Gemuruh di dada Tiara terus mendesak untuk meminta kepu4san dengan cara melihat Alya menderita. Wanita sampai kehilangan akal sehat dalam bertindak.Sebelum Tiara ke kantor polisi, dia datang pada seseorang dan menyuruh mereka ke tempat penitipan anak mengambil Daffa atas nama dirinya. Karena Alya sudah berpesan jika yang nanti akan mengambil atas nama Tiara atau Ardi. Setelah itu, dia akan membuat drama seolah Alya menyembunyikan anak itu dan informasi Daffa dari Alya hanya rekayasa semata.Tiara langsung masuk ke butik dan mencari sosok Alya. Dia melihatnya. "Heh, Alya!"Kebetulan Alya sedang berjalan dengan Caroline menapaki area butik. Dia lantas menoleh."Tiara, ada yang bisa aku bantu? Apa kamu ingin beli dress atau gaun di sini?" Alya mengerutkan dahi saat melihat ada polisi di belakang Tiara."Di mana Daffa? Beraninya kamu mengambil paksa anakku. Aku tahu kamu memang nggak bisa punya anak dan selalu membuat kesal mantan suamimu, hingga kamu diceraikan. Tapi jangan seperti ini
"Argh! Kenapa jadi begini? Mereka bahkan minta uang tebusan 50 juta. Semua gara-gara Alya. Dan dia harus bertanggung jawab dengan semua hal ini."Nafas Tiara menderu dengan tatapan tajam. Dia mencengkram roda stir-nya. "Aku akan hubungi Ardi dan bilang kalau Alya sengaja merencanakan semua ini. Aku lihat apa yang akan dia lakukan nanti!"Tiara menghubungi suaminya beberapa kali, tapi tidak tersambung. "Haish. Sedang apa dia? Kenapa seorang manajer tidak bisa mengangkat panggilan darurat? Apa sedang rapat?" Tiara lantas mengajukan mobilnya kembali ke rumah.-Yang terjadi di belakang Tiara pastinya ada campur tangan Bara. Pria itu menyuruh bawahannya cepat bertindak mencari tahu kebenaran bayi itu. Setelah mendapat laporan jika Tiara memanipulasi semua itu dan ingin mencelakai Alya, dia langsung membuat perintah gila semacam itu."Jadikan semuanya boomerang untuk wanita licik itu!" titah Bara.***Sedang yang terjadi di perusahaan Bara.Ardi langsung dipanggil pihak HRD dan jabatannya
Devita murka. Janji Bara hanya tinggal janji semata. Yang katanya ingin menemani pergi ke pesta dan makan malam, selalu saja beralasan sedang sibuk. Beberapa bulan berlalu, hingga persiapan pesta telah mencapai 90%. Bara bahkan belum mau diajak fitting baju pengantin, dengan segala alasan tak masuk akal.Emosi Devita-calon istri Bara memuncak. Dia merasa terhina dengan semua sikap Bara padanya."Siapa wanita yang dimaksud Bara kekasih itu?" Selama ini Devita sudah menyuruh beberapa orang untuk mengintai Bara."Jika dari pengintaian, sepertinya wanita yang memakai pakaian sangat lengkap itu, Nona."Ada beberapa foto Alya dan keterangan soal butik."Wanita ini yang selalu diikuti Tuan Bara selama ini. Beberapa kali saat menyamar sebagai warga setempat, kami melihat mobil Tuan Bara terparkir di dekat rumah wanita itu. Saat malam hari Tuan Bara akan pergi setelah lampu rumah itu dimatikan.""Dan wanita itu ternyata bekerja di sebuah butik."Devita mengepal tangan kuat hingga ototnya men
Brukkk!!"Kurang ajar, beraninya j4lang miskin sepertimu mendekati anakku!" teriak Desi-ibu Bara.Alya tersungkur di lantai sambil memegang pipinya yang memerah panas. Dia mendongak menatap wajah marah wanita paruh baya itu. Siapa dia dan kenapa bersiap seperti itu padanya?Desi mendesis remeh dengan tatapan nyalang."Ini peringatan terakhir untukmu agar tidak lagi menggoda anakku. Sebentar lagi anakku akan menikah dengan wanita terhormat, berpendidikan, dan pastinya masih single. Aku yakin jika bukan karena trik kotormu, anakku nggak akan termakan rayuanmu!" teriaknya.Alya menghela nafas sambil beranjak. Dia mulai menebak siapa wanita itu. Bara, ya pria itu bisa jadi ada kaitannya dengan wanita itu, pikir Alya."Silahkan masuk dan kita bicara di dalam, Bu." Alya mengedar sekitar telah ada beberapa warga yang sengaja menghentikan langkah untuk menyaksikan perdebatan itu.Desi tersenyum remeh. "Kamu pasti malu karena kelakuanmu terciduk banyak orang.""Saya hanya berniat menghormati t
Di rumah kontrakan Alya.Alya masih terduduk menatap amplop coklat besar berisi uang dan lembaran cek ratusan juta itu."Aku akan kembalikan pada Bara aja besok. Kalau bertemu lagi dengan ibunya, hanya akan memperpanjang masalah. Hufffff ... kenapa bisa seperti ini? Benar-benar diluar dugaan." Alya merangkup wajahnya.Sejenak dia berpikir."Besok aku harus pergi dari tempat ini. Ya, aku nggak perduli dengan perjanjian itu. Jika aku berpikir dari dua sisi. Aku memang salah menyalahi aturan, tapi aturan itu tak masuk akal. Aku akan lebih salah jika menjadi sebab rusaknya hubungan orang apalagi yang sebentar lagi akan menikah." Alya benar-benar memantapkan hati."Tapi, bagaimana uang ini? Kapan aku akan mengembalikannya? Huh, terlalu rumit.""Ya Allah, bagaimana caranya hamba bisa menjauh dari kehidupan Bara?"***Sedang di sebuah hotel."Jalan!" Mobil Bara melaju pergi dari depan hotel itu.Sedang polisi langsung berkoordinasi dengan pihak hotel. Sempat terjadi perdebatan alot karena p
Sebelum Alya masuk ke ruang rawat itu, telah terjadi kesepakatan antara Bara dan kedua orang tuanya.Bara hanya boleh menikahi Alya, tapi harus menceraikannya dalam waktu singkat. Identitas Alya tidak boleh dipublikasikan. Dan saat pesta pernikahan nanti, tidak boleh ada jurnalis karena status Alya dari keluarga miskin.Padahal Desi telah menghubungi beberapa jurnalis untuk membuat gempar media, tapi semua harus diurungkan.Bagaimana Bara menanggapi hal semacam itu? Jelas hanya tersenyum tipis saja dengan banyak ide gila di dalam otaknya. Step by step. Karena dia tahu tidak akan bisa memberikan penjelasan satu buku full soal siapa Alya dan sepantas apa Alya. Harus judul by judul. Yang penting dia bisa menikah dengan Alya dulu.Tapi satu hal yang ingin Bara tegaskan, jika Alya tidak silau akan harta dan tahtanya."Alya adalah janda saliha limited edition. Jadi lebih terhormat dari wanita single yang tak bisa menjaga kehormatannya. Dan pastinya aku nggak salah pilih.""Bara! Kamu benar-
Di rumah Ardi.Sejak Ardi diturunkan dari jabatannya, Tiara malah sering pergi tanpa izin dengan alasan tak jelas. Anaknya pun ditinggal dengan baby sitter. Sampai Ardi malas menegur karena ujungnya hanya berdebat. Hubungan rumah tangganya kini tak ada kehangatan, tapi selalu panas. Panas hingga tak ada romantisme suami istri.Yang sangat aneh adalah, Tiara sering menolak saat Ardi mengajak bermesraan. Hingga kebutuhan biologis Ardi sering tidak tersalurkan."Ibu keluar lagi, Ran?" Ardi mengendurkan dasi dengan langkah gontai melangkah di ruang tengah.Rani, baby sitter pilihan Tiara dari agensi terkenal. Dia masih muda, dan wajahnya tidak terlalu jelek, apalagi ditunjang penampilan yang lumayan. Baby sitter itu pandai merias wajah."Tadi Ibu pergi dijemput sebuah mobil, Pak." Rani sedang menimang Daffa."Huh!" Ardi menghentak nafasnya kuat dari mulut.Ardi sangat lelah ditambah istrinya dikabarkan pergi berlibur dengan temannya di luar kota tanpa izin. Padahal Tiara baru saja pergi s
Wanita kampung itu telah berubah jadi ratu sehari spek bidadari. Bara tertegun hingga enggan mengalihkan pandangannya.Kecantikan yang terpadu keanggunan Alya berbalut dalam bingkai gaun pengantin mewah elegan.'Aku memang tidak salah menilai berlian,' batin Bara.Sedang Alya tetap melangkah anggun. Ekor matanya sebentar melirik kehadiran mantan suami dan istri barunya. 'Dia datang. Dan aku telah masuk dalam lembaran-lembaran baru yang entah akan menjadi kisah seperti apa,' batinnya."Alya?!" Sindy teman Alya saja tidak menyangka. Baru berapa Minggu tidak ketemu sudah mendapat kejutan besar. "Sumpah nggak nyangka kalau bininya Tuan Bara itu si Alya. Gila! Gimana ceritanya?""Nggak! Nggak mungkin Alya jadi istri Tuan Bara. Bagaimana bisa?" Ardi bergetar."Mungkin saja kalau dia pakai cara kotor. Mana mungkin seorang Tuan Bara mau menatap wanita seperti Alya, kalau tidak pakai jeratan maut!" Tiara panas dingin dengan dada bergemuruh. Dia tidak terima Alya telah melampauinya."Diam, Kamu
"Alya sudah masuk kamar itu, Nona Julia. Reporter juga telah siap." Bawahan Julia melapor.Julia tersenyum dingin. "Bagus. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Begitu pintu terbuka, biarkan mereka langsung menyerbu masuk. Dan ... Ha ha ha ha sad ending!"Bawahannya mengangguk, lalu keluar dengan cepat.Julia menyandarkan tubuhnya di sofa. Ya, dia ada di kamar sebelah, menanti momen yang telah rencanakan dengan detail. Tujuannya jelas -menghancurkan reputasi Alya dan membuat Bara tidak menginginkan istrinya lagi.Rencana inti dimulai. Kamar Ardi dibuka dari luar. BRAKKK!"Siapa kalian?" teriak Ardi."Apa yang sedang kali lihat aku?" teriak Alya.Seketika suasana gaduh dan kacau. Kilatan lampu kamera berlomba di ruangan itu. Para reporter mencoba mendesak masuk. Namun, apa yang mereka temukan membuat semua orang terdiam heran. Tidak seperti yang dikatakan Julia.Alya berdiri di tengah ruangan dengan senyum miring. "Ada yang bisa saya bantu? Kenapa kalian semua ada di sini?" Dia m
"Mau tidak mau, kamu harus eksekusi rencana itu besok. Aku akan atur soal Alya bisa sampai ke tanganmu. Setelah itu, kamu selesaikan. Kalau sampai gagal, kamu dan keluargamu akan masuk penjara!" Julia menatap tajam wajah Ardi, menekan ancamannya.Ardi menelan ludah, mengangguk tanpa suara. Julia tersenyum tipis, merasa sudah menang. "Bagus kalau kamu mengerti. Aku ingin semua berjalan mulus. Aku akan langsung melihat hasilnya. Jangan sampai ada satu pun kesalahan."Tanpa menunggu jawaban, Julia keluar dari ruangan itu.Setelah memastikan Julia telah benar-benar pergi, Ardi menarik ponselnya.[Julia akan beraksi besok. Semua sudah disiapkan di hotel seperti rencananya. Bisa jadi dia akan menggunakan media untuk membesarkan skandal.] Pesan terkirimkan pada Bara.Balasan Bara datang beberapa detik kemudian. [Lakukan apa yang dia mau. Jangan sampai dia curiga. Sisanya aku yang atur. Tetap berkoordinasi.]----"Sayang, sepertinya soal bertemu dengan anak kita hanya bisa malamnya. Karena b
"Bara, istrimu menuduh mama bersekongkol dengan pembantu untuk mencelakainya. Ini sudah kelewatan. Mama nggak terima dan kamu harus kasih dia pelajaran!" Desi berlari mendekati Bara, wajahnya langsung dipenuhi air mata.Alya menatap sendu ke arah suaminya. Senyum kaku tersungging di bibirnya. "Mas, kamu pulang?" Biasanya dia akan menghampiri dan mencium punggung tangan suaminya, tapi karena ada drama mertua kali ini dia menahan diri.Bara menatap bingung keduanya. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Mama difitnah, Bara."Alya melangkah maju. "Pembantu itu mengaku, Mas. Mama menyuruhnya memberikan obat berbahaya untukku."Desi langsung mendengkus, menyeka air matanya. "Itu bohong! Pembantu itu jelas bekerja sama dengan Alya untuk menjatuhkan mama. Kenapa kamu percaya omong kosong seperti itu, Bara? Kamu lihat sendiri, Alya hanya ingin menghancurkan hubungan ibu dan anak!""Apa maksud Mama menghancurkan hubungan? Aku hanya ingin kebenaran terungkap." Alya menatap Desi heran.Desi tidak meny
"Itu hasil tes DNA. Kamu lihat sendiri." Benny berdiri tegak dengan tatapan kosong, mencoba menyembunyikan gejolak batinnya. Ada ketakutan yang disembunyikan dalam hatinya. Tangannya sedikit gemetar saat memberikan amplop itu pada Bara.Bara cepat meraih amplop itu, lalu pelan membukanya. Jantungnya berdetak kencang. Dia juga gemetar. Dalam hati berharap semoga hasil seperti yang dia inginkan.Lembar kertas putih itu terlihat jelas di tangannya. Matanya bergerak membaca setiap kata, setiap angka yang tertulis di sana. Dalam sekejap, matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar menahan luapan emosi."Dia anakku, benar-benar anakku." Suaranya pecah, tangannya mencengkeram kertas itu. Senyumnya lebar. Dia bernafas lega, seperti kebahagiaan kembali digenggamnya.Benny tetap mematung. Wajahnya datar, tapi di dadanya sedang ada pergelutan rasa. Dia tahu apa yang harus dilakukan, tapi cinta pada istrinya terlalu besar."Anak ini sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Tuan Bara. Dia bukan hanya
"Kamu yakin istriku ada di kamar ini? Apa sebelum dia booking hotel, mengatakan sesuatu?" Bara menatap Ivan ragu . Pikirannya kacau, terutama setelah Alya mematikan ponselnya seharian tanpa penjelasan. Sangat jelas kalau istrinya itu sedang menghindarinya dan tidak mau bicara padanya.Ivan menggeleng. "Berdasarkan laporan, tidak ada tanda-tanda nyonya Alya marah, Tuan. Saya juga tidak tahu apa rencana nyonya. Kenapa sampai bisa ada di hotel."Bara mendekati pintu kamar, menekan bel ragu. Ketika pintu terbuka, Alya tidak langsung terlihat."Masuk, Mas." Hanya terdengar suaranya saja.Bara melangkah perlahan, matanya menyapu ruangan. Tidak ditemukan istrinya. Begitu pintu ditutup. "Mas."Bara tercengang melihat Alya berdiri di balik pintu dengan pakaian yang membuatnya menelan ludah."Mas, kenapa?" Alya menatap puas melihat wajah suaminya seperti itu."Ke-kenapa kamu memakai pakaian seperti itu? Ehm, lingerie?" Bara berusaha menyembunyikan rasa panas yang muncul tiba-tiba.Alya tidak
"Aku harus bertemu dengan Rani, istri Ardi. Ada masalah apa dia?" Alya masih menatap layar ponselnya. Pesan itu membuatnya tidak tenang.Dia mengetik balasan. [Aku setuju bertemu. Tapi aku yang tentukan tempatnya.] Pesan terkirim. Sebuah nama restoran juga dilampirkan, lengkap dengan alamatnya. Alya duduk di kursi belakang. "Pak, tolong kabari seseorang karena aku akan bertemu istri mas Ardi. Sepertinya ada yang perting." Alya bicara pada sopirnya yang merupakan orang kepercayaan untuk menjaganya saat pergi. "Baik, Nyonya. Dan lebih baik Anda hati-hati nanti. Jangan sampai rencana Tuan terkendala.""Aku tahu."Setibanya di restoran. Alya duduk menunggu dengan tatapan ke layar. Dia masih menunggu pesan balasan atau telepon suaminya. "Sedang apa Mas Bara sebenarnya?" Dia duduk tak tenang. Pikirannya semakin macam-macam. Dia sengaja tidak membahas pada orang lain.Beberapa waktu kemudian, Rani datang. Wanita itu hanya membawa dirinya, tanpa kedua anaknya. Ya, Rani telah mengasuh dua
"Wah, ada calon mantan nyonya ternyata." Julia tertawa remeh. "Ssttt! Jangan begitu sama Alya. Dia sangat pintar bersandiwara kalau di depan Bara. Sampai Tante yang melahirkannya pun dibenci sama anaknya sendiri gara-gara wanita ini." Desi tersenyum sinis dengan picingan mata tajam.Alya mencoba untuk tenang. Dia mengulum senyum lebar. "Mama, Julia.""Saya tidak tahu kalau Nyonya besar dan Nona Julia juga ada di sini," ucap pembantu itu.Desi tersenyum dingin, matanya menyapu Alya dari kepala hingga kaki. "Seharusnya kamu lebih banyak di rumah. Jadi ibu rumah tangga yang bener. Kalau keluar dengan tampilan seperti ini, nama baik anakku yang langsung jatuh. Istri kampungannya pamer kebodohan."Julia menggeleng remeh. "Payah. Istri pengusaha hebat, tapi penampilan sama pembantu saja kalah."Alya tetap tenang. Dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya. Hanya memang tidak berlebihan dalam memakai make up dan perhiasan. Dia cukup pakai dress lengan panjang dan jilbab."Mas Bara
"I-ini ... anakku?" Bara menatap foto bayi mungil yang tertawa lebar di layar ponselnya. Matanya berkaca-kaca, dadanya mendesir hebat. Jarinya mengusap layar, seolah ingin menyentuh pipi bulat si kecil yang tampak bahagia.Ivan membiarkan atasannya larut dalam buncahan rasa."Ya, itu anak Anda. Mereka menyebut Zayn, tapi Anda punya nama sendiri." "Biar istriku yang kasih nama nanti. Dia pasti akan senang melihat bayinya. Jangan sampai lama-lama."Sekian saat, Bara larut dalam campuran rasa bahagia dan kesedihan. Dia terus mengusap wajah di ponsel itu. "Huuufff ...." Bara berusaha mengatur pikiran dan perasaannya. Dia tidak boleh terlalu terburuk. Harus segera membawa bayi itu pada istrinya. "Anda baik-baik saja, Pak?""Kirimkan foto anakku padaku. Aku akan taruh di file khusus. Jangan sampai istriku melihatnya sebelum aku siap. Akhir-akhir ini dia sudah mulai tersenyum, aku nggak mau dia kembali menangis karena aku belum bisa membawa anaknya kembali.""Baik, Pak."Bara menurunkan p
"Kabar baik apa yang bisa aku dengar setelah kamu bertemu dengan Alya, Ardi?" Julia menatap tajam depan. Dia duduk di kursi belakang mobil.Sebentar Ardi menoleh belakang. "Dia terlihat sangat lelah. Katanya, rumah tangganya dengan Bara sedang tidak baik-baik saja. Sungguh di luar dugaanku. Bara adalah seorang pengusaha hebat. Jadi istrinya adalah sebuah impian. Tapi tadi, Alya berkata seperti itu. Dia bilang selama ini memendam semuanya sendiri. Pada saat bertemu denganku, dia langsung menumpahkan keluh kesahnya yang menumpuk."Julia mencondongkan tubuh ke arah kursi depan. "Lelah? Apa maksudnya dia lelah? Aku lihat selama ini dia sangat berani melawan Tante Desi dan aku. Dia malah bilang siapa yang berani merusak rumah tangganya, tidak akan tinggal diam."Ardi terdiam sesaat. Dia harus memilih kata yang tepat, jangan sampai Julia ragu padanya. "Dia merasa tidak pantas menjadi istri Bara. Alya bilang, dia selalu direndahkan oleh mertuanya. Katanya, dulu saat bersamaku, meski aku tida