Mereka hanya butuh waktu sepuluh menit untuk bersiap. Dan perjalanan dari rumah menuju rumah sakit memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Maka dalam waktu kurang dari satu jam, mereka telah tiba di lokasi, mendapati Nayra terduduk sendirian di depan ruang jenazah.“Rangga, kamu beneran dateng,” ucapnya saat melihat kedatangan Rangga. Tatapannya jatuh pada sosok Almara.“Makasih kamu juga mau dateng Almara. Maaf soal kejadian sebelumnya.”“Itu udah gak penting lagi. Di mana ayah kamu sekarang?” tanya Almara.“Ayah masih di ruang jenazah.”“Apa aja yang udah kamu urus sejauh ini Nay?” Rangga bertanya pada Nayra, namun tatapannya terpaku pada pintu ruang jenazah. Jadi, di sanalah terbaring sosok Om Heri sekarang?“Aku belum ngurus apapun. Aku terlalu bingung dan aku sendirian. Aku cuma diem di sini aja dari tadi.”“Ya udah habis ini kami bantu semuanya mulai memulangkan jenazah dari sini sampai pemakaman nanti ya. Om Heri meninggal karena apa Nay?” Rangga bertanya.“Kecelakaan. Ayah ng
Almara bangun pagi dengan perasaan yang tidak seringan biasanya. Ada sebuah ganjalan dalam hatinya yang dia tidak tahu berasal dari mana. Dia memiliki firasat yang buruk entah mengenai apa. Karenanya, Almara mendadak menjadi over protective kepada Rangga. Dia berpikir jangan –jangan firasat buruknya adalah tentang keselamatan Rangga.“Pasang sabuk pengaman kamu sayang,”ucap wanita itu saat dia dan Rangga sudah berada di dalam mobil hendak menuju ke kantor.Rangga menoleh kepada Almara. Dia tersenyum dan mendekatkan tubuhnya lalu meraih sabuk pengaman Almara, “Kamu harus pasang juga.”“Kamu kenapa sih mulai pagi? Kamu jadi kayak khawatir sama hal – hal kecil,” Rangga memasang sabuk pengamannya sendiri lalu mulai menjalankan mobilnya.“Gak tau. Dari pagi aku kayak deg – degan gitu. Rasanya kayak orang ketakutan tapi gak tahu apa yang aku takutin. Kayak ada firasat buruk.”“Bawaan si baby jangan – jangan? Aku baca – baca katanya hormon bumil bikin moodnya gampang berubah. Apa kamu mau i
Almara tak mendapati Rangga ada di sisinya saat dia terbangun keesokan harinya. Sepulang dari kantor dia merasa sangat lelah dan tidak enak badan, sedangkan Rangga mengatakan dia akan terlambat pulang karena pertemuan dengan kliennya akan berlangsung hingga malam. Maka semalam Almara langsung tertidur begitu badannya menempel di ranjang.Sebetulnya tubuh Almara merasa lebih segar setelah beristirahat dengan cukup selama semalam. Namun firasat buruk yang bersemayam dalam hatinya belum juga menghilang. Dan saat dia sudah sadar sepenuhnya bahwa Rangga tak ada di sampingnya, Almara tersentak dan kebingungan.Dia khawati Rangga mengalami kecelakaan saat perjalanannya pulang. Maka dia segera mengecek ponselnya. Tak ada panggilan apapun dari Rangga atau dari nomor asing yang barangkali akan memberitahunya jika Rangga benar –benar kecelakaan.Namun, Almara menerima banyak pesan dari Nayra, Ternyata semuanya berisi foto. Dan saat Almara berhasil mengunduh foto – foto tersebut, hatinya terasa t
Nayra tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, dia memeluk Rangga dan berucap, “Mau Rangga, aku mau nikah sama kamu, jadi istri kamu. Seandainya dulu aku gak ninggalin kamu ke luar negeri, mungkin kita udah lama bahagia sama – sama, mungkin kita sekarang udah punya anak.” “Kamu seneng?” Rangga tersenyum, tangannya membelai rambut Nayra yang berwarna coklat gelap. “Seneng banget lah.” “Kalau gitu kamu harus ceet pulih ya. Sepulang dari sini, kita akan langsung siapkan semua yang perlu disiapkan buat pernikahan kita.” Nayra mengangguk dengan semangat. Keinginannya tercapai, walaupun belum sempurna. Tentu saja untuk saat ini tidak masalah menjadi istri kedua, dia hanya perlu sedikit waktu dan perencanaan yang matang untuk menjadikan dirinya satu – satunya istri Rangga. Berita bahwa Rangga dan Nayra akan menikah tentu saja dengan cepat sampai ke telinga Almara sebelum Rangga mengatakannya karena saat itu juga Fariz telah melaporkan keadaan yang sebenarnya kepada Almara melalui telepon.
Almara sedang duduk di depan meja riasnya. 22 hari telah berlalu. Tepat hari ini adalah hari pernikahan antara Rangga dan Nayra. Sambil memoleskan lipstik di bibirnya, Almara tersenyum. Hari ini, dia pastikan dirinya akan terbebas dari semua kekesalannya selama ini kepada Nayra.Saat riasannya selesai, Almara mengganti bajunya dengan gaun pesta yang mewah dan elegan. Dia tak akan hadir di acara hari ini dengan penampilan biasa – biasa saja. Dia bertekad akan menjadi lebih cantik dan mempesona dibanding pengantin wanita.Hampir sebulan dia menahan setiap gunjingan dan hinaan baik dari beberapa karyawan Rangga ataupun dari Nayra sendiri. Hari ini, dia akan pastikan semua itu akan berakhir.Almara sengaja bermalam di hotel dimana resepsi pernikahan Rangga dan Nayra akan digelar. Dia tidak ingin riasannya terpengaruh oleh jauhnya perjalanan. Maka setelah dia merasa penampilannya sempurna, Almara keluar kamar dan berjalan dengan anggun menuju ballroom.Di ballroom, para tamu sudah hadir. M
Siang itu, beberapa minggu yang lalu, Almara mengajak Fariz berbicara di sebuah cafe untuk menanyakan informasi yang diminta oleh Julio yaitu mengenai waktu tepatnya Rangga menerima kiriman kunci laci yang berisi buku harian Almara.Fariz memberikan semua informasi yang dia mampu berikan. Dia bahkan menceritakan alasan Rangga begitu dingin kepada Almara yakni karena Rangga tahu bahwa Almara pernah menginap di Hotel Granpure pada 12 Maret bersama Ardan.Almara mengelak dengan tegas bahwa pada tanggal itu dia berada di Hotel Granpure bersama Ardan. Maka, dia meminta Fariz untuk mengulang penyelidikannya.“Makasih atas waktu kamu Fariz. Saya akan pulang dulu,” Almara berpamita setelah pembicaraannya dengan Fariz berakhir.“Iya Bu. Sama – sama.”Setelah Almara pergi, Fariz memikirkan banyak hal. Dia masih penasaran dengan keterangan yang Almara berikan mengenai Hotel Granpure. Benarkah Almara tidak pernah menginap di sana? Tanpa menunggu apapun, segera dia mengendarai mobilnya menuju ke H
“Saya sudah menyelidiki semua pekerja di rumah orang tua Almara Pak,” Fariz melaporkan hasil penyelidikannya beberapa hari kemudian.“Lalu hasilnya?” tanya Rangga.“Mereka semua bersih. Saya tidak menemukan riwayat apapun yang menunjukkan mereka ada hubungan atau interaksi dengan Nayra.”“Gimana mungkin? Lalu darimana Nayra bisa dapat baju dan KTP Almara ya?”“Hm ... sebenarnya saya memiliki beberapa kecurigaan. Namun itu belum pasti, jadi saya tidak berani mengambil kesimpulan. Saya akan minta tim untuk menyelidiki lebih lanjut Pak. Mungkin dalam waktu beberapa hari lagi baru akan saya laporkan hasilnya.”“Oke. Lalu soal keberadaan Nayra gimana? Kamu sudah tau dia tinggal di mana?”“Iya Pak. Dia menempati apartemennya yang dulu pernah diberikan oleh Frans. Namun kemarin dia mendadak pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di kampung pinggiran.”Rangga tersenyum getir, “Pintar juga. Kayaknya dalam waktu dekat dia bakal menemui saya.”“Bagaimana Pak Rangga bisa tahu?”“Dia selalu sepert
“Nayra dapat dari Mama Kinanti? Kok bisa?” Rangga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Dia ingat, saat dia menelepon Kinanti, mama mertuanya itu mengatakan bahwa Almara tak menginap di sana pada 12 Maret malam. Apakah itu karena mama mertuanya salah ataukah memang berbohong? Apakah mama mertuanya bersekongkol dengan Nayra untuk menfitnah Almara? Tapi mengapa? Mengapa dia menfitnah anaknya sendiri?Fariz mengambil tabletnya dan menyodorkannya kepada Rangga. Fariz memutar rekaman video cctv sebuah restoran pada tanggal 12 Maret. Di sana terlihat Kinanti bercakap – cakap dengan Nayra di salah satu meja restoran.Dalam video itu, terlihat Kinanti menyerahkan sebuah bungkusan kepada Nayra. Ketika Nayra membukanya, ternyata itu adalah sebuah pakaian yang tidak lain dan tidak bukan adalah baju Almara yang Nayra kenakan pada video rekaman cctv Hotel Granpure.Nayra terlihat tersenyum senang. Kinanti juga mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu identitas yang ternyata adalah KTP
“Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri
Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga
“Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks
Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s
Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po