Home / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Aku Takut Dimutilasi

Share

Aku Takut Dimutilasi

last update Last Updated: 2024-02-29 11:10:00

Zoia memundurkan badan, menjaga jarak dari Javas sebagai bentuk perlindungan diri. Tidak cukup dengan mengejutkannya dengan masuk tiba-tiba, tapi lelaki itu juga mengagetkannya dengan perlakuannya tadi.

“Siapa yang suruh kamu masuk?” Seingat Zoia baru beberapa menit yang lalu ia mengatakan pada resepsionis tidak ingin bertemu dengan Javas.

“Nggak ada. Kamu nggak mau ketemu sama aku, resepsionis kantormu juga nggak kasih izin. Tapi hati kecilku yang minta aku buat ke sini.” Javas menjawab sambil menatap Zoia dengan lembut dan mengulum senyum mesra. Javas tahu, biasanya Zoia akan luluh karena senyum mautnya. Namun ternyata kali ini dugaannya meleset. Zoia tidak terpengaruh.

“Oh, jadi kamu masih punya hati. Aku pikir buaya kayak kamu nggak punya hati, adanya empedu.”

Javas tertawa keras mendengar kalimat bernada ketus itu. “Apa kamu bilang? Buaya? Tapi walau buaya gini kamu tetap cinta kan?” Javas mengangkat alis menggoda perempuan di hadapannya.

“Ih, najis!” Zoia mengumpat pelan sambil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Sepi Tanpamu

    “Aku nggak ngerti sebenarnya kalian berdua ada masalah apa?” tanya Zoia seraya meletakkan dua kaleng soft drink serta beberapa bungkus toast bread di atas meja, tepat di hadapan Zach. Mereka sudah berada di rumah Javas.“Yang seharusnya nanya begitu aku, bukan kamu. Kalian ada masalah apa sampai berantem kayak tadi?” Zach membalikkan pertanyaan itu pada Zoia.Zoia tidak langsung menjawab. Ia memutar-mutar kaleng soft drink di tangannya. Haruskah ia sejujur itu pada Zach?“Trust me, aku bukan ember bocor. Rahasia kalian aman di tanganku.” Zach seakan tahu apa yang saat ini sedang menjadi keraguan Zoia.“Aku ngerasa Javas mainin aku, Zach. Katanya pernikahan kami hanya sementara dan suatu saat nanti akan menceraikan aku. Okay, aku coba buat terima dan menjalani peran sebaik mungkin sebagai istri dia, termasuk …” Zoia menahan kata-katanya. Apa ini pantas untuk dikatakan pada Zach yang notabene adalah seorang laki-laki?“I see.” Zach tersenyum tipis menanggapi. Ia mengerti apa yang akan d

    Last Updated : 2024-02-29
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Kangen Dada Huggable

    Ting!Zoia yang sedang berbicara dengan Khanza langsung memandang ke ponselnya ketika benda tersebut berbunyi.“Dari Javas,” beritahunya pada Khanza.“Lo buka WA sekarang tapi jangan dibaca dulu.” Khanza mengangkat tangannya sebagai isyarat sebelum Zoia terlanjur membacanya.Menuruti kata-kata sang sahabat, Zoia membaca aplikasi perpesanan tersebut dan mengabaikan pesan dari Javas. Ia malah ikut ngobrol virtual dengan grup lain yang diikutinya.“Jangan lo tutup dulu ya, Zoi. Lo online aja.” Khanza kembali mengingatkan.Zoia menganggukkan kepala.Di kamarnya Javas masih menanti balasan pesan dari Zoia. Matanya tidak sedetik pun beralih dari layar gawai. Seakan sekali saja ia melihat ke arah lain maka balasan dari Zoia akan lenyap begitu saja. Tapi jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Padahal Zoia sedang online.“Aku tahu kamu lagi online, Zoi. Aku udah sering ngeliat modus orang marah kayak gini, tapi tolong, kamu jangan pake modus kayak mereka. Itu terlalu kekanakan.”Pesan kedua terk

    Last Updated : 2024-02-29
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Modus Buaya Untuk Meluluhkan Zoia

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Matahari juga sudah menunjukkan eksistensinya. Namun di kamarnya Javas masih meringkuk malas di bawah selimut.Semalam laki-laki itu tidak bisa tidur. Ia baru bisa memejamkan matanya menjelang subuh. Javas menghabiskan waktu dengan memelototi ponsel menunggu Zoia membalas chat, lalu melamun membayangkan saat ia bercinta dengan Zoia. Ia mereka ulang adegan itu di kepalanya dengan begitu detail. Mulai dari saat Zoia membuka baju, melepaskan satu per satu penutup tubuhnya, dilanjutkan dengan foreplay, main course hingga bagaimana mereka berdua sama-sama mendapat pelepasan. Namun alih-alih akan puas dan melepas, badan Javas jadi meriang sendiri.Suara ponsel yang tidak berhenti berbunyi dari tadi semakin memekakkan telinga. Ia berdecak. Mau tidak mau Javas harus menghentikannya demi kenyamanan telinganya.Begitu ingat istrinya Javas langsung duduk dengan penuh semangat. Barangkali itu telepon dari Zoia. Namun harapannya pupus seketika melihat bu

    Last Updated : 2024-03-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Cedera Otak

    Kinar tertegun mendengar perkataan Javas. Dahi perempuan itu sontak berkerut atas permintaan absurd tersebut. Javas ada-ada saja. Kinar sudah cukup lama bekerja menjadi sekretaris Javas, namun baru kali ini atasannya itu memberi perintah konyol seperti saat ini.“Kecelakaan? Maksud Bapak apa? Bapak kan sehat-sehat saja, Pak.” Kinar memindai pria di hadapannya dengan begitu intens dengan tatapan heran.Javas balas memandang sekretarisnya dengan lebih lekat. Kadang Kinar begitu cepat tanggap atas perintah yang diberikannya. Tapi di lain waktu perempuan itu agak lemot. “Kinar, percuma kamu cantik tapi otak kamu nggak dipakai”“Ih, Bapak!” Kinar mengerucutkan mulutnya.“Makanya kalau saya kasih perintah itu dicerna dulu.”“Iya, Pak, sudah saya cerna tapi Bapak kan sehat-sehat saja, Pak.”“Pura-pura, Kinar! Saya pura-pura kecelakaan.”“Ya ampun, Pak. Kalau punya keinginan yang baik-baik saja kenapa sih, Pak? Jangan minta yang jelek-jelek, takutnya nanti jadi kenyataan.”“Nggak usah sok ng

    Last Updated : 2024-03-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Butuh Belaian Kasih Sayang

    "Gimana, Kin?” kejar Javas begitu Kinar menjauhkan ponsel dari telinganya. Tadi saat Kinar menelepon Javas serius menyimak. Hanya saja ia tidak tahu apa yang dikatakan Zoia. Kinar lupa menyalakan loud speaker.“Bu Zoia katanya nggak bisa ke sini, Pak. Ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan.” Kinar menjawab sesuai dengan yang disampaikan Zoia padanya tadi.Javas kaget mendengar jawaban Kinar lantaran sebelumnya sekretarisnya itu mengatakan padanya bahwa Zoia bersedia datang ke kantornya. Rasa kecewa langsung menghantamnya saat itu juga.“Gimana sih? Katanya tadi dia mau datang ke sini.”“Tadi memang iya, Pak, tapi tiba-tiba ibu Zoia membatalkannya.”Javas menghempaskan napas kasar. Lalu dijambaknya rambut sendiri sebagai pelampiasan emosinya. Ia pikir trik ini akan berhasil karena ia tahu Zoia mudah diluluhkan. Tapi ternyata dugaannya meleset. Ia gagal. Zoia tidak lagi selembek perkiraannya.“Ada lagi yang bisa saya kerjakan, Pak?” Kinar ikut bingung melihat tingkah Javas

    Last Updated : 2024-03-01
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   I Think I Love You

    Zoia tidak tahu dari mana suaminya muncul. Kedatangan Javas yang sama sekali berada di luar prediksinya tidak hanya membuat Zoia terkejut. Ia juga takut Javas akan berbuat nekat. Zoia tidak ingin Javas membuat keributan di sini seperti yang kemarin terjadi di kantornya. Sudah cukup Javas membuatnya malu.“Jav …” Zoia menggumam pelan sambil menepis tangannya dari Javas.“Jadi ini pekerjaan penting yang harus diselesaikan sampai-sampai membuatmu nggak memedulikan suamimu sendiri?” Javas bicara dengan gaya menghakimi.Zoia yang merasa tidak bersalah membalas balik dengan menatap Javas begitu saksama. “Kata Kinar kamu kecelakaan. Gimana? Udah sehat? Udah nggak cedera lagi otaknya?”Sindiran Zoia membuat Javas kehilangan kata untuk sesaat. Tidak ingin malu, Javas segera mengalihkan pembicaraan dengan cepat.“Sekarang ikut denganku, kita pulang.” Javas menggamit tangan Zoia bermaksud membawanya pergi. Tapi, sekilat gerakan Javas, secepat itu pula Zoia melepaskannya.“Sorry, aku nggak bisa.

    Last Updated : 2024-03-02
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hibernasi

    “Zoia, i think i love you." Javas mengulangi perkataannya yang membuat Zoia seketika mengerjapkan mata setelah puluhan detik yang lalu membeku.Zoia mempertegas pandangannya, mencari kesungguhan di wajah gagah suaminya. Javas tampak serius. Akan tetapi karena pria itu penuh dengan modus dan Zoia hampir berkali-kali tertipu, membuatnya sulit untuk percaya. Tadinya Zoia hampir saja terlena. Ia bahagia mendengar ungkapan cinta itu. Perasaannya ternyata berbalas.Tiba-tiba saja alarm tanda bahaya menyala di kepalanya. Kata-kata yang sering didengungkan Khanza memberinya peringatan. Buaya itu modusnya banyak. Dia punya sejuta satu cara untuk menjerat mangsanya. Dan bisa jadi yang didengar Zoia saat ini adalah salah satunya.“Zoi, kenapa nggak dijawab? Kamu juga cinta sama aku kan, Zoi? Kamu pasti sayang aku kan? Jangan bilang kamu nggak percaya.” Javas menegur lantaran dari tadi Zoia tidak menanggapi.Gelengan kepala perempuan itu adalah jawabannya.Javas kaget mengetahui jawaban Zoia. Tan

    Last Updated : 2024-03-02
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Tugasmu Hanya Menemaniku Di Kamar

    Pagi ini Zoia bangun dengan penuh semangat. Walaupun tubuhnya linu karena manuver Javas yang menggempurnya semalaman, tapi hatinya bahagia. Komitmen Javas yang lebih memilih hidup bersamanya ketimbang dengan Prillylah alasan di balik semua itu.Sambil menutup mulutnya yang menguap dengan telapak tangan, Zoia memandang ke sebelahnya. Javas masih tidur dengan pulas dan tidak ada tanda-tanda akan membuka mata. Sedangkan tangan lelaki itu melingkari tubuh Zoia dengan sangat protektif.Senyum tipis membayang di bibir Zoia saat ingat kemarin ia dan Javas menghabiskan malam yang berkesan yang membuat Zoia semakin mencintai laki-laki itu.Zoia mencondongkan badan untuk menciumi pipi Javas dan melafalkan kata penuh cinta di dalam hati.Lalu dengan perlahan perempuan itu menyibak selimut dengan gerakan sepelan mungkin agar tidak membangunkan suaminya. Javas pasti masih sangat lelah. Pipi Zoia merona menyaksikan sendiri tubuhnya terbuka tanpa pelapis apa-apa selain selembar selimut yang menutup

    Last Updated : 2024-03-02

Latest chapter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status