Almara sedang duduk di depan meja riasnya. 22 hari telah berlalu. Tepat hari ini adalah hari pernikahan antara Rangga dan Nayra. Sambil memoleskan lipstik di bibirnya, Almara tersenyum. Hari ini, dia pastikan dirinya akan terbebas dari semua kekesalannya selama ini kepada Nayra.Saat riasannya selesai, Almara mengganti bajunya dengan gaun pesta yang mewah dan elegan. Dia tak akan hadir di acara hari ini dengan penampilan biasa – biasa saja. Dia bertekad akan menjadi lebih cantik dan mempesona dibanding pengantin wanita.Hampir sebulan dia menahan setiap gunjingan dan hinaan baik dari beberapa karyawan Rangga ataupun dari Nayra sendiri. Hari ini, dia akan pastikan semua itu akan berakhir.Almara sengaja bermalam di hotel dimana resepsi pernikahan Rangga dan Nayra akan digelar. Dia tidak ingin riasannya terpengaruh oleh jauhnya perjalanan. Maka setelah dia merasa penampilannya sempurna, Almara keluar kamar dan berjalan dengan anggun menuju ballroom.Di ballroom, para tamu sudah hadir. M
Siang itu, beberapa minggu yang lalu, Almara mengajak Fariz berbicara di sebuah cafe untuk menanyakan informasi yang diminta oleh Julio yaitu mengenai waktu tepatnya Rangga menerima kiriman kunci laci yang berisi buku harian Almara.Fariz memberikan semua informasi yang dia mampu berikan. Dia bahkan menceritakan alasan Rangga begitu dingin kepada Almara yakni karena Rangga tahu bahwa Almara pernah menginap di Hotel Granpure pada 12 Maret bersama Ardan.Almara mengelak dengan tegas bahwa pada tanggal itu dia berada di Hotel Granpure bersama Ardan. Maka, dia meminta Fariz untuk mengulang penyelidikannya.“Makasih atas waktu kamu Fariz. Saya akan pulang dulu,” Almara berpamita setelah pembicaraannya dengan Fariz berakhir.“Iya Bu. Sama – sama.”Setelah Almara pergi, Fariz memikirkan banyak hal. Dia masih penasaran dengan keterangan yang Almara berikan mengenai Hotel Granpure. Benarkah Almara tidak pernah menginap di sana? Tanpa menunggu apapun, segera dia mengendarai mobilnya menuju ke H
“Saya sudah menyelidiki semua pekerja di rumah orang tua Almara Pak,” Fariz melaporkan hasil penyelidikannya beberapa hari kemudian.“Lalu hasilnya?” tanya Rangga.“Mereka semua bersih. Saya tidak menemukan riwayat apapun yang menunjukkan mereka ada hubungan atau interaksi dengan Nayra.”“Gimana mungkin? Lalu darimana Nayra bisa dapat baju dan KTP Almara ya?”“Hm ... sebenarnya saya memiliki beberapa kecurigaan. Namun itu belum pasti, jadi saya tidak berani mengambil kesimpulan. Saya akan minta tim untuk menyelidiki lebih lanjut Pak. Mungkin dalam waktu beberapa hari lagi baru akan saya laporkan hasilnya.”“Oke. Lalu soal keberadaan Nayra gimana? Kamu sudah tau dia tinggal di mana?”“Iya Pak. Dia menempati apartemennya yang dulu pernah diberikan oleh Frans. Namun kemarin dia mendadak pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di kampung pinggiran.”Rangga tersenyum getir, “Pintar juga. Kayaknya dalam waktu dekat dia bakal menemui saya.”“Bagaimana Pak Rangga bisa tahu?”“Dia selalu sepert
“Nayra dapat dari Mama Kinanti? Kok bisa?” Rangga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Dia ingat, saat dia menelepon Kinanti, mama mertuanya itu mengatakan bahwa Almara tak menginap di sana pada 12 Maret malam. Apakah itu karena mama mertuanya salah ataukah memang berbohong? Apakah mama mertuanya bersekongkol dengan Nayra untuk menfitnah Almara? Tapi mengapa? Mengapa dia menfitnah anaknya sendiri?Fariz mengambil tabletnya dan menyodorkannya kepada Rangga. Fariz memutar rekaman video cctv sebuah restoran pada tanggal 12 Maret. Di sana terlihat Kinanti bercakap – cakap dengan Nayra di salah satu meja restoran.Dalam video itu, terlihat Kinanti menyerahkan sebuah bungkusan kepada Nayra. Ketika Nayra membukanya, ternyata itu adalah sebuah pakaian yang tidak lain dan tidak bukan adalah baju Almara yang Nayra kenakan pada video rekaman cctv Hotel Granpure.Nayra terlihat tersenyum senang. Kinanti juga mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu identitas yang ternyata adalah KTP
Hari itu, Rangga ada urusan dengan klien di luar kota. Namun dia sengaja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar sore harinya dia bisa segera menemui Ardan. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah cafe. Ardan tak ingin menjelaskan melalui telepon apa yang akan dia bicarakan, dia hanya mengatakan bahwa ini mengenai Almara.Segala sesuatu mengenai Almara selalu membuat Rangga penasaran. Terlebih selama beberapa hari terakhir, dia mendapati banyak fakta yang tak terduga mulai dari kejadian Hotel Granpure yang ternyata hanya fitnah dan bahwa orang yang menfitnah Almara adalah Nayra. Belum lagi fakta bahwa Almara bukan anak kandung Kinanti melainkan Nayralah anak kandung wanita itu.“Aku udah di dalam cafe meja nomer 15. Kamu di mana?” tanya Rangga kepada Ardan melalui telepon saat dia telah tiba di tempat yang mereka sepakati.“Baru di parkiran, aku ke sana sekarang,”jawab Ardan.“Oke.”Hanya 1 menit kemudian, Ardan sudah duduk di hadapan Rangga.“Kamu sudah pesan minum?” tanya Ardan
Saat membuka amplop, Rangga mendapati ternyata surat yang Almara tulis terdiri dari beberapa lembar kertas. Tulisan Almara terlihat agak berantakan seperti ditulis saat emosinya tidak stabil.Rangga menarik nafas dalam – dalam kemudian membaca kata demi kata yang Almara tulis.***Dear Rangga,Rangga, aku minta maaf sama kamu karena dulu aku udah menjadi istri yang jahat buat kamu. Aku yang salah karena sedari awal hanya menjadikan kamu pelampiasan cintaku. Padahal selama ini aku udah mendapat banyak cinta yang tulus dari kamu. Tapi ketulusan cinta itu bahkan gak membuatku bisa mencintai kamu dengan layak. Aku justru terus menerus memikirkan dan mencintai Ardan. Kamu sangat pantas untuk marah dan membenci aku. Aku gak akan menyalahkan kamu untuk itu ataupun untuk setiap sikap dingin kamu ke aku. Aku bahkan mungkin gak pantas untuk meminta maaf dari kamu. Tapi melalui surat ini, aku mau bercerita tentang sebuah pengalaman berharga yang aku alami. Pengalaman ini yang akhirnya membuat
Malam itu, Rangga memutuskan bahwa dia akan menerima Almara kembali. Sekalipun ada sebersit rasa kurang yakin dalam dirinya akan cinta Almara kepadanya, namun perasaan ingin memiliki Almara kembali lebih dominan menguasai hatinya.Selama dirinya dan Almara berada di spanyol, Rangga terus mendapatkan informasi mengenai gerak –gerik Nayra.“Nayra tertangkap kamera cctv menghentikan mobilnya di seberang apartemen Pak Rangga,” lapor Fariz melalui telepon saat Rangga sedang menikmati makan malamnya di sebuah restoran khas spanyol.“Oke makasih laporannya,” balas Rangga.“Pas cuti gini kalian masih sibuk ngomongin kerjaan ya?” tanya Almara.“Iya. Aku ini CEO sayang, jadi aku harus terus pantau keadaan perusahaan walaupun aku lagi di luar. Tapi aku pastiin itu gak akan mengganggu liburan kita kok.”Almara mengangguk ceria, “Iya gak papa kok. Aku paham tanggung jawab kamu besar. Yuk makan lagi.”Rangga tersenyum. Memang benar dia masih harus memantau perusahaannya. Tapi sebagian besar pekerj
Saat Nayra menelepon Rangga pada malam hari dan mengatakan dia sedang sakit, Rangga menjadi teringat betapa seringnya dulu Nayra melakukan hal seperti ini. Dia selalu memperlihatkan kepada Rangga sisi polos dan lemah dari dirinya yang harus dilindungi. Dan Rangga selalu dengan tulus datang kapanpun Nayra membutuhkannya. Malam itu, Rangga memutuskan untuk tetap datang menemui Nayra di rumah kontrakannya. Namun bedanya, tak ada kasih sayang dan ketulusannya yang dulu. Semua hanya demi meyakinkan Nayra bahwa Rangga masih menyimpan rasa padanya. Sesampainya di rumah Nayra, Rangga mendapati Nayra berdiri di pintu berbincang dengan seorang lelaki. Lelaki itu mengenakan pakaian yang agak berantakan, perawakannya pendek dan perutnya buncit. Penampilannya kusut dengan jenggot dan rambut yang sudah mulai memutih. Rangga menebak umurnya mungkin sekitar setengah abad. Dan Rangga juga menebak bahwa keberadaannya di sana bukanlah kebetulan. Ini mungkin bagian dari rencana Nayra entah apa itu. “Y