Share

Pengemis Cinta

last update Last Updated: 2024-05-04 21:27:42

ZOLA

Tentang Zach yang sewaktu-waktu akan datang ke sini sudah sejak lama ada di dalam prediksiku. Namun, tentang apa yang kusaksikan saat ini sedikit pun nggak pernah melintas di dalam benakku.

“La ...,” panggilan pelan Zach membangunkan dari ketermanguan setelah tadi menjatuhkan gelas ke lantai hingga pecah.

Dengan kaki gemetar aku melangkah mendekatinya. Lalu kurentangkan tangan meminta Fai.

“Sini, Sayang ...”

Fai bergerak memutar kepalanya tapi tanpa mengangkatnya dari pundak Zach. Dia menatapku.

“Sini yuk.”

Fai menggeleng, menolak untuk pindah ke gendonganku. Dia juga menepis tanganku yang terkembang.

Reaksi anak itu begitu mengejutkanku.

“Biar sama aku dulu, La, kayaknya dia ngantuk.” Zach kembali mengusap-usap punggung Fai.

Fai memang gampang lengket dengan laki-laki. Dengan Mas Javas, Om Joe, bahkan Pak Reno hingga Ariq. Tapi aku sama sekali nggak menyangka jika dia juga akan semudah ini dekat dengan Zach yang notabene baru pertama kali berjumpa dengannya.

Aku terpaksa mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Debora Susana
zola....please jangan keras
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Sebuah Ancaman

    ZACHSetelah diusir tadi aku pulang ke rumah dengan tubuh lemas. Aku nggak melihat Mami waktu tiba di sana. Padahal Mami adalah orang yang sangat kubutuhkan saat ini. Aku ingin minta penjelasan Mami tentang semua yang terjadi, mengenai segala yang hal yang tidak kutahu.Aku mencari Mami ke setiap bagian rumah dan tetap nggak menemukannya.“Mami ke mana, Bi?” tanyaku pada Bi Yuka begitu berpapasan di belakang.“Tadi Ibu ke luar, Mas Zach, kayaknya lagi belanja.”“Sudah lama?”“Sudah, Mas.”Aku kembali ke kamar setelah mendapat penjelasan singkat.Setiba di kamar pikiranku malah semakin kacau. Kepalaku penuh oleh sebuah nama. Zola.Apa kesalahanku memang sudah sefatal itu? Aku bukannya berselingkuh, tapi seakan dosaku jauh lebih besar dari itu semua.Menyalakan rokok, aku duduk di sofa yang terletak di pinggir jendela. Jari-jariku menggulir daftar kontak di ponsel demi mencari sebuah nama. Aku ingin tahu apa aku satu-satunya orang yang paling nggak dianggap di keluarga ini.Setel

    Last Updated : 2024-05-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Dia Anak Kita

    ZOLATante Rosella sudah pergi sejak setengah jam yang lalu, tapi aku dan Mbak Zoi masih duduk di ruang tamu. Mbak Zoi sepertinya mulai goyah. Dia menasehatiku atau lebih tepatnya mempengaruhi agar aku menyerah, mengakhiri sandiwara ini dan membukanya pada Zach. Tapi aku masih kuat bertahan pada pendirianku.“Setiap orang ada batas kesabaran, La, dan Mbak rasa kesabaran Mami udah melewati batas. Mbak nggak pernah ngeliat Mami semarah tadi. Jadi menurut Mbak sebaiknya kita akhiri ini semua. Mbak setuju sama pendapat Mami. Zach harus tahu kalau dia sudah punya anak. Setelahnya terserah kalian berdua. Mau ngelanjutin hubungan yang dulu atau jalan sendiri-sendiri. Tapi menurut Mbak setelah Zach tahu sebaiknya kalian menikah. Kamu nggak mungkin terus-terusan begini. Kita masih punya orang tua. Kasihan Mama dan Papa. Mau nggak mau mereka pasti kepikiran nasib kamu, La.”“Mbak Zoi nggak bakal ngerti perasaan aku,” jawabku pelan. Iya, yang paham diri kita bukan orang lain, tapi diri kita se

    Last Updated : 2024-05-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bicara Dari hati Ke Hati

    ZACHAnd yeah, there’s a lot of shit that goes on.Setelah begitu banyak hal-hal yang nggak kuketahui dan akhirnya terbuka, kini aku kembali dibuat sport jantung oleh pernyataan Zola yang tidak disangka-sangka. Gimana mungkin Fai adalah anak kami? Selain aku dan dia sudah sangat lama nggak berhubungan, setiap kali melakukannya kami juga menggunakan metode coitus interruptus.Aku tahu pasti saat ini Zola sedang becanda demi menghangatkan suasana. Tawaku pun pecah kemudian.“Kamu tuh kalo lagi becanda nggak nanggung-nanggung ya, La.”Tawaku masih mengembang. Geli melihat Zola yang mencoba nge-prank tapi nggak pakai logika. Sampai akhirnya aku mengatupkan mulut kala menyadari Zola hanya diam sambil memandangku dengan ekspresi datar.“La, sorry, tapi kamu lagi becanda kan?”Zola masih memandangiku seperti tadi. Pias.Aku kemudian berpikir apa tawa barusan membuatnya tersinggung?“Sorry, La, tadi aku ketawa, abisnya kita lagi ngomong serius kamu malah ngomong begitu.”“Emang ada yang sala

    Last Updated : 2024-05-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Welcome Back, Papa BrengZach!

    ZOLAAku nggak akan mengingkari kalau Zach sangat gentle dalam hal ini. Namun, untuk bertemu dengan mantannya, terutama Venna, apa nggak akan membuatku sakit hati?“Gimana, La? Kamu mau?” Zach masih bersimpuh di lantai sambil menggenggam hangat tanganku.“Nggak usah,” putusku memberi jawaban. “Kenapa nggak usah? Bukannya kamu nggak percaya sama aku? Kamu lebih percaya sama orang lain dari pada aku. Jadi agar semua jelas lebih baik kita langsung selesaikan.”Aku menggelengkan kepala. Aku memutuskan untuk mempercayai Zach, karena seharusnya memang begitu. Aku mencoba mengikhlaskan semua yang terjadi di antara mereka dulu.“Aku nggak mau ketemu sama dia. Aku percaya sama kamu.”Zach auto tersenyum lalu mengecup lembut tanganku. Tapi bukan berarti aku memberinya jalan untuk kembali. Sudah sangat banyak yang terjadi, dan sebagian besar di antaranya adalah pengalaman buruk. Tapi aku nggak akan menyesalinya. Aku juga nggak akan berdiri di tempat yang sama. Stop crying over spilt milk. I hav

    Last Updated : 2024-05-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Penyusup Tengah Malam

    ZOLAZach berhasil membuatku memenuhi keinginannya untuk membawaku malam ini ke rumah orang tuanya.Aku nggak menolak karena tahu pasti dia ingin menjelaskan mengenai kami pada mami papinya.Sambil menyetir Zach mendudukkan putra kami di pangkuannya. Tadi aku melarang, khawatir anak sekecil Fai yang belum mengerti apa-apa akan mengganggu, lalu Zach kehilangan konsentrasi dan berpotensi membuat kami kecelakaan. Namun, dia meyakinkanku bahwa bisa mengatasinya.Dan lihatlah sekarang, Fai duduk anteng setelah sebelumnya begitu excited ingin menggerakkan setir.“Cepat gede ya, Nak, biar bisa Papa ajarin nyetir.”Seakan mengerti maksudnya, Fai mengelus pipi Zach yang dibalasnya dengan mencium puncak kepala anak itu. Pemandangan indah tersebut membuatku terharu sendiri. Bahagia melihat interaksi keduanya.“La, kita ke apartemen aja yuk, nggak jadi ke rumah Mami.”“Ngapain ke sana? Ada yang ketinggalan?” Kami sudah melewati separuh perjalanan, tiba-tiba saja dia berubah pikiran.“Bukan, tapi

    Last Updated : 2024-05-06
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mendadak Posesif

    ZOLAZach tetap masuk ke kamar walau aku sudah melarangnya.“Aku cuma sebentar, cuma mau mastiin keadaan kamu dan Fai doang.” Dia beralasan.Zach lalu ikut naik ke tempat tidur, berbaring di sebelah Fai yang sudah lelap sejak tadi. Bibirnya melengkung membentuk senyum memandangi inci demi inci permukaan wajah putra kami.“Hidung dan bibirnya mirip aku ya, La,” katanya berkomentar. Akhirnya dia menyadarinya.“Sure, kan anak kamu.”Senyumnya semakin lebar. Lalu kemudian memudar begitu saja bersama rautnya yang berganti ekspresi.“Aku nggak bisa bayangin gimana dulu waktu kamu hamil dan ngelahirin dia sendiri. Terus kamu juga harus ngerawat dan ngurus dia tanpa aku.” Zach terlihat begitu frustasi menyesali semua yang telah terjadi. Namun, sebesar apapun penyesalannya tetap tidak akan bisa mengembalikan waktu.“Don’t cry over spilt milk. Every cloud has a silver lining,” jawabku mencoba untuk ikhlas menerima ini semua. Tapi rupanya Zach nggak setuju dengan pendapatku.“Aku nggak bisa me

    Last Updated : 2024-05-06
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Cemburu Menguras Hati

    ZOLASepanjang hubunganku dengan Zach baru kali ini dia berbicara dengan nada suara yang cukup keras padaku. Bahkan suaranya mengalahkan riuhnya suara musik di sekitarku.Tadi, aku terpaksa menemani Ariq ke sini. Ariq hanya akan mendatangi tempat hiburan malam untuk dua alasan. Karena lagi suntuk atau untuk merayakan sesuatu. “Siapa, La?” Ariq bertanya setelah aku selesai menerima telepon.“Teman, Pak.” Tentu aku nggak akan sejujur itu untuk mengatakan telepon tadi adalah dari Zach. Jawabanku hanya akan menumbuhkan tanda tanya besar di kepala Ariq.“Teman yang mana? Anak-anak kantor?” Ariq mulai kepo dan seperti biasanya ingin tahu apa saja. Jika dia nggak mendapatkannya dariku maka dia akan mencarinya sendiri. Bahkan sampai sekarang aku nggak tahu dari mana Ariq tahu kalau aku sudah punya anak tanpa menikah.“Bukan teman kantor, Bapak nggak kenal.”Syukurlah Ariq nggak menanyakannya lebih lanjut. Dia kemb

    Last Updated : 2024-05-06
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Damn

    ZACHAku memaki-maki di dalam hati saat melihat apa yang dilakukan Ariq pada Zola. Dan Zola membuatku semakin emosi lantaran membiarkan Ariq menyentuh pahanya. Kalau tadi gagal menahan diri mungkin Ariq sudah babak belur di tanganku.Aku dan dia sama-sama bungkam setelah berada di mobil. Aku nggak bisa menjamin tidak akan mengeluarkan umpatan jika dipaksa bicara sekarang. Sampai akhirnya dia duluan yang berinisiatif memecah kebisuan di antara kami.“Zach ...” Dia menggumamkan namaku. Hanya itu.Aku nggak merespon dan tetap fokus menyetir. Aku rasa jika dia peka pasti tahu saat ini kalau aku marah padanya.“Kamu marah?” Dan dia menanyakan hal-hal yang nggak perlu ditanyakan lagi.“Menurutmu?” balasku tanpa menoleh.“Aku terpaksa. Aku juga nggak mau, tapi udah tugasku.”“Kamu udah kayak lady escort aja,” ucapku sinis sambil menahan sakit hati. “Awalnya emang nemenin, tapi lama-lama dipegang-pegang. Jadi

    Last Updated : 2024-05-06

Latest chapter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status