"Siapa yang ada di depan rumah janda gatel itu, seperti mobil suaminya Tiara?""Foto aja. Terus kita lapor sama Tiara. Dia harus tahu kalau suaminya lagi nyambangin mantan istrinya. Keterlaluan! Seperti ini kelakuan suami Tiara kalau di belakang.""Gila, kasihan Tiara kalau kaya gini. Wanita itu pasti masih minta jatah sama suami Tiara.""Kayaknya harus dikasih pelajaran itu si janda gatel.""Setuju."Beberapa foto telah diambil. Dan dua wanita itu masih terus memantau dari balkon. -Penampilan elegan yang membuat Alya tampak sangat anggun dan cantik. Aura mantan istri Ardi itu terlalu kuat untuk dielakan. Apalagi dengan sorot mata teduh dan pancaran ketulusan. Ardi sampai harus menggeleng untuk menegakkan pikirannya.'Dia sudah bukan wanitamu, Ardi!' sentak batinnya pada diri sendiri.Alya masih terhenyak heran. Di depannya kini ada seorang pria yang pernah mengisi hatinya, pria yang beberapa bulan yang lalu sangat dicintai dan dirindukannya. Pria itu juga yang mengoyak dan menc4bik
Daya pikat. Itu hanya tergabung siapa yang menatapnya dan dari sudut pandang mana.Bara mengatur laju nafas dan detakan jantungnya. "Ehem!" Bara mencoba untuk tenang. Dia duduk tegap dan langsung menyambar cangkir kopi serta menyeruputnya."Kamu? Ehm, maaf aku lancang. Mas Bara. Oh salah lagi maaf. Tuan Bara." Alya tersenyum tipis dengan anggukan kecil.Bara mengatup matanya sebentar saat mendengar rentetan panggilan dari Alya. Saat dipanggil Mas serasa ada semilir sejuk menerpa dadanya. 'Dia selalu mengacaukan arah pikiranku!' batinnya."Oooooeee ....."Alya cepat membungkam mulut Daffa dengan ujung botol.Sedang Ivan menarik nafas dalam. "Apa kabar, Alya. Kamu juga sedang makan di sini?" Dia harus memotong pikiran Alya yang merambah pada hal yang tidak diinginkan.Alya menoleh ke arah Bara. "Alhamdulillah baik, Mas Ivan. Kebetulan aku sedang ada janji makan dengan seseorang, soal kerjaan.""Makan siang bahas kerjaan malah bawa anak, apa kamu masih jadi baby sitter anak gelap suamim
Berpalingnya hati bukan hanya sekedar karena sifat tak setia, tapi adanya sajian siap santap di depannya.---Fera menutup pintu rumahnya pelan, dia menghela nafas melepas kepenatan. Udara segar langsung menyambutnya saat dia melepas sendal di depan rumah. Pertemuan dengan ibu-ibu di lingkungannya tadi berlangsung cukup lama.Fera lantas masuk dengan langkah tanpa firasat apa pun. Namun, seketika jiwanya terguncang oleh pemandangan yang tidak terduga begitu dia masuk. 'Apa yang mereka lakukan? Kenapa bisa seperti itu?' batinnya.Reno-suaminya dan Tiara-teman dekatnya, keluar dengan ekspresi tergesa-gesa. Pakaian mereka sedikit berantakan, membuat hati Fera berdebar tidak karuan. Apa yang sedang terjadi? Pikirannya berkecamuk dengan spekulasi tak terduga, mencoba mencari tahu apa yang bisa membuat suami dan temannya keluar dari arah sama dengan kondisi seperti itu.Mata Tiara melebar, dia berusaha menyembunyikan kegugupannya dibalik senyum lebar. "Fera? Apa pertemuannya sudah selesai?"
Gemuruh di dada Tiara terus mendesak untuk meminta kepu4san dengan cara melihat Alya menderita. Wanita sampai kehilangan akal sehat dalam bertindak.Sebelum Tiara ke kantor polisi, dia datang pada seseorang dan menyuruh mereka ke tempat penitipan anak mengambil Daffa atas nama dirinya. Karena Alya sudah berpesan jika yang nanti akan mengambil atas nama Tiara atau Ardi. Setelah itu, dia akan membuat drama seolah Alya menyembunyikan anak itu dan informasi Daffa dari Alya hanya rekayasa semata.Tiara langsung masuk ke butik dan mencari sosok Alya. Dia melihatnya. "Heh, Alya!"Kebetulan Alya sedang berjalan dengan Caroline menapaki area butik. Dia lantas menoleh."Tiara, ada yang bisa aku bantu? Apa kamu ingin beli dress atau gaun di sini?" Alya mengerutkan dahi saat melihat ada polisi di belakang Tiara."Di mana Daffa? Beraninya kamu mengambil paksa anakku. Aku tahu kamu memang nggak bisa punya anak dan selalu membuat kesal mantan suamimu, hingga kamu diceraikan. Tapi jangan seperti ini
"Argh! Kenapa jadi begini? Mereka bahkan minta uang tebusan 50 juta. Semua gara-gara Alya. Dan dia harus bertanggung jawab dengan semua hal ini."Nafas Tiara menderu dengan tatapan tajam. Dia mencengkram roda stir-nya. "Aku akan hubungi Ardi dan bilang kalau Alya sengaja merencanakan semua ini. Aku lihat apa yang akan dia lakukan nanti!"Tiara menghubungi suaminya beberapa kali, tapi tidak tersambung. "Haish. Sedang apa dia? Kenapa seorang manajer tidak bisa mengangkat panggilan darurat? Apa sedang rapat?" Tiara lantas mengajukan mobilnya kembali ke rumah.-Yang terjadi di belakang Tiara pastinya ada campur tangan Bara. Pria itu menyuruh bawahannya cepat bertindak mencari tahu kebenaran bayi itu. Setelah mendapat laporan jika Tiara memanipulasi semua itu dan ingin mencelakai Alya, dia langsung membuat perintah gila semacam itu."Jadikan semuanya boomerang untuk wanita licik itu!" titah Bara.***Sedang yang terjadi di perusahaan Bara.Ardi langsung dipanggil pihak HRD dan jabatannya
Devita murka. Janji Bara hanya tinggal janji semata. Yang katanya ingin menemani pergi ke pesta dan makan malam, selalu saja beralasan sedang sibuk. Beberapa bulan berlalu, hingga persiapan pesta telah mencapai 90%. Bara bahkan belum mau diajak fitting baju pengantin, dengan segala alasan tak masuk akal.Emosi Devita-calon istri Bara memuncak. Dia merasa terhina dengan semua sikap Bara padanya."Siapa wanita yang dimaksud Bara kekasih itu?" Selama ini Devita sudah menyuruh beberapa orang untuk mengintai Bara."Jika dari pengintaian, sepertinya wanita yang memakai pakaian sangat lengkap itu, Nona."Ada beberapa foto Alya dan keterangan soal butik."Wanita ini yang selalu diikuti Tuan Bara selama ini. Beberapa kali saat menyamar sebagai warga setempat, kami melihat mobil Tuan Bara terparkir di dekat rumah wanita itu. Saat malam hari Tuan Bara akan pergi setelah lampu rumah itu dimatikan.""Dan wanita itu ternyata bekerja di sebuah butik."Devita mengepal tangan kuat hingga ototnya men
Brukkk!!"Kurang ajar, beraninya j4lang miskin sepertimu mendekati anakku!" teriak Desi-ibu Bara.Alya tersungkur di lantai sambil memegang pipinya yang memerah panas. Dia mendongak menatap wajah marah wanita paruh baya itu. Siapa dia dan kenapa bersiap seperti itu padanya?Desi mendesis remeh dengan tatapan nyalang."Ini peringatan terakhir untukmu agar tidak lagi menggoda anakku. Sebentar lagi anakku akan menikah dengan wanita terhormat, berpendidikan, dan pastinya masih single. Aku yakin jika bukan karena trik kotormu, anakku nggak akan termakan rayuanmu!" teriaknya.Alya menghela nafas sambil beranjak. Dia mulai menebak siapa wanita itu. Bara, ya pria itu bisa jadi ada kaitannya dengan wanita itu, pikir Alya."Silahkan masuk dan kita bicara di dalam, Bu." Alya mengedar sekitar telah ada beberapa warga yang sengaja menghentikan langkah untuk menyaksikan perdebatan itu.Desi tersenyum remeh. "Kamu pasti malu karena kelakuanmu terciduk banyak orang.""Saya hanya berniat menghormati t
Di rumah kontrakan Alya.Alya masih terduduk menatap amplop coklat besar berisi uang dan lembaran cek ratusan juta itu."Aku akan kembalikan pada Bara aja besok. Kalau bertemu lagi dengan ibunya, hanya akan memperpanjang masalah. Hufffff ... kenapa bisa seperti ini? Benar-benar diluar dugaan." Alya merangkup wajahnya.Sejenak dia berpikir."Besok aku harus pergi dari tempat ini. Ya, aku nggak perduli dengan perjanjian itu. Jika aku berpikir dari dua sisi. Aku memang salah menyalahi aturan, tapi aturan itu tak masuk akal. Aku akan lebih salah jika menjadi sebab rusaknya hubungan orang apalagi yang sebentar lagi akan menikah." Alya benar-benar memantapkan hati."Tapi, bagaimana uang ini? Kapan aku akan mengembalikannya? Huh, terlalu rumit.""Ya Allah, bagaimana caranya hamba bisa menjauh dari kehidupan Bara?"***Sedang di sebuah hotel."Jalan!" Mobil Bara melaju pergi dari depan hotel itu.Sedang polisi langsung berkoordinasi dengan pihak hotel. Sempat terjadi perdebatan alot karena p