mengalahi para artis saja! Tapi, mengingat betapa besar kekayaan Wirajaya, sepertinya wajar-wajar saja kan?'Arjuna menoleh ke arahnya, melingkarkan salah satu lengan pria itu pada pinggang Marla. "Jangan jauh-jauh, Marla. Nanti kalau ada yang menculikmu, bagaimana? Pastinya aku tidak bisa tenang barang sedetik pun."Marla mengulum senyum. "Mas, aku bukan seorang anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagi pula, pengawal yang kelewat banyak ini pastinya juga akan melaksanakan tugas mereka dengan baik saat mengetahui ada yang aneh, 'kan?""Iya, memang benar," lanjut Arjuna, "tapi tetap saja, apakah seorang suami tidak boleh mencemaskan keselamatan istrinya sendiri? Pokoknya, kamu harus dek

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   42. Tidak Tenang Lagi

    Aneh.Arjuna belum pulang, bahkan ketika jarum jam menunjukkan angka sepuluh pada malam hari. Marla menggigit bibir bawahnya gelisah, mondar-mandir di ruang tamu."Apakah terjadi sesuatu terhadap Mas Arjuna? Kalau pulang telat, pastinya Mas Arjuna akan memberi tahu, mengirimiku pesan. Tapi, sudah jam segini, Mas Arjuna tidak memberi kabar apa pun."Marla mendudukkan diri di sofa, menarik napas perlahan sembari menepis berbagai asumsi yang kerap muncul di saat yang tidak tepat."Aduh! Ada apa denganku? Kenapa aku selalu berpikiran yang tidak-tidak belakangan ini?" Baru saja wanita itu menutup mata untuk menenangkan diri, tahu-tahu saja suara pintu gerbang utama terdengar tengah dibuka oleh sang satpam. Dengan sigap, Marla beranjak, melangkah ke teras rumah.Tampak lelah, Arjuna keluar dari mobil. Ketika pria itu mendongak dan bertemu tatap dengan sang istri, kening Arjuna berkerut heran. "Marla? Kamu belum tidur? Sudah jam segini."Marla menyalami sang suami, mencium punggung tangan p

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   41. Menepis Keanehan

    "Karena Pak Hindrawan tidak bisa datang, lebih baik kita pergi saja, Julie. Bagaimana?"Pertanyaan Arjuna mengalihkan fokus Julie, yang sebelumnya terpatri pada tablet yang berada pada genggaman. Julie melirik jam tangan, lantas mengangguk pasrah."Yah, memang lebih baik kita pergi dari sini. Maaf karena sudah membawa Tuan Muda jauh-jauh ke sini, tapi tidak sampai bertemu dengan Pak Hindrawan." Julie menunduk sekilas sebagai permintaan maaf.Arjuna mengibaskan tangan, "tidak masalah. Mungkin beliau memang berhalangan hadir karena suatu hal yang lebih penting. Omong-omong, kenapa Pak Hindrawan tidak sekalian menghubungi saya saja? Pastinya terlalu berbelit-belit kalau menghubungimu terlebih dahulu, Julie.""Saya sendiri juga tidak tahu, Tuan Muda. Yang pasti, beliau membuat janji tepat sore kemarin, saat bertamu di kediaman utama. Tuan Besar menyuruh saya untuk melakukan reservasi di restoran ini. Saya mau memberi tahu Tuan Muda semalam, tetapi saya sendiri masih mengurus beberapa berk

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   40. Datang Lagi

    Tidak berbeda jauh dengan Arjuna, Marla sendiri terus mengumbar senyum yang kelewat ramah pada para pembeli di Toko Roti. Bu Sani dan para junior-nya saling melempar pandang, tetapi mereka memutuskan untuk tidak mempertanyakannya secara langsung ke hadapan Marla."Marla," panggil Bu Sani pelan, "beristirahatlah! Sedari tadi kamu terus yang melayani pembeli. Bahkan, kamu tidak memberi kami kesempatan untuk melayani mereka.""Ah ...." Marla meringis.Memang benar, dia tidak berhenti melayani pembeli. Namun, dia sendiri juga tidak mengetahui alasannya. Apakah karena semalam dia dan sang suami baru saja lebih terbuka? Serta, rasanya dia tidak merasa lelah sama sekali.Mau mondar-mandir sampai tahun depan juga rasanya tidak masalah. Marla sanggup-sanggup saja. Namun, yang dikatakan Bu Sani memang benar. Dia harus beristirahat, membiarkan para junior-nya melayani pembeli yang lain, jadi tidak terkesan sebagai pajangan saja."Baiklah, Bu, saya akan—""Selamat siang, Ipar!"Marla tersentak sa

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   39. Mandi Bersama

    Marla mondar-mandir di depan pintu kamar mandi dalam balutan jubah mandi. Wanita itu dilanda gugup, cemas, antisipasi, semuanya bercampur aduk. Kenapa bisa setiba-tiba ini?"Seharusnya tidak ada masalah kan? Mas Arjuna itu suamiku, dan aku istrinya—tapi ... kenapa aku bertingkah seperti perawan yang baru mau melakukan malam pertama?"Wanita itu menggigit bibir bawahnya, bergerak bak setrika. Arjuna sudah menunggu di kamar mandi, mungkin telah menantinya di dalam bak mandi. Marla sudah bisa membayangkan betapa intim suasana di kamar mandi. Dengan Arjuna yang telah menantinya tanpa busana, bersandar pada dinding porselen bak mandi dengan tubuh yang kekar dan tegap.Marla merasakan pipinya memanas. Tanpa perlu bertanya lagi, dia tahu apa yang akan terjadi sesaat setelah dia memasuki kamar mandi. Tentunya bukan sekadar mandi biasa.Akan tetapi, dia tidak mungkin menghindar dan lari begitu saja dengan berbagai macam alasan. Kalau dipikir-pikir, ini memang sudah waktunya bagi mereka untuk

  • Dibuang Mantan, Dimanjakan Sultan   38. Ajakan Mendebarkan

    Secepat kilat, Marla mundur. Revan menaikkan satu alisnya, terkekeh sebelum menarik tangan kembali ke sisi tubuh pria itu."Ah, sepertinya ipar saya yang satu ini tidak menyukai kedekatan antara saudara ipar ya? Tidak masalah, saya tidak akan memaksamu, Marla."Revan menyampirkan lengannya pada pundak wanita yang bersamanya. Pria itu tersenyum timpang, kembali mengamati penampilan Marla untuk yang kedua kalinya.Tidak mau membiarkan Revan berada di sana sesiangan penuh, Marla bergegas mengemas roti yang pria itu beli—dengan setengah hati. Siapa pun bisa melihatnya. Revan hanya 'sekadar' membeli tanpa mengetahui apa yang dibelinya barusan."Ini. Pembayarannya bisa langsung di kasir, silakan! Terima kasih atas kunjungannya, Revan."Revan mengangguk singkat, kemudian berlalu ke kasir bersama wanita yang masih betah bergelayut manja padanya. Sementara itu, Kamilia bersedekap tak senang. Melihat bagaimana cara Revan berinteraksi dengan Marla barusan, kembali memunculkan rasa iri yang mengg

DMCA.com Protection Status