Almara bangun pagi dengan perasaan yang tidak seringan biasanya. Ada sebuah ganjalan dalam hatinya yang dia tidak tahu berasal dari mana. Dia memiliki firasat yang buruk entah mengenai apa. Karenanya, Almara mendadak menjadi over protective kepada Rangga. Dia berpikir jangan –jangan firasat buruknya adalah tentang keselamatan Rangga.“Pasang sabuk pengaman kamu sayang,”ucap wanita itu saat dia dan Rangga sudah berada di dalam mobil hendak menuju ke kantor.Rangga menoleh kepada Almara. Dia tersenyum dan mendekatkan tubuhnya lalu meraih sabuk pengaman Almara, “Kamu harus pasang juga.”“Kamu kenapa sih mulai pagi? Kamu jadi kayak khawatir sama hal – hal kecil,” Rangga memasang sabuk pengamannya sendiri lalu mulai menjalankan mobilnya.“Gak tau. Dari pagi aku kayak deg – degan gitu. Rasanya kayak orang ketakutan tapi gak tahu apa yang aku takutin. Kayak ada firasat buruk.”“Bawaan si baby jangan – jangan? Aku baca – baca katanya hormon bumil bikin moodnya gampang berubah. Apa kamu mau i
Almara tak mendapati Rangga ada di sisinya saat dia terbangun keesokan harinya. Sepulang dari kantor dia merasa sangat lelah dan tidak enak badan, sedangkan Rangga mengatakan dia akan terlambat pulang karena pertemuan dengan kliennya akan berlangsung hingga malam. Maka semalam Almara langsung tertidur begitu badannya menempel di ranjang.Sebetulnya tubuh Almara merasa lebih segar setelah beristirahat dengan cukup selama semalam. Namun firasat buruk yang bersemayam dalam hatinya belum juga menghilang. Dan saat dia sudah sadar sepenuhnya bahwa Rangga tak ada di sampingnya, Almara tersentak dan kebingungan.Dia khawati Rangga mengalami kecelakaan saat perjalanannya pulang. Maka dia segera mengecek ponselnya. Tak ada panggilan apapun dari Rangga atau dari nomor asing yang barangkali akan memberitahunya jika Rangga benar –benar kecelakaan.Namun, Almara menerima banyak pesan dari Nayra, Ternyata semuanya berisi foto. Dan saat Almara berhasil mengunduh foto – foto tersebut, hatinya terasa t
Nayra tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dia memeluk Rangga dan berucap, “Mau Rangga, aku mau nikah sama kamu, jadi istri kamu. Seandainya dulu aku gak ninggalin kamu ke luar negeri, mungkin kita udah lama bahagia sama – sama, mungkin kita sekarang udah punya anak.” “Kamu seneng?” Rangga tersenyum, tangannya membelai rambut Nayra yang berwarna coklat gelap. “Seneng banget lah.” “Kalau gitu kamu harus ceet pulih ya. Sepulang dari sini, kita akan langsung siapkan semua yang perlu disiapkan buat pernikahan kita.” Nayra mengangguk dengan semangat. Keinginannya tercapai, walaupun belum sempurna. Tentu saja untuk saat ini tidak masalah menjadi istri kedua, dia hanya perlu sedikit waktu dan perencanaan yang matang untuk menjadikan dirinya satu – satunya istri Rangga. Berita bahwa Rangga dan Nayra akan menikah tentu saja dengan cepat sampai ke telinga Almara sebelum Rangga mengatakannya karena saat itu juga Fariz telah melaporkan keadaan yang sebenarnya kepada Almara melalui telepon.
Almara sedang duduk di depan meja riasnya. 22 hari telah berlalu. Tepat hari ini adalah hari pernikahan antara Rangga dan Nayra. Sambil memoleskan lipstik di bibirnya, Almara tersenyum. Hari ini, dia pastikan dirinya akan terbebas dari semua kekesalannya selama ini kepada Nayra.Saat riasannya selesai, Almara mengganti bajunya dengan gaun pesta yang mewah dan elegan. Dia tak akan hadir di acara hari ini dengan penampilan biasa – biasa saja. Dia bertekad akan menjadi lebih cantik dan mempesona dibanding pengantin wanita.Hampir sebulan dia menahan setiap gunjingan dan hinaan baik dari beberapa karyawan Rangga ataupun dari Nayra sendiri. Hari ini, dia akan pastikan semua itu akan berakhir.Almara sengaja bermalam di hotel dimana resepsi pernikahan Rangga dan Nayra akan digelar. Dia tidak ingin riasannya terpengaruh oleh jauhnya perjalanan. Maka setelah dia merasa penampilannya sempurna, Almara keluar kamar dan berjalan dengan anggun menuju ballroom.Di ballroom, para tamu sudah hadir. M
Siang itu, beberapa minggu yang lalu, Almara mengajak Fariz berbicara di sebuah cafe untuk menanyakan informasi yang diminta oleh Julio yaitu mengenai waktu tepatnya Rangga menerima kiriman kunci laci yang berisi buku harian Almara.Fariz memberikan semua informasi yang dia mampu berikan. Dia bahkan menceritakan alasan Rangga begitu dingin kepada Almara yakni karena Rangga tahu bahwa Almara pernah menginap di Hotel Granpure pada 12 Maret bersama Ardan.Almara mengelak dengan tegas bahwa pada tanggal itu dia berada di Hotel Granpure bersama Ardan. Maka, dia meminta Fariz untuk mengulang penyelidikannya.“Makasih atas waktu kamu Fariz. Saya akan pulang dulu,” Almara berpamita setelah pembicaraannya dengan Fariz berakhir.“Iya Bu. Sama – sama.”Setelah Almara pergi, Fariz memikirkan banyak hal. Dia masih penasaran dengan keterangan yang Almara berikan mengenai Hotel Granpure. Benarkah Almara tidak pernah menginap di sana? Tanpa menunggu apapun, segera dia mengendarai mobilnya menuju ke H
“Saya sudah menyelidiki semua pekerja di rumah orang tua Almara Pak,” Fariz melaporkan hasil penyelidikannya beberapa hari kemudian.“Lalu hasilnya?” tanya Rangga.“Mereka semua bersih. Saya tidak menemukan riwayat apapun yang menunjukkan mereka ada hubungan atau interaksi dengan Nayra.”“Gimana mungkin? Lalu darimana Nayra bisa dapat baju dan KTP Almara ya?”“Hm ... sebenarnya saya memiliki beberapa kecurigaan. Namun itu belum pasti, jadi saya tidak berani mengambil kesimpulan. Saya akan minta tim untuk menyelidiki lebih lanjut Pak. Mungkin dalam waktu beberapa hari lagi baru akan saya laporkan hasilnya.”“Oke. Lalu soal keberadaan Nayra gimana? Kamu sudah tau dia tinggal di mana?”“Iya Pak. Dia menempati apartemennya yang dulu pernah diberikan oleh Frans. Namun kemarin dia mendadak pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di kampung pinggiran.”Rangga tersenyum getir, “Pintar juga. Kayaknya dalam waktu dekat dia bakal menemui saya.”“Bagaimana Pak Rangga bisa tahu?”“Dia selalu sepert
“Nayra dapat dari Mama Kinanti? Kok bisa?” Rangga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Dia ingat, saat dia menelepon Kinanti, mama mertuanya itu mengatakan bahwa Almara tak menginap di sana pada 12 Maret malam. Apakah itu karena mama mertuanya salah ataukah memang berbohong? Apakah mama mertuanya bersekongkol dengan Nayra untuk menfitnah Almara? Tapi mengapa? Mengapa dia menfitnah anaknya sendiri?Fariz mengambil tabletnya dan menyodorkannya kepada Rangga. Fariz memutar rekaman video cctv sebuah restoran pada tanggal 12 Maret. Di sana terlihat Kinanti bercakap – cakap dengan Nayra di salah satu meja restoran.Dalam video itu, terlihat Kinanti menyerahkan sebuah bungkusan kepada Nayra. Ketika Nayra membukanya, ternyata itu adalah sebuah pakaian yang tidak lain dan tidak bukan adalah baju Almara yang Nayra kenakan pada video rekaman cctv Hotel Granpure.Nayra terlihat tersenyum senang. Kinanti juga mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu identitas yang ternyata adalah KTP
Hari itu, Rangga ada urusan dengan klien di luar kota. Namun dia sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar sore harinya dia bisa segera menemui Ardan. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah cafe. Ardan tak ingin menjelaskan melalui telepon apa yang akan dia bicarakan, dia hanya mengatakan bahwa ini mengenai Almara.Segala sesuatu mengenai Almara selalu membuat Rangga penasaran. Terlebih selama beberapa hari terakhir, dia mendapati banyak fakta yang tak terduga mulai dari kejadian Hotel Granpure yang ternyata hanya fitnah dan bahwa orang yang menfitnah Almara adalah Nayra. Belum lagi fakta bahwa Almara bukan anak kandung Kinanti melainkan Nayralah anak kandung wanita itu.“Aku udah di dalam cafe meja nomer 15. Kamu di mana?” tanya Rangga kepada Ardan melalui telepon saat dia telah tiba di tempat yang mereka sepakati.“Baru di parkiran, aku ke sana sekarang,”jawab Ardan.“Oke.”Hanya 1 menit kemudian, Ardan sudah duduk di hadapan Rangga.“Kamu sudah pesan minum?” tanya Ardan