“Masih gak mau makan?” Tanya Troy kepada orang di seberang telepon.
“Belum mau. Dia malah masuk kamar dan nangis lagi.”
“Kamu gak bisa ngorek info apa pun dari dia?” Troy memukul setir ketika mendapatkan jawaban tidak dari Dara. “Masak gituh aja gak bisa!! Begok loe, gak becus loe!!,” Hardiknya kasar, meski di dalam telepon. Dara tetap saja sakit hati.
“Kita baru ketemu satu kali, gak mungkin Senja mau cerita tentang masalahnya. Kalau kamu kepo dengan masalah adik kamu. Kenapa kamu gak tanya sendiri?” Dengan tak sopan Dara memutus panggilan Troy sepihak. Dara sebal menerima umpatan kasar.
Troy sebenarnya kesal di putus panggilannya namun ia sadar jika seseorang sudah menunggunya di luar mobil. “Sorry, kamu nunggunya lama.”
“Kak Troy mau ajak aku ke mana?” Tanya Fara malu-malu. Pasalnya untuk pertama kalinya orang yang ia sukai, mengajaknya pergi. Mereka akan kencan kemana ya? Pantai, restoran mewah, Mal, atau ke tempat yang lebih romantis. Mem
Arthur hampir saja menjatuhkan tutup gelas saat melihat Saga di cafenya. Memang pemuda itu biasa datang karena mengantarkan Senja itu pun hanya di depan bukan masuk ke dalam.“Ada urusan apa kamu kemari?” Tanya Arthur baik-baik. Seperti biasa Saga itu anak tengil bergaya sok. Masuk ke tempat orang tetap saja gayanya sok jagoan.“Di mana Senja?” “Belum datang dia, jadwalnya k
Troy memukul setir dan berteriak sangat kencang ketika mengetahui apa yang terjadi pada Senja. Si Saga tak hanya menghancurkan masa depan adiknya namun juga menghancurkan hati adiknya juga. Taruhan? Adiknya tak lebih berharga dari sebuah uang? Bahkan Troy menukar kebebasannya agar bisa bertemu Senja, Saga dengan mudahnya menyepelekan kehadiran Senja. Laki-laki itu tak akan pernah mendapat pengampunannya. "Ahhhhhh......!!!!" Troy akan menghancurkan kepala Saga dengan tangannya sendiri, air mata adiknya harus di bayar dengan nyawa laki-laki itu. Tapi sebelum semua keinginan Troy terwujud, ia harus menemui seseorang terlebih dahulu untuk mengungkap semua. Senja harus tahu kalau mereka bersaudara. "Troy." Troy yang emosi menahan pintu rumah sang mamah. Tak peduli jika wanita paruh baya itu tengah kesusahan atau kesakitan. Brakk Pintu terdorong, dan Helen terjengkang di balik pintu. "Mau apa kamu ke sini? Bukannya semua sudah jelas." "Aku m
"Dia kakak kamu" Tangis haru menggema di seluruh penjuru ruangan. Beberapa saat lalu keadaan masih tenang sebelum semua terungkap. Selama ini yang ada di benak Senja, dirinya hanya punya mamah dan papah yang telah tiada. Kenyataannya dia punya seorang kakak laki-laki yang di besarkan oleh sang kakek. Kenapa selama kini mamanya tak pernah cerita, membahas pun tidak. Senja tak ingin marah sebab dirinya tahu jika mamanya punya alasan kuat menyembunyikan rahasia sebesar ini. Troy langsung memeluk sang adik perempuan yang sangat di rindukannya. Baginya bertahan hidup untuk sekarang hanya demi Senja, satu-satunya saudara yang ia punya. "Kakak!" Troy memeluk adiknya semakin erat. Panggilan yang selama ini ia nantikan akhirnya keluar dari mulut Senja. Tak ada yang lebih membahagiakan dari pada itu . Troy di terima dan di sambut hangat. "Aku gak tahu harus ngomong apa tapi aku bahagia karena aku punya kakak." Troy di besarkan untuk jadi pemenang, sesak
"Senja!!" pekik seseorang, Senja hanya diam tak mau menyahut. Lalu berjalan lurus menuju lantai atas."Maafin kami Senja." Angga menyusul jalan Senja yang agak cepat namun Dara menghadang langkahnya ketika Angga hendak naik tangga. "Tolong mbak menyingkir." Dara tak bergeming, sorot matanya begitu galak."Tunggu di sini aja mas, temen saya mau ngambil barang-barangnya terus pergi.""Tapi mbak..." Dara tetap berdiri tak berniat berpindah tempat. Sedang Senja di lantai atas, mengambil awut-awutan semua barang-barangnya. Mulai dari kertas skripsi, laptop, pakaian cas, powerbank, sampai dengan alat make up yang jumlahnya tak seberapa. Ia masukkan semua barang ke dalam tas besar yang ia pinjam dari Dara. Setelah selesai ia menatap, meneliti setiap sudut kamarnya bersama sang suami.Senja ingat bagaimana dulu merapikannya, membersihkannya, menata semua perabotan. Waktu itu dalam hatinya ia berharap memulai segalan
Saga jelas terpuruk, Senja merencanakan sebuah perceraian. Istrinya itu sudah membawa buku nikah mereka dan Saga tahu kalau mungkin Senja sakit hati dan tak melanjutkan bahtera pernikahan ini. Ia tak rela jika berpisah saja sudah mendatangkan penyesalan apalagi perceraian. Saga dengan lemas duduk di sofa, kepalanya ia remas dengan tangan lalu ia menunduk untuk menyembunyikan matanya yang sudah sembab. “Senja beneran minta cerai?” tanya Gio entah pada siapa. Harusnya Saga peka kalau dirinya tengah di bicarakan. “Dia bawa buku nikah kalian kan?” “Gue gak tahu. Gue pikir Senja Cuma marah sementara terus setelah itu kita akan baik-baik saja.” Angga dan Gio menatap iba ke arah sang leader. Senja itu sabar, lembut dan baik hati pasti kalau di sakitin sisi kejamnya akan bangkit. Ada yang pernah bilang jangan mengusik seseorang yang pendiam, karena amarah mereka lebih mengerikan. “Tapi gue kayak kenal sama perempuan yang sama Senja tadi. Wajahnya mirip seseorang,” uc
Fara risih di kejar terus oleh laki-laki yang kini telah di belakang . Laki-laki brengsek, tak tahu diri serta tak tahu malu itu selalu menanyakan tanggal pernikahan Senja.“Tolong… Ra, kasih tahu gue di mana Senja?”“Apa? Status kalian Cuma mantan. Jaga batasan loe, Senja itu udah jadi bini orang.” Fara berkelit saat Devano duduk tepat di sampingnya. Ia bergeser semakin jauh.
Saga bukan hanya satu, dua kali menghadapi Troy. Jadi ia tahu gerakan apa yang akan kakak iparnya itu tinjukan padanya. Namun kali ini Troy berbeda, dia menyerang Saga dengan tenaga berkali-kali lipat karena di kuasai emosi.Troy merasa harus menghancurkan Saga, meremukkan tulang leader genk snipper itu sampai tak terbentuk. Saga harus merasakan sakit hati yang Senja dapat. Tak ada pengampunan apalagi belas kasihan. Troy menyerang dengan membabi buta sedang Saga meninju dengan teratur serta mengenai beberapa titik vital milik Troy. Troy memang dewa di arena balap namun ia harus mengakui bahwa kalah teknik dengan Saga apabila berkelahi. Tapi di dalam kamus hidup Troy kata kalah tak ada. Kalau dirinya terdesak cara apa pun akan dirinya lakukan untuk menang.“Gue gak akan biarin loe menang dan bisa ketemu adik gue,” ucapnya sebelum meninju rahang Saga hingga sudut bibir suami Senja itu berdarah.“Dan gue gak akan nyerah untuk ketemu sama istri gue
Troy dan Saga hanya menunggu di luar ruangan. Mereka tidak membawa Senja ke rumah sakit tapi ke sebuah klinik terdekat dengan lokasi pertempuran mereka tadi. Sepertinya kini dua orang itu sama-sama meredam amarah dan ego, keadaan Senja lebih dulu di utamakan dan jauh lebih penting.“Keluarga pasien?” Tanya seorang dokter perempuan yang baru keluar dari ruangan Senja di rawat.“Saya dok.” Saga dan Troy sama-sama maju membuat sang dokter mengerutkan kening. Selain bingung, dokter itu juga terkejut mendapati keadaan dua pria di hadapannya yang sama-sama babak belur.“Saya kakaknya dok.”“Saya suaminya.” Dokter itu lalu mengulas senyum. Kedua orang ini memang benar-benar keluarga dari si pasien yang terbaring di dalam.“Begini pak.” Troy dan Saga bersamaan mendekat. “Nona Senja terkena anemia, kurang nutrisi dan juga dehidrasi ringan.”“Apa itu parah dokter?”