Beranda / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 38 Hampir kelepasan 

Share

Bab 38 Hampir kelepasan 

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 13:25:19
Luna bingung apakah ia harus mengunci pintu kamarnya atau tidak, kalau ia tidak menguncinya maka Jacob akan masuk, sementara jika ia kunci, Jacob mungkin saja akan mendobraknya.

Pria itu akan tetap masuk bagaimanapun caranya, dan saat Luna sedang kebingungan di depan pintu, tiba-tiba saja benda itu terbuka sehingga memaksanya mundur beberapa langkah. Matanya membelalak melihat Jacob masuk tanpa permisi, tapi bukan itu yang membuatnya panik, melainkan hal yang lain.

"Ternyata kau sudah menungguku, apa kau sudah tidak sabar aku melakukannya padamu?" goda Jacob.

"A.apa? Tidak, aku tidak sedang menunggumu."

Jacob menyeringai, berjalan mendekati Luna yang terus mundur. Tapi gadis itu justru tak bisa mundur lagi karena belakangnya sudah dinding, tangan Jacob menaikkan dagu Luna. "Kau masih saja munafik, Luna. Kau menyukainya, tapi kau berusaha menolaknya. Haruskah aku mengajarimu cara yang lebih berani, agar kamu tau bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi?"

Tatapan mata
SILAN

Di komen, di Vote, jangan lupa loh ya. Kalau hatiku lagi seneng, aku usahain update lebih banyak lagi hehe meskipun hari ini hatiku lagi potek :(

| 34
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
yakin gak puyeng tuh kepalamu Jacob...? hahahaha
goodnovel comment avatar
Egga Pratiwi
episode yg ini malah bikin ngakak ......... semacam pisang tapi bergerak spt ular, apakah itu??? ...
goodnovel comment avatar
Rosy
potek kenapa kaak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 39 Mulai terkontaminasi 

    Perasaan malu seolah menghilang dari pikiran Luna, ia terbaring lemas setelah kepuasan yang ia dapatkan. Dengan perlahan, akhirnya Jacob melepaskan ikatan tangan. Luna tidak memukul, atau melakukan pemberontakan. Ia pasrah saat Jacob tiba-tiba menggendongnya, ia terlalu lemas untuk melawan. Kini, di dalam gendongan pria itu, Luna dapat melihat wajah Jacob dengan jelas di bawah sinar rembulan. "Kenapa kau lakukan hal itu padaku?" tanya Luna, suaranya lirih ia ingin agar Jacob segera menjawabnya. Jacob menunduk, menatapnya sekilas sambil berjalan. "Kau akan menjadi penghuni tetap di pulau ini, tapi aku yang bebas memutuskan hal itu nantinya." "Apa maksudmu?" "Luna, masih banyak hal yang belum kau ketahui tentang dunia dewasa. Caraku mengajarimu memang keterlaluan, aku tau itu. Kau perlu memahami situasi, kau bisa melawan dengan sekuat tenagamu agar orang lain tak dapat menyentuhmu." ucap Jacob. Luna menghembuskan nafas, "Bagaimana aku bisa melawanmu, kau mengikat tangan dan menahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 40 Menunggu Jacob datang

    Tidak terasa satu bulan telah berlalu, musim gugur hampir usai dan pepohonan telah kehilangan daunnya. Luna duduk di pinggir sungai, mencari udang air tawar, tapi tidak ada. Entah kemana para udang air tawar itu saat cuaca dingin tiba. Karena tidak melihat adanya pergerakan udang air tawar, Luna kembali ke rumah. Beberapa pelayan terlihat memasukkan kayu bakar untuk persiapan musim dingin nanti, meskipun di pulau itu sangat jarang turun salju, hanya udara yang semakin dingin. "Luna, apa persediaan kayu bakar di ruang utama masih ada?" seru Maci. "Aku akan lihat sebentar, Bu!" Luna bergegas masuk ke dalam rumah, namun persediaan kayu bakar hanya sedikit, ia pun keluar untuk membawa masuk kayu bakar sebagai persiapan. Kesibukannya itu selesai saat sore hari, Luna merapatkan jaket dan berdiri menghadap halaman pendaratan helikopter dari kejauhan. Sudah sebulan lebih sejak Jacob pergi, mendadak saja Luna merasa seperti ada yang kurang. Perlahan ia mulai menyadari bahwa keberadaan Jaco

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 41 Dia kembali

    Musim dingin telah tiba, dan pulau itu mulai diselimuti oleh hawa dingin yang menusuk. Luna berdiri di dekat jendela besar, memandangi salju tipis yang perlahan jatuh, menutupi taman yang sudah membeku. Langit mendung menambah kesan sunyi, sementara suara ombak di kejauhan terdengar samar, seperti berbisik dalam harmoni yang menenangkan. "Dia masih belum datang," gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Tatapannya terpaku pada taman yang kini beku, seolah-olah berharap menemukan jejak langkah seseorang di sana. Hembusan angin yang dingin merayap masuk melalui celah jendela, memaksanya untuk menutupnya rapat. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Luna meninggalkan jendela itu dan menuju ke dapur, di mana aroma manis pie apel yang baru dipanggang memenuhi ruangan. Di sana, Maci tengah sibuk menyiapkan pie, tangannya cekatan mengatur adonan dengan sempurna. "Kau masih menunggu Tuan muda datang?" tanya Maci, nada suaranya sedikit menggoda. "Tidak juga," jawab Luna santai, meskipun hatinya b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 42 Kesalahpahaman kecil

    Barang-barang yang dibawa Jacob dari kota bukan hanya jaket mewah untuk Luna, tetapi juga beberapa buku tebal dan kotak mainan bricks. Setelah beberapa waktu, Jacob menyadari bahwa Luna tampaknya memiliki ketertarikan khusus pada bricks. Gadis itu begitu tekun menyusun potongan demi potongan hingga menciptakan berbagai bentuk, dan hasil kreasinya kini terpajang rapi di kamar dengan posisi yang strategis, seolah menjadi koleksi berharga. "Banyak sekali buku yang kau bawa," ucap Luna sambil mengeluarkan buku-buku dari dalam kotak. Ia menghitung, ada tujuh buku tebal dengan sampul yang beragam. Jacob, yang duduk santai di sofa, memperhatikan Luna memeriksa buku-buku itu satu per satu. "Kau terlihat sudah muak membaca buku matematika," katanya sambil menyeringai kecil. "Jadi, aku membawakanmu buku tentang dunia luar angkasa, beberapa tentang dunia medis. Pilih saja mana yang menarik untukmu." Luna tersenyum tipis sambil membaca judul-judul buku tersebut. Namun, salah satu buku menarik p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 43 Malam yang dinanti

    Beberapa hari berlalu, Luna sudah hampir selesai membaca novel yang sempat Jacob berikan. Ternyata buku itu menceritakan tentang sebuah kisah seorang pasangan yang sangat mesra, setiap kata yang Luna baca dalam kalimat tersebut membuatnya seolah menjadi pemeran utama dalam novel. Namun, ada satu bagian dalam cerita yang membahas hubungan asmara yang sangat intim, sebuah pembahasan yang membuat Luna kembali teringat dengan malam memalukan antara ia dan Jacob. Buru-buru Luna menutup buku novel tersebut, wajahnya terasa panas setiap kali mengingat momen yang membuatnya merasa berdebar debar. "Aku sudah hampir melupakannya, tapi kenapa selalu saja ada yang membuatku kembali mengingat hal itu?" Novel dewasa yang ia baca segera di simpan ke meja, ia menarik tiga lapis selimut untuk menutupi tubuhnya pada malam yang dingin hari ini. Tapi, cuaca malam hari semakin dingin meski semua pintu dan jendela sudah di tutup dengan rapat, tiga selimut yang ia gunakan tetap membuatnya kedinginan. Sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 44 Gairah musim dingin

    Cumbuan Jacob masih berlangsung, erangan tipis yang keluar dari bibir Luna sangat seksi. Diantara cahaya yang tidak begitu terang, Jacob mengagumi tubuh gadis ini, bukan hanya bayangan yang ia lihat dari pantulan air. Luna benar-benar sudah menjadi seorang wanita, yang memiliki lekukan tubuh sangat menggoda. Tubuhnya juga sangat terawat, kulit lembutnya membuat Jacob tak tega menyentuhnya terlalu kasar, seakan tubuh Luna adalah benda yang sangat rapuh di dunia. Kulit mereka saling bersentuhan, setiap kali Jacob melakukan cumbuannya untuk mempersiapkan tubuh Luna, gadis itu terlihat begitu tegang. "Kau tidak bisa setegang ini saat kita melanjutkannya, kelinci kecilku." bisik Jacob. Luna menatapnya, susah payah ia mengendalikan dirinya saat melihat ia dan Jacob sudah sama-sama tidak berbusana. Tubuh Luna meremang, jarak antara ia dan Jacob kali ini benar-benar dekat, setiap kali kulitnya bersentuhan dengan Jacob, ada perasaan aneh yang menyerah dadanya. Tapi mau bagaimanapun,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 45 Awal yang berbeda

    Saat Luna tertidur karena kelelahan, diam-diam Jacob memindahkan gadis itu ke kamarnya yang lebih hangat. Setelahnya, Jacob segera membersihkan kamar Luna dari kekacauan yang ia lakukan. Dengan cahaya lampu dari ponselnya, Jacob melihat ada cukup banyak bercak darah di sprei yang menjadi saksi hubungannya dengan Luna beberapa saat lalu. Jacob tidak terkejut, ini sudah hal wajar karena dulu saat ia melakukannya dengan Anastasya juga terjadi seperti ini. Ia menggulung sprei dan juga selimut tersebut, memastikan tak ada pelayan yang tau apa yang terjadi antara dirinya dan Luna. Meskipun Jacob yakin, cepat atau lambat mereka juga pasti akan tau. Setelah membereskan kekacauan yang ada, Jacob kembali ke kamarnya dan melihat Luna tidur dengan tenang. Perlahan ia berbaring di sebelah gadis itu, memeluk Luna dengan hangat dan ikut tertidur lelap di sebelahnya. ** Beberapa jam setelahnya, pagi hari pun tiba. Luna membuka mata, hal pertama yang ia rasakan adalah sakit pada bagian pangkal pah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 46 Suasana lebih hangat

    Satu minggu telah berlalu sejak kejadian malam itu, perhatian Jacob juga masih sama walaupun kadang masih menjengkelkan bagi Luna. Sejak dua malam terakhir, Luna kembali tidur di kamarnya sendiri. Padahal, Jacob sudah melarangnya karena di kamar Luna memiliki penghangat ruangan yang sangat kecil. Pagi ini, suasana gelap di luar sana masih terlihat. Tapi meskipun gelap, tidak ada salju yang turun. Pulau itu memang berbeda dengan tempat lainnya yang kini pasti sudah dipenuhi oleh salju, tapi meskipun tak ada salju, suasana beku di luar sana sangat terasa. "Sepertinya seru kalau bermain ice skating, tapi tak ada tempat yang bisa digunakan untuk melakukan permainan itu disini." batin Luna sambil melihat pemandangan di luar sana melalui jendela kamarnya. Listrik juga padam, kincir angin benar-benar tidak berputar karena aliran airnya membeku. Penerangan yang mereka gunakan selama musim dingin adalah lilin, Luna menutup jendela kamar dan keluar sambil mengenakan jaket pemberian Jacob. "D

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 188 Restu

    Mobil hitam itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya klasik. Dengan penuh kehati-hatian, asisten pribadi Jacob mendorong kursi rodanya masuk ke dalam. Di sebuah ruangan luas namun terasa sepi, Russel telah menunggu. Begitu pintu tertutup, hawa ruangan seketika berubah tegang, seolah udara pun ikut menahan nafas.Jacob mengangkat tangannya, memberi isyarat pada asistennya untuk pergi. Ia ingin bicara tanpa perantara, hanya ia dan Russel.Tak ada sapaan. Tak ada basa-basi. Hanya tatapan tajam yang saling bersilangan di antara mereka.Hingga akhirnya, Jacob yang pertama kali memecah keheningan. Suaranya tenang, namun ada ketegasan yang tak bisa disangkal."Aku rasa, Anda sudah tahu alasan kedatanganku ke sini."Russel menatapnya dalam-dalam. Jacob bisa merasakan beratnya tatapan itu, sebuah penolakan yang belum diucapkan, sebuah pertarungan harga diri yang tak terlihat."Ya," jawab Russel akhirnya, suaranya dalam dan berat. "Aku sudah tahu segalanya tentang dirimu dan Luna.

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 187 Pengakuan resmi Nico

    Jacob jadi kepikiran dengan apa yang Nico katakan, namun ia mencoba untuk mengenyahkan hal itu karena mulai hari ini ia akan mulai menyiapkan pernikahannya dengan Luna."Jadi... kau benar-benar akan menikah dengan Luna minggu depan?" tanya Nico sekali lagi, memastikan dengan nada setengah tak percaya.Jacob mengangguk, kali ini dengan ketegasan yang tak bisa digoyahkan. "Aku serius," jawabnya mantap.Nico tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, kau harus membujuk ayahku. Kau tahu betapa besarnya kebenciannya padamu."Jacob tersenyum tipis, seolah semua kebencian Russel sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak lagi menakutkannya. "Aku tahu. Tapi itu urusanku. Kau tak perlu memikirkannya."Nico hanya mengangguk, kemudian matanya mencari-cari sosok lain di sekitar ruangan. "Aku ingin bicara dengan Luna," katanya, dan tanpa menunggu jawaban, ia beranjak pergi meninggalkan Jacob.Melihat itu, Jacob pun segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorangSementara itu, di si

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 186 Kedatangan Nico

    Rumah Jacob kembali sunyi setelah kepergian Hazel dan ketiga anak Deon. Riuh tawa yang tadi memenuhi setiap sudut kini tinggal kenangan samar di dinding. Hanya ada Luna dan Jacob yang duduk berdekatan di sofa ruang tamu, dalam diam yang terasa asing namun nyaman. Sisa tawa dan langkah kaki yang hilang, tergantikan oleh suara alam malam dan detak pelan waktu.Selama lima belas menit mereka hanya duduk, membiarkan keheningan menjadi jeda dari semua keramaian yang tadi terjadi. Hingga akhirnya, suara pelan Luna memecah sunyi itu."Apakah kau benar-benar serius ingin melangsungkan pernikahan secepat itu?"Jacob menoleh padanya, lalu mengangguk mantap. “Ini waktu yang paling tepat. Sebelum musim gugur datang dan hari-hari menjadi lebih dingin. Aku ingin kita mengikat janji sebelum daun-daun berguguran.” Suaranya tenang, penuh keyakinan. “Dan jangan khawatir soal persiapannya, aku akan urus semuanya. Kita akan buat pesta kecil saja di halaman belakang, sederhana, tapi hangat, bersama keluar

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 185 Keseruan hari ini

    Malam pertama Jacob di rumah barunya berubah menjadi lebih riuh dari yang ia bayangkan. Bukan karena pesta besar atau acara formal, tapi karena kehadiran empat perempuan yang membuat suasana jadi ramai, ketiga anak Deon dan tentu saja Hazel yang tidak pernah kekurangan energi.Setelah makan malam, mereka semua menghilang ke dalam salah satu kamar. Jacob sempat hendak ikut masuk, penasaran dengan apa yang terjadi, tapi niatnya langsung dipatahkan oleh ucapan tajam dari anak bungsu Deon.“Tidak boleh masuk! Ini area terlarang untuk laki-laki malam ini!” serunya sambil menutup pintu dengan dramatis.Di dalam kamar, suasana jauh dari tenang. Diana si paling cerewet, sedang memandangi rambut Luna dengan penuh semangat.“Kau pernah potong rambut sebelumnya?” tanyanya sambil memegang ujung rambut Luna yang nyaris menyentuh pinggang.Luna tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Hampir satu tahun sejak terakhir kali aku memotong rambutku, dulu rambutku sebatas leher."“Astaga, kau pasti kelihatan ma

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 184 Menjalani kehidupan

    Setelah melewati hari-hari panjang di rumah sakit, akhirnya Jacob bisa kembali pulang. Tapi kali ini, bukan ke apartemen lamanya di tengah kota, melainkan ke sebuah rumah yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan, rumah yang pernah ia beli, namun belum sempat ia tinggali. Lokasinya tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, berdiri megah di tepi danau kecil dengan udara yang segar dan suasana yang mendamaikan.Mobil berhenti tepat di depan rumah. Dua penjaga pribadi segera sigap membantu Jacob turun dari kursi mobil dan membawanya ke kursi roda yang telah disiapkan. Tak ada pilihan lain, kakinya belum mampu menopang tubuhnya sendiri. Kali ini, Jacob benar-benar harus bergantung pada bantuan orang lain."Ini… di mana?" tanya Luna sambil menatap ke sekeliling, kagum oleh keindahan alam yang membingkai rumah tersebut.Jacob menoleh ke arahnya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Ini rumahku. Aku membelinya bertahun-tahun lalu, tapi belum pernah tinggal di sini. Dulu kupikir, tempat ini akan m

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 183 Kabar bahagia

    Kabar bahwa Jacob telah siuman menyebar secepat cahaya dan sampai ke telinga Luna tepat saat senja menutup hari. Setelah lima belas hari penuh doa, penantian, dan ketidakpastian, akhirnya hari yang ia nantikan datang juga. Hari ketika dua kabar besar mengisi hatinya, kehamilannya... dan kembalinya Jacob dari ambang batas kesadaran.Namun, kebahagiaan itu tak bisa sepenuhnya ia ungkapkan. Hazel sempat menyarankan agar kabar tentang kehamilan Luna tidak langsung disampaikan kepada Jacob. Pria itu baru saja sadar, tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Rasa bahagia yang terlalu intens bisa saja menjadi tekanan baru. Maka, mereka sepakat untuk menunda dua hari saja. Dua hari sebelum kabar tentang dua jiwa kecil di dalam tubuh Luna sampai ke telinga Jacob.Luna duduk di sisi ranjang Jacob, jemarinya menggenggam tangan kekasihnya dengan lembut, seolah tak ingin melepaskannya lagi."Aku senang akhirnya kau sadar setelah tidur selama lima belas hari," bisiknya dengan suara penuh haru.Jacob tak bisa

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 182 Perubahan secara perlahan

    "Wow!"Satu kata meluncur dari mulut Hazel, penuh kekaguman dan ketidakpercayaan.Luna masih terdiam. Detik-detik setelah dokter mengumumkan kabar itu seperti berhenti di sekitarnya. Bukan satu janin, tapi dua. Kehamilan pertamanya langsung menghadirkan sepasang kehidupan dalam rahimnya. Keajaiban, namun juga tanggung jawab yang terasa begitu besar menimpa pundaknya dalam sekejap.Ia menatap layar monitor yang kini telah dimatikan, namun bayangan dua bulatan mungil itu masih membekas di benaknya.Bisakah aku menjadi seorang ibu? Dua sekaligus? pikirnya, dilanda kekhawatiran. Ia bahkan belum tahu bagaimana cara merawat bayi, apalagi menghadapi kehamilan kembar.Sementara itu, dokter mulai menjelaskan hal-hal penting seputar kehamilan. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, makanan yang sebaiknya dihindari, sampai anjuran rutin kontrol kandungan. Hazel mendengarkan dengan saksama. Wajahnya serius, seolah menyimpan semua informasi untuk disampaikan kepada Jacob ketika pria itu akhirnya

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 181 Kabar mengejutkan

    Karena tak memungkinkan bagi Hazel menghilangkan bau daging dari apartemen Jacob dalam waktu singkat, alhasil ia membawa Luna datang ke apartemennya yang lokasinya tidak begitu jauh. Saat pertama kali melangkahkan kaki ke dalam apartemen yang sudah dua hari tidak Hazel datangi, perempuan itu mengerutkan dahi karena mencium sesuatu yang terasa asing di apartemen tersebut.Sepertinya, perbedaan di apartemen Hazel juga disadari oleh Luna saat perempuan itu berkata. "Sepertinya kau memindahkan beberapa barang-barang sebagian," katanya.Hazel mulai menaruh curiga, ia segera melihat lemari yang ada di dekat pintu masuk, ia memang memindahkan beberapa barang sebelumnya, tapi ia ingat betul kalau sebelumnya di atas lemari hiasan itu ada vas bunga yang tidak Hazel buang, tapi ... kemana perginya vas bunga itu?Agar tidak menimbulkan kecemasan terhadap Luna, Hazel masuk ke dalam kamarnya lalu keluar lagi. "Luna, aku minta maaf sekali. Sepertinya ada sedikit masalah di apartemenku, kita tinggal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 180 Menantikan kehidupan baru

    Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Hazel merasakan sesuatu yang selama ini dianggap tabu, ia senang mendengar kabar seseorang meninggal. Bukan karena ia kehilangan empati. Tapi karena orang yang selama ini menjadi ancaman terbesar bagi Luna, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.Bagi Hazel, kabar itu seperti denting kebebasan. Seolah tirai ancaman yang selama ini menggantung gelap di atas kepala Luna… akhirnya robek, lenyap bersama dengan detak jantung terakhir Leah.Tidak ada lagi alasan untuk cemas. Tidak ada lagi bayang-bayang penculikan. Tidak ada lagi organ yang diincar dari tubuh Luna.Senyum samar muncul di bibir Hazel, senyum lega, bukan senang atas kematian. Tapi karena satu beban besar akhirnya sirna. Sementara itu, Luna tanpa sepatah kata pun melangkah masuk ke dalam ruangan, menahan nafas melihat tubuh Leah terbaring kaku. Di sekelilingnya, para perawat sedang melepaskan alat-alat medis satu per satu, mengakhiri seluruh proses perawatan yang selama ini hanya memperpa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status