Senja melirik malas ke arah meja bernomor 10, di sana ada Devano. Mau apa pemuda itu sebenarnya. Bukankah kemarin sudah jelas kalau Senja itu istri dari temannya. Mereka kan sudah bertemu di bengkel. Apa lelaki itu tak putus asa kah mengajak Senja balikan?.
"Kenapa? Mantan kamu gangguin lagi?" Tanya Arthur yang melihat Devano datang. Ia beberapa hari tak melihat si kampret Snippers itu. Ia kira mantannya Senja itu sudah mengibarkan bendera putih.
"Iya tapi aku bukan pengecut. Aku mau ke sana, mau tanya mau dia apa!!" Senja tak gentar, menghadapi Devano nyalinya jadi besar. Memang apa yang bisa Devano lakukan, laki-laki itu tak akan ia biarkan merusak kebahagiaannya. Cukup masa SMAnya yang sebentar di isi dengan kesedihan dan sakit hati.
Langkahnya begitu mantap, membawa catatan dan sebuah pena baru kemudian menyodorkannya ke hadapan mantan kekasihnya.
"Mau pesan apa? Aku catat sekarang!!"
&nbs
Senja langsung tersadar, pikiran buruknya lenyap sudah. Ia kira perempuan yang bernama Nadine itu seperti perempuan penggoda. Nyatanya salah, Nadine begitu ramah dan juga cantik. Harus Senja akui jika Nadine itu sempurna sebagai seorang perempuan. Ia bergaya modis nan anggun. Garis wajahnya oval nan lemah lembut."Iya"."Ga, kamu gak cerita kalau punya istri semanis ini". Pujinya tulus.Di sentuhnya pipi Senja yang chubi, Nadine benar-benar penggambaran seorang kakak perempuan yang penyayang. "Kenapa kamu mau ikut ke sini, tempat yang menurut aku gak layak untuk di tinggali"."Istri ikut kemana pun suaminya pergi". Nadine mengelus rambut Senja yang panjang."Saga beruntung punya istri se baik kamu " Namun sepertinya Saga tak bersyukur, ia malah menatap Nadine lekat-lekat. Nadine penggambaran wanita sempurna dengan kebaikan hati tak tertandingi."Aku mas
"Bagusan yang mana ya?" Saga mengedikkan bahu. Mana ia tahu mana alat lukis yang bagus atau tidak. Dia hanya mengekori Nadine dari tadi. Mereka menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di sebuah Mall."Ih percuma ngajakin kamu Ga, dari tadi gak bisa milihin buat aku!!" ungkap Nadine kesal dan menampik bahu Saga. Kalau begini tadi lebih baik mengajak Icha saja. Selera Saga itu payah bin terlalu jadul."Kamu pergi sama aku, istri kamu gak marah?""Senja santai banget orangnya, dia itu jarang marah." Nadine memilih sebuah kanvas tebal berukuran tebal. Ia memang gemar melukis namun saat di Amerika, kesenangannya harus ia tahan karena suaminya tak pernah setuju jika dirinya menggoreskan cat air di atas kanvas. Romi selalu menyuruhnya untuk berdandan layaknya perempuan terhormat dan high class. Hidup Nadine seperti manekin hidup walau begitu ia tetap mencintai suaminya."Ceritain dong tentang istri kamu." Saga berpikir sejenak lalu meng
"Terima kasih kak Troy." Ucap Senja keluar dari mobil Ferari milik Troy. Entah karena pikirannya agak kacau, ia menerima kebaikan Pria yang dia kira agak aneh ini. Tanpa pamit, melambaikan tangan, atau sekedar berkata hati-hati, Senja berjalan menunduk masuk bengkel. Seharian rasanya melelahkan sekali, bukan Raga yang lelah namun hati yang terlalu gundah akibat foto Saga bersama Nadine tadi. "Loe keterlaluan, dua hari ini sama Nadine terus sampai lupa kalau ada Senja yang nungguin di rumah." Langkah Senja yang berada di ambang pintu seketika berhenti mendengar namanya di sebut. Ia mendengarkan baik-baik apa yang Saga bahas bersama kawan-kawannya. "Nadine baru pulang. Dia butuh gue, hubungan dia sama Romi lagi gak baik." Angga naik pitam, di kiranya Saga itu masih merasa singgel hingga bisa jadi ibu peri untuk Nadine. "Itu urusannya Nadine ama suaminya. Bukan berarti loe gak peduli sama Senja, dia bini loe!!" Kini g
Troy meremas setirnya dengan jantung ngos-ngosan. Hampir saja ia menabrak seseorang kalau saja tak menginjak rem tepat waktu. Dengan perasaan panik, ia langsung membuka pintu mobil untuk keluar."Senja!!" Teriaknya kegirangan karena kalau sampai ia menabrak adiknya sendiri, celakalah dia. "Aku balik handphone kamu ketinggalan!""Kak, bawa aku pergi dari sini!!" Senja yang Troy jumpai wajahnya penuh dengan linangan air mata."Kamu kenapa?""Cepet bawa pergi aku dari sini!!" Teriaknya murka karena Saga kini semakin dekat. Troy terkejut namun segera membawa adiknya pergi dari sana. Ia tak tahu apa yang terjadi namun saat Saga sudah sampai di jalan dan berteriak-teriak, Troy sadar jika ada yang terjadi dengan mereka dan tentunya bukan sesuatu yang baik.Saga terlambat, mobil Troy sudah melaju dengan kencang. Meninggalkannya berdiri di tepi jalan dengan raut muka putus asa. Dia memang menyayangi Nadine namun tetap saja ia tak menampik kehadiran Senja di
"Itu tadi siapa?" Tanya Dara pada Troy yang kini sudah ada di dapur mengambil air minum."Dia adik gue, adik kandung gue yang hilang dulu. Gue pernah cerita kan sama loe?""Jadi dia gak mati, dia masih hidup!!" Troy hanya mengangguk lalu mengambil es batu di dalam kulkas."Tapi sayang dia gak tahu kalau gue kakaknya. " Dara menatap Troy iba. Semua orang tahu Troy itu kuat, pintar, dan perfeksionis namun dia sebenarnya kesepian dan juga butuh dukungan. Seseorang yang selalu jadi pemenang memang agak egois dan juga jarang punya teman."Jangan tatap aku kayak gituh." Dara malah tersenyum masam. Troy paling benci jika dikasihani."Kamu mau disiapin makan?" Troy menggeleng."Tapi ada makanan kan? Nanti biar Senja bisa makan kalau lapar.""Jadi namanya Senja? Adik kamu itu kenapa matanya sembab? Kayak orang habis nangis!""Aku gak tahu, itu yang harus kamu cari tahu. Biasanya perempuan mau ngomong sama sesamanya." Untuk hal itu Dara
“Masih gak mau makan?” Tanya Troy kepada orang di seberang telepon. “Belum mau. Dia malah masuk kamar dan nangis lagi.” “Kamu gak bisa ngorek info apa pun dari dia?” Troy memukul setir ketika mendapatkan jawaban tidak dari Dara. “Masak gituh aja gak bisa!! Begok loe, gak becus loe!!,” Hardiknya kasar, meski di dalam telepon. Dara tetap saja sakit hati. “Kita baru ketemu satu kali, gak mungkin Senja mau cerita tentang masalahnya. Kalau kamu kepo dengan masalah adik kamu. Kenapa kamu gak tanya sendiri?” Dengan tak sopan Dara memutus panggilan Troy sepihak. Dara sebal menerima umpatan kasar. Troy sebenarnya kesal di putus panggilannya namun ia sadar jika seseorang sudah menunggunya di luar mobil. “Sorry, kamu nunggunya lama.” “Kak Troy mau ajak aku ke mana?” Tanya Fara malu-malu. Pasalnya untuk pertama kalinya orang yang ia sukai, mengajaknya pergi. Mereka akan kencan kemana ya? Pantai, restoran mewah, Mal, atau ke tempat yang lebih romantis. Mem
Arthur hampir saja menjatuhkan tutup gelas saat melihat Saga di cafenya. Memang pemuda itu biasa datang karena mengantarkan Senja itu pun hanya di depan bukan masuk ke dalam.“Ada urusan apa kamu kemari?” Tanya Arthur baik-baik. Seperti biasa Saga itu anak tengil bergaya sok. Masuk ke tempat orang tetap saja gayanya sok jagoan.“Di mana Senja?” “Belum datang dia, jadwalnya k
Troy memukul setir dan berteriak sangat kencang ketika mengetahui apa yang terjadi pada Senja. Si Saga tak hanya menghancurkan masa depan adiknya namun juga menghancurkan hati adiknya juga. Taruhan? Adiknya tak lebih berharga dari sebuah uang? Bahkan Troy menukar kebebasannya agar bisa bertemu Senja, Saga dengan mudahnya menyepelekan kehadiran Senja. Laki-laki itu tak akan pernah mendapat pengampunannya. "Ahhhhhh......!!!!" Troy akan menghancurkan kepala Saga dengan tangannya sendiri, air mata adiknya harus di bayar dengan nyawa laki-laki itu. Tapi sebelum semua keinginan Troy terwujud, ia harus menemui seseorang terlebih dahulu untuk mengungkap semua. Senja harus tahu kalau mereka bersaudara. "Troy." Troy yang emosi menahan pintu rumah sang mamah. Tak peduli jika wanita paruh baya itu tengah kesusahan atau kesakitan. Brakk Pintu terdorong, dan Helen terjengkang di balik pintu. "Mau apa kamu ke sini? Bukannya semua sudah jelas." "Aku m