Beranda / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Tugasmu Hanya Menemaniku Di Kamar

Share

Tugasmu Hanya Menemaniku Di Kamar

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-02 21:19:30

Pagi ini Zoia bangun dengan penuh semangat. Walaupun tubuhnya linu karena manuver Javas yang menggempurnya semalaman, tapi hatinya bahagia. Komitmen Javas yang lebih memilih hidup bersamanya ketimbang dengan Prillylah alasan di balik semua itu.

Sambil menutup mulutnya yang menguap dengan telapak tangan, Zoia memandang ke sebelahnya. Javas masih tidur dengan pulas dan tidak ada tanda-tanda akan membuka mata. Sedangkan tangan lelaki itu melingkari tubuh Zoia dengan sangat protektif.

Senyum tipis membayang di bibir Zoia saat ingat kemarin ia dan Javas menghabiskan malam yang berkesan yang membuat Zoia semakin mencintai laki-laki itu.

Zoia mencondongkan badan untuk menciumi pipi Javas dan melafalkan kata penuh cinta di dalam hati.

Lalu dengan perlahan perempuan itu menyibak selimut dengan gerakan sepelan mungkin agar tidak membangunkan suaminya. Javas pasti masih sangat lelah. Pipi Zoia merona menyaksikan sendiri tubuhnya terbuka tanpa pelapis apa-apa selain selembar selimut yang menutup
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   I Choose Her

    Javas melangkah tegap. Ia sudah bertekad drama apa pun yang akan dilihatnya nanti tidak akan mempan untuk mengubah pendiriannya. Ia sudah berjanji pada Zoia akan menyelesaikan masalah dengan Prilly hari ini juga. Satu hal yang sangat disyukuri Javas adalah bahwa Zoia sangat percaya padanya. Dan Javas tidak akan merusak kepercayaan istrinya."Kalau dia nangis gimana?" tanya Zoia tadi menguji Javas saat lelaki itu mengantar Zoia ke kantornya."Ya biarin aja. Menangis itu kan hal yang manusiawi." Javas menjawab dengan bijak."Yakin kamu nggak bakal luluh?""Kalau dulu mungkin iya, tapi sekarang hanya kamu yang mampu meluluhkanku." Itu tadi jawaban Javas yang membuat Zoia tersipu. Merona, meremang dan tersipu adalah tiga hal yang identik dengan Zoia saat berhadapan dengan Javas.Begitu berhadapan muka langsung dengan Javas, Prilly berjingkat. Ia bermaksud untuk mengecup pipi kekasihnya itu. Tapi di luar dugaan, Javas memundurkan tubuh, menghindari Prilly, alhasil perempuan itu hanya menci

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   She's My Soulmate

    Prilly tidak akan menyerah. Demi apa pun juga ia tidak akan melepaskan Javas dengan begitu saja. Hanya karena kebetulan menggantikannya satu hari lantas dengan seenaknya Zoia ingin menggantikan posisinya seumur hidup?No!Prilly kembali menitikkan air mata demi meluluhkan Javas dan membuatnya agar tampak senatural mungkin.“Kamu jahat, Jav, kamu pikir aku apa? Setelah mengambil manfaat dariku lalu dengan seenaknya mencampakkanku.” Perempuan itu sesenggukan, mati-matian mencoba agar lelaki yang duduk di kursi terpisah di sebelahnya menjadi tertekan.Javas menghela napas panjang. Dilema melingkupinya. Bukannya ia ingin mencampakkan Prilly dan membuang perempuan itu begitu saja. Akan tetapi yang namanya perasaan tidak bisa dipaksa, bukan?Javas memang sempat singgah sementara di hati Prilly namun bukan menetap. Javas sudah memiliki dermaga lain yang akan menjadi tempat terakhirnya melabuhkan hati.“Lebih jahat mana aku dari kamu, Pril? Kamu pergi di hari pernikahan kita secara mendadak d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Kejutan Ala Buaya

    Hening mengisi selama beberapa jenak. Javas tidak menjawab pertanyaan Zoia. Dan hal tersebut membuat perempuan itu tenggelam dalam rasa penasaran.“Javas! Ada apa?” Zoia mendesak agar suaminya segera memberitahu hal yang akan disampaikannya.“Sorry, Zoiang …” suara Javas akhirnya terdengar tapi tetap saja tidak memuaskan rasa penasaran Zoia.“Perasaan dari tadi kamu minta maaf mulu. Ada apa sih, Jav?” Zoia benar-benar sudah tidak tahan lagi ingin tahu.“Aku nggak bisa bilang semuanya di sini. Kita harus ketemu langsung.” Javas masih keberatan untuk mengatakannya.“Memang ada apa sih? Apa salahnya lewat telfon aja?” Tingkah aneh Javas membuat Zoia bertambah panik. Jangan katakan terjadi sesuatu yang buruk yang pada akhirnya mengubah keputusan suaminya.“Kamu yakin mau aku bilang sekarang?” Rupanya Javas masih belum puas menguji kesabaran Zoia.“Iya, Jav … aku yakiiiin …,” jawab Zoia gemas. Satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini hanyalah ingin mengetahui dengan cepat apa yang ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Tentang Anak

    Cukup lama pasangan muda itu saling berpelukan. Lalu Zoia memukul-mukul sayang dada Javas melampiaskan rasa kesal tadi siang karena Javas mengerjainya.“Duh, sakit … kalau aku sakit jantung terus mati, gimana? Memangnya kamu sudah siap jadi janda?” Javas pura-pura meringis kesakitan.“Kamu pikir lucu ngerjain aku kayak tadi?” Zoia membalas dengan pura-pura merajuk.“Nggak lucu sih, tapi berhasil bikin kamu sport jantung kan?” Javas tertawa terpingkal-pingkal mengetahui sudah berhasil mengerjai istrinya.Zoia akui kali ini Javas benar-benar membuatnya perasaannya campur aduk. Setelah tadi siang lelaki itu membuatnya galau luar biasa, sekarang semua ditebus dengan cara yang sama sekali tidak terduga. “Jav, ini kamu nggak lagi ngerjain aku lagi kan?” tanya Zoia saat Javas membawanya duduk.“Memang apa gunanya aku ngerjain kamu?” Lelaki itu balik bertanya.“Kan kamu yang tahu.” Javas tersenyum melihat reaksi yang Zoia tunjukkan. Lantas ditariknya puncak hidung bangir itu dengan lembut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Saya Tidak Akan Meninggalkan Javas

    Zoia dan Khanza serentak mengarahkan mata ke pintu saat itu juga. Begitu mengetahui siapa yang datang Zoia langsung berdiri dari kursi dan berjalan beberapa langkah untuk menyambut tamu tidak diundang itu. Tidak lupa dikembangkannya senyum ramah walau saat ini kedatangan perempuan itu membuat perasaannya tidak karuan.“Sore, Mi, saya nggak tahu kalau Mami mau ke sini.” Itu sapaan pertama Zoia pada mertuanya. Lalu matanya melirik ke belakang perempuan itu, mencari tahu dengan siapa dia datang. Namun Zoia tidak menemukan siapa pun bersama Rosella.Rosella tidak membalas sapaan ramah menantunya. Perempuan itu memandang datar pada Zoia dan berkata, “Saya mau bicara sebentar dengan kamu,” lalu melirik Khanza dan melanjutkan perkataannya. “Berdua saja.”Khanza yang tahu diri cepat bangkit dari kursinya. “Zoi, gue ke ruangan dulu,” lalu tersenyum sopan pada mertua sahabatnya.Rosella menunjukkan reaksi yang sama seperti pada Zoia tadi. Bahkan menatap pun tidak.Menyaksikan sikap yang ditunju

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Mungkin Obatnya Habis

    Zoia mengangkat kepala sembari mengusap mukanya yang basah. Kini ia bisa melihat dengan jelas siapa sosok yang dengan berani menyiram kopi ke wajahnya. Siapa lagi kalau bukan perempuan yang masih mencintai suaminya.“Kamu kenapa, Pril? Datang-datang langsung menyiramku kayak gini?” Zoia menekan emosi dalam-dalam walau saat ini perasaannya campur aduk. Ia marah, malu, dan jengkel pada Prilly yang tanpa Zoia tahu apa-apa tiba-tiba langsung menyerangnya. Apalagi saat ini nyaris seluruh pengunjung café memerhatikan mereka berdua.“Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan.” Prilly menjawab dengan ringan seakan yang barusan terjadi adalah hal biasa.“Kalau ini tentang Javas, tolong jangan libatkan aku. Jangan pernah bawa aku ke dalam hubungan kalian.”“Gimana mungkin kamu nggak terlibat? Kamu yang mempengaruhi Javas agar meninggalkanku, kamu yang membuat dia jadi berubah!” amuk Prilly dengan suaranya yang keras sehingga sekali lagi orang-orang memandang ke arah mereka berdua.“Aku nggak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Tetap Memilih Kamu

    “Aku yang lebih mengenal dia, Zoi. Kalau dibiarin nanti dia akan semakin menjadi. Untung tadi kopinya udah nggak panas. Gimana kalau panas? Muka kamu bisa melepuh.” Javas bertahan dengan pendiriannya untuk memperpanjang masalah itu. Walau bagaimanapun Prilly harus tahu bahwa perbuatannya itu salah dan sama sekali tidak beretika.“Mungkin kamu memang yang paling mengenal dia, tapi aku minta nggak usah diperpanjang.”Selama beberapa menit pasangan suami istri itu berdebat tentang apa yang akan mereka lakukan. Javas akhirnya mengalah menuruti kemauan Zoia. Tapi hanya untuk saat ini.“Tadi gimana ceritanya dia bisa menyiram muka kamu?”Mengingat lagi peristiwa itu, Zoia mulai menceritakan kronologinya. “Tadi aku sama klien lagi ngobrol, terus tiba-tiba aku disiram. Waktu aku ngeliat ternyata Prilly udah berdiri di depan aku.”“Dia bilang apa ke kamu?”Zoia menatap Javas dengan dalam. “Dia minta aku untuk ninggalin kamu, Jav. Tapi karena aku menolak dia jadi marah.” Javas mengembuskan nap

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bibir Kamu Manis, Rasa Coklat

    Sebelum Prilly berhasil memeluknya Javas segera mengantisipasi dengan mengangkat tangan.“Jav, kamu kok gitu? Aku kan kangen.” Perempuan itu mengerucutkan mulut karena Javas menolak.“Yang mau kamu peluk ini suami orang, Pril. Dan kamu juga nggak pantas kangen sama suami orang.”Sikap tegas Javas membuat Prilly bertambah kecewa. Ia tidak menduga jika Javas akan berubah secepat ini.Rosella ikut menghela napas melihat sikap yang ditunjukkan sang putra.“Kamu kenapa masih di sini?” Pertanyaan itu Javas tujukan untuk mantan kekasihnya.“Aku nggak bisa tidur, Jav.”“Bukan itu maksudku. Tapi kenapa kamu masih tinggal di sini? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi dan kamu udah nggak pantas tinggal di sini.”Mata perempuan itu melebar untuk kemudian menjadi sendu. Prilly menunjukkan wajah sedihnya agar Javas jatuh iba padanya.“Jadi kamu mengusirku, Jav? Jadi kamu benar-benar menganggapku seperti sampah sekarang?”“Bukan begitu, tapi hubungan di antara kita sudah selesai, Pril. Aku ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   TAMAT (True Love never Dies)

    True Love Never DiesZELINESudah beberapa hari ini aku meninggalkan apartemen. Jevin menitipkanku di rumah Mbak Zola karena harus mengikuti event surfing kelas dunia di California.Sebenarnya Jevin tidak tega meninggalkanku apalagi saat ini kandunganku sudah tua. Hanya tinggal hitungan hari maka si kembar akan launching ke dunia. Hanya saja Jevin wajib pergi karena karena mengikuti acara itu adalah impiannya sejak lama.“Masih sakit?” tanya Mbak Zola melihatku meringis ketika masuk ke kamar.Tadi aku mengeluhkan punggung yang terasa ditusuk-tusuk serta pinggang yang pegal. Rasanya ingin menangis saking tidak kuat menahan sakit. Biasanya kalau ada Jevin dia akan mengusap-usap punggung maupun pinggangku. Walau tidak meredakan sakit itu tapi setidaknya kehadiran Jevin membuatku merasa tenang. Ada dia yang melindungiku. Menyatakan bahwa aku tidak sendiri sehingga aku kuat menghadapinya.“Masih, Mbak, sakit banget …” Aku merintih perih. Pinggangku rasanya mau patah. Sementara anak dalam ka

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Husband Goals

    JEVINHari-hariku berubah setelah Zeline dinyatakan hamil. Aku lebih protektif padanya (tapi bukan posesif), karena kami begitu sulit untuk berada di titik ini. Sedangkan Zeline tampak sangat bahagia, walau kadang uring-uringan dikarenakan hormon kehamilan yang mulai memengaruhinya.Saat ini aku dan Zeline sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Zeline. By the way, ini adalah rumah sakit ketiga yang kami kunjungi saking excited, syok, bahagia, kolokan, whatever you name it. Aku dan Zeline khawatir kalau ternyata Zeline tidak benar-benar hamil dan hasil test pack itu salah. Untuk itulah kami mencari second hingga third opinion.Rumah sakit ketiga yang kami kunjungi merupakan milik orang Indonesia yang sudah menetap bertahun-tahun dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Amerika. Oleh sebab itulah dia lancar berbahasa Indonesia. Bahkan tadi saat tahu kami orang Indonesia dia sangat excited.“Langsung kita periksa saja ya, Zel, silakan berbaring di sana,” suruh dokter

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Yang Dinanti Sejak Lama

    JEVIN“Om Jep, Kaka udah sekolah sekalang …” Kaka tersenyum bangga menceritakan aktivitasnya. Masih dengan mengenakan seragam putih biru dia memamerkan tubuhnya dengan bergerak-gerak mengayunkan kaki serta merentangkan tangannya di hadapanku. Aku tertawa geli melihat Kaka yang begitu menggemaskan. Andai saja saat ini aku dan dia berhadapan langsung maka aku akan menggendong dan menciumnya bertubi-tubi. Sayangnya jarak yang memisahkan membuatku dan Kaka hanya bisa saling menatap melalui layar gawai.“Wah, berarti Kaka udah gede dong, kan udah sekolah. Tadi belajar apa di sekolah?”“Banyak, Om.”“Salah satunya?”“Menggambal, mewalnai, sama lipat keltas.”“Origami maksudnya?”“Apa, Jev? Siapa yang poligami?” Suara lain penuh antusias tiba-tiba terdengar menyela. Zeline muncul dari belakangku lalu duduk di sebelahku dan menatapku dengan mata melebar.“Nggak ada yang poligami, tadi aku bilang origami bukan poligami. Tanya deh sama Kaka.”“Ontiii … Kaka lindu sama Ontiiii …” Kaka berteria

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Jalan Terakhir

    JEVINZeline memucat di hadapanku. Bibirnya bergetar. Sementara aku memandanginya dengan tidak mengerti.“Menggugurkan anak kita?” Aku mengulangi ucapannya tadi.Bagaimana mungkin dia menggugurkan anak kami sedangkan dia belum pernah hamil?“Aku beneran nggak ngerti kamu lagi ngomong apa. Bisa jelasin ke aku?”Zeline tidak menjawabku. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca yang membuatku semakin bingung.Aku memegang tangannya, meminta padanya sekali lagi untuk menjelaskan padaku. Tapi yang terjadi adalah dia berurai air mata.“Ayang, please, ini ada apa? Kamu kok nangis gini?” Aku memeluknya. Bukan diam, isaknya semakin keras.Aku benar-benar tidak habis pikir apa yang sesungguhnya terjadi.“Kita pulang dulu yuk.” Aku mengajaknya kembali ke hotel yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Selama di dalam perjalanan Zeline tidak bersuara. Aku tidak memaksanya bicara. Aku memberinya waktu sampai dia siap untuk memberitahu.Setiba di hotel aku memberinya air minum. Lalu menanti beberapa

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Rahasia Yang Tersimpan

    ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Hanya Masalah Waktu

    ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Memulai Hidup Baru

    ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Gembok Cinta

    JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena

  • Diam-Diam Jatuh Cinta   Bed Friend

    ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.

DMCA.com Protection Status