"Argh! Kenapa jadi begini? Mereka bahkan minta uang tebusan 50 juta. Semua gara-gara Alya. Dan dia harus bertanggung jawab dengan semua hal ini."Nafas Tiara menderu dengan tatapan tajam. Dia mencengkram roda stir-nya. "Aku akan hubungi Ardi dan bilang kalau Alya sengaja merencanakan semua ini. Aku lihat apa yang akan dia lakukan nanti!"Tiara menghubungi suaminya beberapa kali, tapi tidak tersambung. "Haish. Sedang apa dia? Kenapa seorang manajer tidak bisa mengangkat panggilan darurat? Apa sedang rapat?" Tiara lantas mengajukan mobilnya kembali ke rumah.-Yang terjadi di belakang Tiara pastinya ada campur tangan Bara. Pria itu menyuruh bawahannya cepat bertindak mencari tahu kebenaran bayi itu. Setelah mendapat laporan jika Tiara memanipulasi semua itu dan ingin mencelakai Alya, dia langsung membuat perintah gila semacam itu."Jadikan semuanya boomerang untuk wanita licik itu!" titah Bara.***Sedang yang terjadi di perusahaan Bara.Ardi langsung dipanggil pihak HRD dan jabatannya
Devita murka. Janji Bara hanya tinggal janji semata. Yang katanya ingin menemani pergi ke pesta dan makan malam, selalu saja beralasan sedang sibuk. Beberapa bulan berlalu, hingga persiapan pesta telah mencapai 90%. Bara bahkan belum mau diajak fitting baju pengantin, dengan segala alasan tak masuk akal.Emosi Devita-calon istri Bara memuncak. Dia merasa terhina dengan semua sikap Bara padanya."Siapa wanita yang dimaksud Bara kekasih itu?" Selama ini Devita sudah menyuruh beberapa orang untuk mengintai Bara."Jika dari pengintaian, sepertinya wanita yang memakai pakaian sangat lengkap itu, Nona."Ada beberapa foto Alya dan keterangan soal butik."Wanita ini yang selalu diikuti Tuan Bara selama ini. Beberapa kali saat menyamar sebagai warga setempat, kami melihat mobil Tuan Bara terparkir di dekat rumah wanita itu. Saat malam hari Tuan Bara akan pergi setelah lampu rumah itu dimatikan.""Dan wanita itu ternyata bekerja di sebuah butik."Devita mengepal tangan kuat hingga ototnya men
Brukkk!!"Kurang ajar, beraninya j4lang miskin sepertimu mendekati anakku!" teriak Desi-ibu Bara.Alya tersungkur di lantai sambil memegang pipinya yang memerah panas. Dia mendongak menatap wajah marah wanita paruh baya itu. Siapa dia dan kenapa bersiap seperti itu padanya?Desi mendesis remeh dengan tatapan nyalang."Ini peringatan terakhir untukmu agar tidak lagi menggoda anakku. Sebentar lagi anakku akan menikah dengan wanita terhormat, berpendidikan, dan pastinya masih single. Aku yakin jika bukan karena trik kotormu, anakku nggak akan termakan rayuanmu!" teriaknya.Alya menghela nafas sambil beranjak. Dia mulai menebak siapa wanita itu. Bara, ya pria itu bisa jadi ada kaitannya dengan wanita itu, pikir Alya."Silahkan masuk dan kita bicara di dalam, Bu." Alya mengedar sekitar telah ada beberapa warga yang sengaja menghentikan langkah untuk menyaksikan perdebatan itu.Desi tersenyum remeh. "Kamu pasti malu karena kelakuanmu terciduk banyak orang.""Saya hanya berniat menghormati t
Di rumah kontrakan Alya.Alya masih terduduk menatap amplop coklat besar berisi uang dan lembaran cek ratusan juta itu."Aku akan kembalikan pada Bara aja besok. Kalau bertemu lagi dengan ibunya, hanya akan memperpanjang masalah. Hufffff ... kenapa bisa seperti ini? Benar-benar diluar dugaan." Alya merangkup wajahnya.Sejenak dia berpikir."Besok aku harus pergi dari tempat ini. Ya, aku nggak perduli dengan perjanjian itu. Jika aku berpikir dari dua sisi. Aku memang salah menyalahi aturan, tapi aturan itu tak masuk akal. Aku akan lebih salah jika menjadi sebab rusaknya hubungan orang apalagi yang sebentar lagi akan menikah." Alya benar-benar memantapkan hati."Tapi, bagaimana uang ini? Kapan aku akan mengembalikannya? Huh, terlalu rumit.""Ya Allah, bagaimana caranya hamba bisa menjauh dari kehidupan Bara?"***Sedang di sebuah hotel."Jalan!" Mobil Bara melaju pergi dari depan hotel itu.Sedang polisi langsung berkoordinasi dengan pihak hotel. Sempat terjadi perdebatan alot karena p
Sebelum Alya masuk ke ruang rawat itu, telah terjadi kesepakatan antara Bara dan kedua orang tuanya.Bara hanya boleh menikahi Alya, tapi harus menceraikannya dalam waktu singkat. Identitas Alya tidak boleh dipublikasikan. Dan saat pesta pernikahan nanti, tidak boleh ada jurnalis karena status Alya dari keluarga miskin.Padahal Desi telah menghubungi beberapa jurnalis untuk membuat gempar media, tapi semua harus diurungkan.Bagaimana Bara menanggapi hal semacam itu? Jelas hanya tersenyum tipis saja dengan banyak ide gila di dalam otaknya. Step by step. Karena dia tahu tidak akan bisa memberikan penjelasan satu buku full soal siapa Alya dan sepantas apa Alya. Harus judul by judul. Yang penting dia bisa menikah dengan Alya dulu.Tapi satu hal yang ingin Bara tegaskan, jika Alya tidak silau akan harta dan tahtanya."Alya adalah janda saliha limited edition. Jadi lebih terhormat dari wanita single yang tak bisa menjaga kehormatannya. Dan pastinya aku nggak salah pilih.""Bara! Kamu benar-
Di rumah Ardi.Sejak Ardi diturunkan dari jabatannya, Tiara malah sering pergi tanpa izin dengan alasan tak jelas. Anaknya pun ditinggal dengan baby sitter. Sampai Ardi malas menegur karena ujungnya hanya berdebat. Hubungan rumah tangganya kini tak ada kehangatan, tapi selalu panas. Panas hingga tak ada romantisme suami istri.Yang sangat aneh adalah, Tiara sering menolak saat Ardi mengajak bermesraan. Hingga kebutuhan biologis Ardi sering tidak tersalurkan."Ibu keluar lagi, Ran?" Ardi mengendurkan dasi dengan langkah gontai melangkah di ruang tengah.Rani, baby sitter pilihan Tiara dari agensi terkenal. Dia masih muda, dan wajahnya tidak terlalu jelek, apalagi ditunjang penampilan yang lumayan. Baby sitter itu pandai merias wajah."Tadi Ibu pergi dijemput sebuah mobil, Pak." Rani sedang menimang Daffa."Huh!" Ardi menghentak nafasnya kuat dari mulut.Ardi sangat lelah ditambah istrinya dikabarkan pergi berlibur dengan temannya di luar kota tanpa izin. Padahal Tiara baru saja pergi s
Wanita kampung itu telah berubah jadi ratu sehari spek bidadari. Bara tertegun hingga enggan mengalihkan pandangannya.Kecantikan yang terpadu keanggunan Alya berbalut dalam bingkai gaun pengantin mewah elegan.'Aku memang tidak salah menilai berlian,' batin Bara.Sedang Alya tetap melangkah anggun. Ekor matanya sebentar melirik kehadiran mantan suami dan istri barunya. 'Dia datang. Dan aku telah masuk dalam lembaran-lembaran baru yang entah akan menjadi kisah seperti apa,' batinnya."Alya?!" Sindy teman Alya saja tidak menyangka. Baru berapa Minggu tidak ketemu sudah mendapat kejutan besar. "Sumpah nggak nyangka kalau bininya Tuan Bara itu si Alya. Gila! Gimana ceritanya?""Nggak! Nggak mungkin Alya jadi istri Tuan Bara. Bagaimana bisa?" Ardi bergetar."Mungkin saja kalau dia pakai cara kotor. Mana mungkin seorang Tuan Bara mau menatap wanita seperti Alya, kalau tidak pakai jeratan maut!" Tiara panas dingin dengan dada bergemuruh. Dia tidak terima Alya telah melampauinya."Diam, Kamu
Definisi bidadari di depan mata Bara. Wajah cantik alami dengan rambut panjang hitam tergerai. Senyum manis membuat nyaman dan meresahkan hati. Jika mulai menatap enggan berpaling. "Mas Bara?!" Alya berjingkat, dia latah menambah embel-embel 'Mas'. Wanita itu terpaku kaget di ambang pintu melihat suaminya ada di depan mata.Sedang Bara. Rungunya jelas mendengar panggilan Mas itu, bibirnya mengulum senyum dan matanya masih menatap lekat pesona wajah Alya yang menyihir hati.'Kenapa dia? Apa ada sesuatu di wajahku?' Alya mulai kurang percaya diri. Dia mengusap dua pipinya."Mas! Ehem!" Alya berdeham keras.Bara terkesiap. "O-Oh! Ehem!" Dia mengatur laju nafas dan auranya."Ehm, kamu mau ...." Alya mengusap lehernya bingung mau berkata apa."Kenapa lama sekali di dalam? Apa terjadi sesuatu? Kamu terjatuh? Kepleset? Atau sakit perut?" Bara menelisik kondisi istrinya.Alya menggeleng. "Maaf, Mas. Eh Tuan, ehm Bara."Panggilan itu membuat Bara kembali terdiam sesaat. Ah, rasanya adem bange