Pintu rumah terbuka lebar, dari balik pintu berdiri sepasang pengantin baru yang tampak serasi. Nadia masih bergeming dari posisinya, memandang kemegahan dan kemewahan rumah berlantai dua, tak ada barang murah yang berhasil ditangkap oleh penglihatan Nadia, furniture dan perlengkapan rumah lainnya t
"Silakah nyonya!" Nadia memasuki kamarnya setelah Bi Asih membukakan pintu. "Tuan sudah menyiapkan semuanya, jika nyonya butuh bantuan bisa memanggil saya." "Ya bi, terima kasih." Nadia menghentikan langkahnya tak jauh dari pintu. Bi Asih mengurungkan niatnya untuk segera keluar dari kamar tuannya
Berdiri bersandar pada railing balkon, Gio menatap langit malam yang gelap. Tampak gurat kekecewaan di raut wajahnya. Dialihkan pandanganya ke beberapa helai pakaian yang berserakan di lantai kamar tidurnya. Bukan seperti ini yang diinginkan Gio, bahkan sekarang dia merasa terjebak dalam permainan y
Bi Asih yang sudah tiba di dapur segera berbalik dan memilih berdiri di dekat pintu masuk dapur, dan akan muncul setelah tuan dan nyonyanya selesai melakukan kegiatan mereka di dapur atau saat dirinya nanti mendapat panggilan dari tuannya. Bi Asih menggelangkan kepala sambil mengelus dada setelah me
Datang ke kantor dengan Gio membawa bekal untuk makan siang bersama adalah kesibukan baru Nadia setelah menikah. Sebenarnya dulu Nadia juga pernah datang kesini membawakan bekal untuk Rama, tetapi hanya ia titipkan di pos satpam karena tidak berani masuk ke dalam. Berbeda dengan sekarang, Nadia bisa
*** Di lantai dasar sebuah mall, tengah diadakan pameran produk-produk UMKM. Di sinilah Gio dan Nadia menghabiskan akhir pekan mereka. Nadia sangat bersemangat mengunjungi stand-stand pameran yang ada, terutama pada produk garmen dan pertanian. "Aku bisa mengantarmu ke butik yang menyediakan pakai
Binar bahagia yang awalnya terpancar tiba-tiba redup berubah menjadi kilatan amarah. Tanpa sadar Gio meremas jemari Nadia dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan amarah yang sedanh meraja dihatinya. Karena rasa takut, Nadia hanya meringis untuk menahan rasa sakit di tangannya. "Gio, lepaskan dia! K
"Itu tadi Bu Noorma, istri kedua Tuan Surya, papanya Tuan Gio." Bi Asih menjawab dengan ragu-ragu. Ada rasa takut akan salah mengucap karena terlalu lancang mencampuri urusan keluarga tuannya. Nadia mendengus kasar setelah mendengar jawaban dari Bi Asih. Dia bisa memahami kemarahan Gio, karena Nadi