Hening mengisi selama beberapa jenak. Javas tidak menjawab pertanyaan Zoia. Dan hal tersebut membuat perempuan itu tenggelam dalam rasa penasaran.“Javas! Ada apa?” Zoia mendesak agar suaminya segera memberitahu hal yang akan disampaikannya.“Sorry, Zoiang …” suara Javas akhirnya terdengar tapi tetap saja tidak memuaskan rasa penasaran Zoia.“Perasaan dari tadi kamu minta maaf mulu. Ada apa sih, Jav?” Zoia benar-benar sudah tidak tahan lagi ingin tahu.“Aku nggak bisa bilang semuanya di sini. Kita harus ketemu langsung.” Javas masih keberatan untuk mengatakannya.“Memang ada apa sih? Apa salahnya lewat telfon aja?” Tingkah aneh Javas membuat Zoia bertambah panik. Jangan katakan terjadi sesuatu yang buruk yang pada akhirnya mengubah keputusan suaminya.“Kamu yakin mau aku bilang sekarang?” Rupanya Javas masih belum puas menguji kesabaran Zoia.“Iya, Jav … aku yakiiiin …,” jawab Zoia gemas. Satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini hanyalah ingin mengetahui dengan cepat apa yang ingin
Cukup lama pasangan muda itu saling berpelukan. Lalu Zoia memukul-mukul sayang dada Javas melampiaskan rasa kesal tadi siang karena Javas mengerjainya.“Duh, sakit … kalau aku sakit jantung terus mati, gimana? Memangnya kamu sudah siap jadi janda?” Javas pura-pura meringis kesakitan.“Kamu pikir lucu ngerjain aku kayak tadi?” Zoia membalas dengan pura-pura merajuk.“Nggak lucu sih, tapi berhasil bikin kamu sport jantung kan?” Javas tertawa terpingkal-pingkal mengetahui sudah berhasil mengerjai istrinya.Zoia akui kali ini Javas benar-benar membuatnya perasaannya campur aduk. Setelah tadi siang lelaki itu membuatnya galau luar biasa, sekarang semua ditebus dengan cara yang sama sekali tidak terduga. “Jav, ini kamu nggak lagi ngerjain aku lagi kan?” tanya Zoia saat Javas membawanya duduk.“Memang apa gunanya aku ngerjain kamu?” Lelaki itu balik bertanya.“Kan kamu yang tahu.” Javas tersenyum melihat reaksi yang Zoia tunjukkan. Lantas ditariknya puncak hidung bangir itu dengan lembut.
Zoia dan Khanza serentak mengarahkan mata ke pintu saat itu juga. Begitu mengetahui siapa yang datang Zoia langsung berdiri dari kursi dan berjalan beberapa langkah untuk menyambut tamu tidak diundang itu. Tidak lupa dikembangkannya senyum ramah walau saat ini kedatangan perempuan itu membuat perasaannya tidak karuan.“Sore, Mi, saya nggak tahu kalau Mami mau ke sini.” Itu sapaan pertama Zoia pada mertuanya. Lalu matanya melirik ke belakang perempuan itu, mencari tahu dengan siapa dia datang. Namun Zoia tidak menemukan siapa pun bersama Rosella.Rosella tidak membalas sapaan ramah menantunya. Perempuan itu memandang datar pada Zoia dan berkata, “Saya mau bicara sebentar dengan kamu,” lalu melirik Khanza dan melanjutkan perkataannya. “Berdua saja.”Khanza yang tahu diri cepat bangkit dari kursinya. “Zoi, gue ke ruangan dulu,” lalu tersenyum sopan pada mertua sahabatnya.Rosella menunjukkan reaksi yang sama seperti pada Zoia tadi. Bahkan menatap pun tidak.Menyaksikan sikap yang ditunju
Zoia mengangkat kepala sembari mengusap mukanya yang basah. Kini ia bisa melihat dengan jelas siapa sosok yang dengan berani menyiram kopi ke wajahnya. Siapa lagi kalau bukan perempuan yang masih mencintai suaminya.“Kamu kenapa, Pril? Datang-datang langsung menyiramku kayak gini?” Zoia menekan emosi dalam-dalam walau saat ini perasaannya campur aduk. Ia marah, malu, dan jengkel pada Prilly yang tanpa Zoia tahu apa-apa tiba-tiba langsung menyerangnya. Apalagi saat ini nyaris seluruh pengunjung café memerhatikan mereka berdua.“Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan.” Prilly menjawab dengan ringan seakan yang barusan terjadi adalah hal biasa.“Kalau ini tentang Javas, tolong jangan libatkan aku. Jangan pernah bawa aku ke dalam hubungan kalian.”“Gimana mungkin kamu nggak terlibat? Kamu yang mempengaruhi Javas agar meninggalkanku, kamu yang membuat dia jadi berubah!” amuk Prilly dengan suaranya yang keras sehingga sekali lagi orang-orang memandang ke arah mereka berdua.“Aku nggak
“Aku yang lebih mengenal dia, Zoi. Kalau dibiarin nanti dia akan semakin menjadi. Untung tadi kopinya udah nggak panas. Gimana kalau panas? Muka kamu bisa melepuh.” Javas bertahan dengan pendiriannya untuk memperpanjang masalah itu. Walau bagaimanapun Prilly harus tahu bahwa perbuatannya itu salah dan sama sekali tidak beretika.“Mungkin kamu memang yang paling mengenal dia, tapi aku minta nggak usah diperpanjang.”Selama beberapa menit pasangan suami istri itu berdebat tentang apa yang akan mereka lakukan. Javas akhirnya mengalah menuruti kemauan Zoia. Tapi hanya untuk saat ini.“Tadi gimana ceritanya dia bisa menyiram muka kamu?”Mengingat lagi peristiwa itu, Zoia mulai menceritakan kronologinya. “Tadi aku sama klien lagi ngobrol, terus tiba-tiba aku disiram. Waktu aku ngeliat ternyata Prilly udah berdiri di depan aku.”“Dia bilang apa ke kamu?”Zoia menatap Javas dengan dalam. “Dia minta aku untuk ninggalin kamu, Jav. Tapi karena aku menolak dia jadi marah.” Javas mengembuskan nap
Sebelum Prilly berhasil memeluknya Javas segera mengantisipasi dengan mengangkat tangan.“Jav, kamu kok gitu? Aku kan kangen.” Perempuan itu mengerucutkan mulut karena Javas menolak.“Yang mau kamu peluk ini suami orang, Pril. Dan kamu juga nggak pantas kangen sama suami orang.”Sikap tegas Javas membuat Prilly bertambah kecewa. Ia tidak menduga jika Javas akan berubah secepat ini.Rosella ikut menghela napas melihat sikap yang ditunjukkan sang putra.“Kamu kenapa masih di sini?” Pertanyaan itu Javas tujukan untuk mantan kekasihnya.“Aku nggak bisa tidur, Jav.”“Bukan itu maksudku. Tapi kenapa kamu masih tinggal di sini? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi dan kamu udah nggak pantas tinggal di sini.”Mata perempuan itu melebar untuk kemudian menjadi sendu. Prilly menunjukkan wajah sedihnya agar Javas jatuh iba padanya.“Jadi kamu mengusirku, Jav? Jadi kamu benar-benar menganggapku seperti sampah sekarang?”“Bukan begitu, tapi hubungan di antara kita sudah selesai, Pril. Aku ber
“Hati-hati, Yang …” Javas mengusap pelan lengan Zoia sebelum istrinya itu pergi.Zoia melangkah kecil. Ia merasakan tatapan teman-teman Javas lekat di punggungnya. Pasti setelah ini Zoia akan menjadi bahan empuk pembahasan mereka. Dan Zoia tidak tahu apa yang akan dikatakan Javas pada teman-temannya mengenai dirinya.Menjauh dari keramaian, Zoia berdiri di pinggir kolam renang tanpa tahu harus melakukan apa. Sebenarnya Zoia tidak ingin buang air kecil. Ia hanya merasa tidak nyaman berada di antara teman-teman suaminya. Walau Javas tadi sudah mengingatkan saat di rumah, Zoia pikir Javas hanya bergurau mengenai teman-temannya yang konyol.Melirik ke arah meja tempat Javas dan teman-temannya berkumpul, Zoia melihat sekelompok lelaki itu ketawa-ketiwi.Setiap orang memang punya masa lalu, termasuk Javas. Tapi celetukan teman-teman suaminya tadi membuatnya syok. Cewek-cewek yang pernah lo tidurin ... Sekretaris plus-plus ...Bukannya tidak tahu, Zoia sangat paham itu artinya apa.Wajah
Javas mendorong Prilly darinya ketika menyadari keberadaan Zoia di dekat mereka. Ia tidak tahu entah sejak kapan istrinya itu berada di sana. Untuk kali ini Javas berharap semoga Zoia sudah sejak tadi mendengar semua percakapannya dengan Prilly agar istrinya itu tidak salah mengerti. Javas ingin Zoia tahu dengan sesungguhnya bahwa ia betul-betul sudah membuang perempuan lain jauh-jauh dari hidupnya.“Kamu kasar banget, Jav! Kamu sudah berubah!” Prilly hampir saja terjengkang ke belakang karena Javas mendorongnya dengan kuat. Perempuan itu masih ingin mengomel panjang, namun Javas menyadarkannya bahwa ada orang lain di sekitar mereka.“Zoi, kamu sudah lama?” tanya Javas casual meski ia khawatir Zoia akan salah paham mengenai pelukannya dan Prilly tadi.Zoia membalas pertanyaan suaminya dengan tatapan datar. Dan itu membuat Javas merasa tidak tenang. Sedangkan Prilly menyimpan senyum di bibirnya. Ia yakin kali ini berhasil mengacaukan hubungan Javas dan Zoia.“Zoi, aku—” Kalimat Javas m