Bi Asih yang sudah tiba di dapur segera berbalik dan memilih berdiri di dekat pintu masuk dapur, dan akan muncul setelah tuan dan nyonyanya selesai melakukan kegiatan mereka di dapur atau saat dirinya nanti mendapat panggilan dari tuannya. Bi Asih menggelangkan kepala sambil mengelus dada setelah me
Datang ke kantor dengan Gio membawa bekal untuk makan siang bersama adalah kesibukan baru Nadia setelah menikah. Sebenarnya dulu Nadia juga pernah datang kesini membawakan bekal untuk Rama, tetapi hanya ia titipkan di pos satpam karena tidak berani masuk ke dalam. Berbeda dengan sekarang, Nadia bisa
*** Di lantai dasar sebuah mall, tengah diadakan pameran produk-produk UMKM. Di sinilah Gio dan Nadia menghabiskan akhir pekan mereka. Nadia sangat bersemangat mengunjungi stand-stand pameran yang ada, terutama pada produk garmen dan pertanian. "Aku bisa mengantarmu ke butik yang menyediakan pakai
Binar bahagia yang awalnya terpancar tiba-tiba redup berubah menjadi kilatan amarah. Tanpa sadar Gio meremas jemari Nadia dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan amarah yang sedanh meraja dihatinya. Karena rasa takut, Nadia hanya meringis untuk menahan rasa sakit di tangannya. "Gio, lepaskan dia! K
"Itu tadi Bu Noorma, istri kedua Tuan Surya, papanya Tuan Gio." Bi Asih menjawab dengan ragu-ragu. Ada rasa takut akan salah mengucap karena terlalu lancang mencampuri urusan keluarga tuannya. Nadia mendengus kasar setelah mendengar jawaban dari Bi Asih. Dia bisa memahami kemarahan Gio, karena Nadi
Noorma sadar, bagaimanapun juga kehadirannya hari ini pasti menganggu aktifitas Nadia, itulah alasan dia memilih kafe yang letaknya tidak jauh dari ruko Nadia. Bahkan dari kafe tempat mereka berada sekarang masih bisa melihat tampak muka ruko tersebut. Sehingga jika sewaktu-waktu Gio datang, Nadia b
Setelah turun dari mobilnya, Gio bergegas memasuki rumah tersebut. Tampak ruangan yang luas dan meja kursi dari kayu yang berukir, pintu dan jendela yang tinggi dan gorden yang menjuntai. Gio melangkahkan kakinya di atas lantai marmer, lalu menaiki tangga dengan railing besi tempa dan berhandgrip da
"Kau benar-benar akan ke rumah sakit buat jenguk kakakmu?" Tanya Hanna dengan nada ketus, seakan tak percaya sahabatnya itu dengan begitu mudahnya melupakan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh sang kakak. "Ya, bagaimana pun Kak Bila itu kakakku, anak yang dia lahirkan itu keponakanku, ada darah