Di rumah kontrakan Alya.Alya masih terduduk menatap amplop coklat besar berisi uang dan lembaran cek ratusan juta itu."Aku akan kembalikan pada Bara aja besok. Kalau bertemu lagi dengan ibunya, hanya akan memperpanjang masalah. Hufffff ... kenapa bisa seperti ini? Benar-benar diluar dugaan." Alya merangkup wajahnya.Sejenak dia berpikir."Besok aku harus pergi dari tempat ini. Ya, aku nggak perduli dengan perjanjian itu. Jika aku berpikir dari dua sisi. Aku memang salah menyalahi aturan, tapi aturan itu tak masuk akal. Aku akan lebih salah jika menjadi sebab rusaknya hubungan orang apalagi yang sebentar lagi akan menikah." Alya benar-benar memantapkan hati."Tapi, bagaimana uang ini? Kapan aku akan mengembalikannya? Huh, terlalu rumit.""Ya Allah, bagaimana caranya hamba bisa menjauh dari kehidupan Bara?"***Sedang di sebuah hotel."Jalan!" Mobil Bara melaju pergi dari depan hotel itu.Sedang polisi langsung berkoordinasi dengan pihak hotel. Sempat terjadi perdebatan alot karena p
Sebelum Alya masuk ke ruang rawat itu, telah terjadi kesepakatan antara Bara dan kedua orang tuanya.Bara hanya boleh menikahi Alya, tapi harus menceraikannya dalam waktu singkat. Identitas Alya tidak boleh dipublikasikan. Dan saat pesta pernikahan nanti, tidak boleh ada jurnalis karena status Alya dari keluarga miskin.Padahal Desi telah menghubungi beberapa jurnalis untuk membuat gempar media, tapi semua harus diurungkan.Bagaimana Bara menanggapi hal semacam itu? Jelas hanya tersenyum tipis saja dengan banyak ide gila di dalam otaknya. Step by step. Karena dia tahu tidak akan bisa memberikan penjelasan satu buku full soal siapa Alya dan sepantas apa Alya. Harus judul by judul. Yang penting dia bisa menikah dengan Alya dulu.Tapi satu hal yang ingin Bara tegaskan, jika Alya tidak silau akan harta dan tahtanya."Alya adalah janda saliha limited edition. Jadi lebih terhormat dari wanita single yang tak bisa menjaga kehormatannya. Dan pastinya aku nggak salah pilih.""Bara! Kamu benar-
Di rumah Ardi.Sejak Ardi diturunkan dari jabatannya, Tiara malah sering pergi tanpa izin dengan alasan tak jelas. Anaknya pun ditinggal dengan baby sitter. Sampai Ardi malas menegur karena ujungnya hanya berdebat. Hubungan rumah tangganya kini tak ada kehangatan, tapi selalu panas. Panas hingga tak ada romantisme suami istri.Yang sangat aneh adalah, Tiara sering menolak saat Ardi mengajak bermesraan. Hingga kebutuhan biologis Ardi sering tidak tersalurkan."Ibu keluar lagi, Ran?" Ardi mengendurkan dasi dengan langkah gontai melangkah di ruang tengah.Rani, baby sitter pilihan Tiara dari agensi terkenal. Dia masih muda, dan wajahnya tidak terlalu jelek, apalagi ditunjang penampilan yang lumayan. Baby sitter itu pandai merias wajah."Tadi Ibu pergi dijemput sebuah mobil, Pak." Rani sedang menimang Daffa."Huh!" Ardi menghentak nafasnya kuat dari mulut.Ardi sangat lelah ditambah istrinya dikabarkan pergi berlibur dengan temannya di luar kota tanpa izin. Padahal Tiara baru saja pergi s
Wanita kampung itu telah berubah jadi ratu sehari spek bidadari. Bara tertegun hingga enggan mengalihkan pandangannya.Kecantikan yang terpadu keanggunan Alya berbalut dalam bingkai gaun pengantin mewah elegan.'Aku memang tidak salah menilai berlian,' batin Bara.Sedang Alya tetap melangkah anggun. Ekor matanya sebentar melirik kehadiran mantan suami dan istri barunya. 'Dia datang. Dan aku telah masuk dalam lembaran-lembaran baru yang entah akan menjadi kisah seperti apa,' batinnya."Alya?!" Sindy teman Alya saja tidak menyangka. Baru berapa Minggu tidak ketemu sudah mendapat kejutan besar. "Sumpah nggak nyangka kalau bininya Tuan Bara itu si Alya. Gila! Gimana ceritanya?""Nggak! Nggak mungkin Alya jadi istri Tuan Bara. Bagaimana bisa?" Ardi bergetar."Mungkin saja kalau dia pakai cara kotor. Mana mungkin seorang Tuan Bara mau menatap wanita seperti Alya, kalau tidak pakai jeratan maut!" Tiara panas dingin dengan dada bergemuruh. Dia tidak terima Alya telah melampauinya."Diam, Kamu
Definisi bidadari di depan mata Bara. Wajah cantik alami dengan rambut panjang hitam tergerai. Senyum manis membuat nyaman dan meresahkan hati. Jika mulai menatap enggan berpaling. "Mas Bara?!" Alya berjingkat, dia latah menambah embel-embel 'Mas'. Wanita itu terpaku kaget di ambang pintu melihat suaminya ada di depan mata.Sedang Bara. Rungunya jelas mendengar panggilan Mas itu, bibirnya mengulum senyum dan matanya masih menatap lekat pesona wajah Alya yang menyihir hati.'Kenapa dia? Apa ada sesuatu di wajahku?' Alya mulai kurang percaya diri. Dia mengusap dua pipinya."Mas! Ehem!" Alya berdeham keras.Bara terkesiap. "O-Oh! Ehem!" Dia mengatur laju nafas dan auranya."Ehm, kamu mau ...." Alya mengusap lehernya bingung mau berkata apa."Kenapa lama sekali di dalam? Apa terjadi sesuatu? Kamu terjatuh? Kepleset? Atau sakit perut?" Bara menelisik kondisi istrinya.Alya menggeleng. "Maaf, Mas. Eh Tuan, ehm Bara."Panggilan itu membuat Bara kembali terdiam sesaat. Ah, rasanya adem bange
Saat ibu Bara masuk ke kamar itu pagi-pagi, saat itulah kedua orang tua Alya juga ingin bertemu dengan anaknya. "Yah, kita lihat ibu Bara mau apa. Ibu kok nggak tenang, sejak awal kurang suka sama sikapnya.""Ayo, Bu. Ayah juga pengen tahu dia mau apa. Pagi-pagi kok udah ke kamar pengantin. Mau ganggu atau buat masalah? Dari gelagatnya saja jelas nggak suka sama anak kita. Kalau bukan karena bujukan Alya, ayah berat menyerahkan anak kita pada mertua seperti itu. Semoga mantu kita benar-benar bisa menjaga perasaan dan keselamatan anak kita."Saat pintu hanya tinggal sedikit lagi menutup, ayah Alya menahannya. Dia menyisakan sedikit cela saja untuk menyimak dulu apa yang terjadi di dalam. Mereka takut kalau gegabah ternyata salah langkah."Ceraikan wanita ini sekarang juga dan kita bayar dengan harga yang pantas karena sudah jadi pengantin pengantin!" Desi menunjuk Alya dengan mata lebar.'Astagfirullah hal adzim,' batin Alya terbelalak. Rasanya tidak karuan, campuran rasa antara sesal
"Berikan saya kesempatan untuk membuktikan tanggung jawab sebagai suami dan membahagiakan Alya. Jika nanti setelah saya berusaha Alya tidak bahagia dan Anda masih tidak percaya ... silahkan jauhkan Alya dari saya. Karena saya juga ingin Alya bahagia." Bara mengucap itu dengan getaran dada dan rasa takut. Berharap dia mendapat kesempatan. Belum sempat dia mengutarakan perasaan, mungkinkah akan kehilangan begitu saja?Deg. Kalimat itu mampu menggetarkan hati Alya. Ya, saat bersama Ardi dia tidak pernah mendapat kata tulus yang sangat dalam seperti itu. Hanya kata bualan dan rayuan manis yang membuatnya terus berbunga-bunga dan melayang, tapi ternyata ....Bara masih memegang tangan Alya dan menatap harap.Ibu Alya menyenggol suaminya. "Bara sepertinya serius, Yah. Tapi gimana Mamanya? Ibu bingung," bisiknya.Ayah Alya mengusap bahu istrinya. "Ayah akan coba buat keputusan yang terbaik," balas bisiknya.Dua manik mata masih beradu begitu intens. Degupan jantung Alya juga semakin cepat."
'Mas Bara dipaksa memilih aku atau mamanya. Aku sendiri nggak mungkin akan semudah itu menyakiti perasaan orang tua. Dan mana mungkin aku membiarkan suamiku melawan orang tuanya. Apalagi aku, wanita yang bukan siapa-siapa. Pasti akan sangat berdosa kalau membuat hubungan anak dan ibu merenggang. Semoga ada jalan keluar, atau aku akan ...,' batin Alya."Bara! Cepat kamu pilih Mama atau wanita itu! Mama nggak sudi punya mantu janda miskin!""Bara, jangan buat keputusan konyol. Papa tidak mau melarangmu memilih masa depan, tapi jangan sekali-kali menggunakan pikiran pendek."Alya menarik nafas dalam. Dia tersenyum kaku. "Pa, Ma-""Jangan panggil aku Mama!" Desi langsung memotong ucapan Alya.Bara mengusap bahu istrinya agar tenang. Dia lantas lebih mendekat pada ibunya."Ma, jangan suruh aku memilih karena aku pasti akan memilih hal terpenting dan sangat menguntungkan. Aku adalah pengusaha dan itu rumusnya.""Bagus kalau kamu sadar." Perasaan Alya jadi tidak karuan. Tapi dia tetap terse