Saga jelas terpuruk, Senja merencanakan sebuah perceraian. Istrinya itu sudah membawa buku nikah mereka dan Saga tahu kalau mungkin Senja sakit hati dan tak melanjutkan bahtera pernikahan ini. Ia tak rela jika berpisah saja sudah mendatangkan penyesalan apalagi perceraian. Saga dengan lemas duduk di sofa, kepalanya ia remas dengan tangan lalu ia menunduk untuk menyembunyikan matanya yang sudah sembab.
“Senja beneran minta cerai?” tanya Gio entah pada siapa. Harusnya Saga peka kalau dirinya tengah di bicarakan. “Dia bawa buku nikah kalian kan?”
“Gue gak tahu. Gue pikir Senja Cuma marah sementara terus setelah itu kita akan baik-baik saja.” Angga dan Gio menatap iba ke arah sang leader. Senja itu sabar, lembut dan baik hati pasti kalau di sakitin sisi kejamnya akan bangkit. Ada yang pernah bilang jangan mengusik seseorang yang pendiam, karena amarah mereka lebih mengerikan.
“Tapi gue kayak kenal sama perempuan yang sama Senja tadi. Wajahnya mirip seseorang,” uc
Fara risih di kejar terus oleh laki-laki yang kini telah di belakang . Laki-laki brengsek, tak tahu diri serta tak tahu malu itu selalu menanyakan tanggal pernikahan Senja.“Tolong… Ra, kasih tahu gue di mana Senja?”“Apa? Status kalian Cuma mantan. Jaga batasan loe, Senja itu udah jadi bini orang.” Fara berkelit saat Devano duduk tepat di sampingnya. Ia bergeser semakin jauh.
Saga bukan hanya satu, dua kali menghadapi Troy. Jadi ia tahu gerakan apa yang akan kakak iparnya itu tinjukan padanya. Namun kali ini Troy berbeda, dia menyerang Saga dengan tenaga berkali-kali lipat karena di kuasai emosi.Troy merasa harus menghancurkan Saga, meremukkan tulang leader genk snipper itu sampai tak terbentuk. Saga harus merasakan sakit hati yang Senja dapat. Tak ada pengampunan apalagi belas kasihan. Troy menyerang dengan membabi buta sedang Saga meninju dengan teratur serta mengenai beberapa titik vital milik Troy. Troy memang dewa di arena balap namun ia harus mengakui bahwa kalah teknik dengan Saga apabila berkelahi. Tapi di dalam kamus hidup Troy kata kalah tak ada. Kalau dirinya terdesak cara apa pun akan dirinya lakukan untuk menang.“Gue gak akan biarin loe menang dan bisa ketemu adik gue,” ucapnya sebelum meninju rahang Saga hingga sudut bibir suami Senja itu berdarah.“Dan gue gak akan nyerah untuk ketemu sama istri gue
Troy dan Saga hanya menunggu di luar ruangan. Mereka tidak membawa Senja ke rumah sakit tapi ke sebuah klinik terdekat dengan lokasi pertempuran mereka tadi. Sepertinya kini dua orang itu sama-sama meredam amarah dan ego, keadaan Senja lebih dulu di utamakan dan jauh lebih penting.“Keluarga pasien?” Tanya seorang dokter perempuan yang baru keluar dari ruangan Senja di rawat.“Saya dok.” Saga dan Troy sama-sama maju membuat sang dokter mengerutkan kening. Selain bingung, dokter itu juga terkejut mendapati keadaan dua pria di hadapannya yang sama-sama babak belur.“Saya kakaknya dok.”“Saya suaminya.” Dokter itu lalu mengulas senyum. Kedua orang ini memang benar-benar keluarga dari si pasien yang terbaring di dalam.“Begini pak.” Troy dan Saga bersamaan mendekat. “Nona Senja terkena anemia, kurang nutrisi dan juga dehidrasi ringan.”“Apa itu parah dokter?”
Saga mati rasa ketika Nadine mencoba mengobati luka di wajahnya. Luka lebam dan berdarah-darah ini tak ada apa-apanya di banding luka yang di tanggung Senja. Demi Tuhan istrinya itu selain sakit hati juga kini tengah hamil. Saga mendesah ketika diingatkan jika sebentar lagi akan di panggil ayah. Ada satu nyawa yang perlu ia pikirkan masa depannya. “Sumpah, gue kayak orang begok. Sebenarnya apa yang terjadi sama Saga. Kenapa tadi itu itu dokter bilang selamat. Istri, suami maksudnya apa gue gak ngerti. Kenapa tadi si udik sok pahlawan pakai hadang Troy segala.” Cerocos Icha tanpa mau ada yang berkomentar. Icha tak sepenuhnya salah bilang seperti itu karena belum tahu kenyataan yang sebenarnya. “Loe juga Nadine!!” Tunjuknya pada Nadine yang memegang kapas serta cairan anti septik. “Kenapa ngobatin pacar gue, loe seharusnya pulang sono. Urusin suami loe!!” “Saga udah nikah.” Jawab Nadine ketus. Hubungannya dengan Icha itu buruk. Icha berstatus adik tiri yang merebut sem
Senja berpikir dewasa. Bayinya tak bersalah, kehadirannya bukan karena kecelakaan. Ia menikah lalu hamil, wajar bukan? Orang tak akan mencibirnya, ia punya surat legal. Hanya saja, tanpa seorang suami. Bagaimana anaknya nanti, karena jika Troy memiliki masa depan sendiri dan menikah maka anaknya kelak akan menuntut tahu siapa ayahnya yang sebenarnya.“Loe capek? Kita istirahat dulu ya?” Minta Fara yang sudah di wanti-wanti Troy untuk menjaga sang adik. Senja menurut, ia duduk di salah satu bangku kampus. Mereka kini ada di kampus untuk mengurus segala tetel bengek, keperluan Senja untuk lulus. “Ada yang sakit?”“Gue hamil bukan sakit parah.” Fara meringis tak enak, perhatiannya kelewat lebay.“Loe mau minum atau makan?”“Kalau perlu apa-apa gue bakal jalan sendiri. Please Fara biasa aja...”“Gue boleh tahu nggak, gimana perasaan loe pas tahu kalau hamil?”“Campur a
“Gimana Om?” tanya Troy pada orang yang sedang duduk tenang di kursi empuk. “Kalau Om setuju, maka saham milik papah akan sepenuhnya jadi hak Om, perusahaan akan mutlak jadi milik Om?”“Tapi Troy...”“Bukannya Om, menikahkan Senja dengan Saga karena memang tak ingin saham perusahaan Om berpindah tangan?” Hermawan tampak berpikir keras, tawaran Troy menggiurkan. Menukar saham hanya dengan satu tanda tangan cerai dari putranya. Tapi tegakah ia memisahkan sepasang suami istri itu. Ah mereka kan tidak saling cinta, cerai malah menguntungkan. Apalagi putranya yang berandalan pasti akan senang.“Iya tapi kamu gak apa-apa kalau adikmu jadi janda muda?” Troy malah tertawa keras. Janda, hanya sebuah predikat. Lebih baik adiknya hidup tanpa Saga. Senja berhak mendapatkan masa depan yang lebih cerah. Dengan keluarganya, Senja akan menjadi serang Mahatya.“Ck... jaman sekarang banyak perempuan yang jad
“Ini yang mamah bilang kabar baik?” Saga membanting berkas perceraiannya ke atas meja kaca. Tertera jelas tanda tangan Senja sudah duluan ada. “Saga gak mau!!” “Dengerin mamah. Kamu bakal mendapatkan kebebasan setelah tanda tangani surat ini. Bukannya itu mau kamu dari dulu?” Dulu memang ia ingin Senja keluar dari kehidupannya. Tapi tidak sekarang, apalagi keadaan istrinya itu kini tengah berbadan dua. Ada bayinya yang perlu Saga pikir. “Senja hamil mah, aku gak bisa ninggalin dia!!” Devi langsung melotot tak terima. Bisa-bisanya Saga membuat anak dengan gadis yang tampangnya di bawah rata-rata. “Kenapa bisa?” “Yah bisa, kita kan yang...” Devi memegang bagian belakang kepalanya. Seketika kepalanya pusing seperti terhantam balok. Ya ampun di saat impian Devi ada di depan mata. Kenapa perempuan itu malah hamil! “Ah itu gampang. Kita ambil anak kamu setelah dia lahir.” Devi menemukan solusi yang menurutnya benar namun ucapan sang ibu memb
Saga lari tergopoh-gopoh, hendak masuk ke sebuah restoran. Tak ada angin ataupun hujan istrinya mengiriminya pesan. Agar mereka bertemu. Ah tentu Saga tak akan sia-siakan kesempatan ini. Ia akan membujuk Senja agar kembali Anda. "Maaf, kamu lama nunggu?" Saga duduk tanpa dipersilahkan. Ia tak mau memesan makanan "Enggak."