Seharian, Rangga merawat Almara dengan sabar. Setelah tertidur hingga siang, Almara terbangun karena merasa mual. Dia memuntahkan hampir seluruh isi perutnya sehingga Rangga harus membujuknya untuk makan lagi.Namun Almara menjadi sedikit cerewet soal makanan. Dia merasa makanan yang Rangga belikan terlalu banyak mengandung bumbu sehingga Rangga harus memesan makanan baru hingga dua kali.“Maaf ya, aku rewel ya?” ucap Almara dengan memasang wajah penuh simpati saat akhirnya makanan yang Rangga pesan cocok di lidahnya.“Gak papa, kamu boleh rewel karena kamu kesayangan aku,” Rangga mengecup bibir Almara, menyebabkan pipi wanita itu memerah karena tersentuh dengan gombalannya.“Tapi gimana badanmu? Udah enakan”“Udah enakan sih, cuma tinggal perutku aja yang agak mual. Mungkin karena salah makanan yang tadi.”Mereka nyaris tidak melakukan apapun yang produktif selama sehari penuh. Yang mereka lakukan hanyalah menonton tv atau film, makan berat dan makan ringan.“Rangga aku kerja mulai b
Beberapa menit kemudian, para pelayan restoran berbondong datang menghidangkan beragam menu masakan laut yang telah dipesan oleh Fariz sebelumnya. Semua karyawan menikmati menu yang disajikan untuk mereka. Restoran sudah mulai riuh kembali oleh suara obrolan dan candaan mereka yang saling bersautan.Almara sendiri merasa berbunga – bunga dengan perlakuan Rangga. Kali ini dia benar – benar merasa sebagai seorang ratu. Terlebih, dia puas bisa membuat Rangga melakukan ini di depan Nayra.Sesekali, Almara melirik ke arah Nayra, mencoba menangkap ekspresi apa yang ditampilkan oleh wanita itu. Namun, sepertinya Nayra bersikap biasa saja.Setelah semua selesai menikmati hidangan penutup, semua karyawan diijinkan pulang atau kembali ke kantor sesuai dengan urusan mereka masing – masing. Nayra dan Wina termasuk yang harus kembali ke kantor karena masih banyak yang harus mereka kerjakan.Sedangkan Almara dan Rangga memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka.“Sayang, aku ke toilet dulu ya. Ke
Sharon sudah menghabiskan lima bungkus popcorn instan sepanjang sore. Sudah 12 episode drama korea yang dia tonton mulai pagi hingga menjelang tenggelamnya matahari. Ardan pun hari ini sama tidak produktifnya dengan Sharon. Dia menghabiskan waktunya bermain game di kamar dan sudah 3 kali memesan makanan lewat aplikasi secara online.Mereka berdua nyaris tidak berinteraksi hari ini. Sepulang Almara dua hari yang lalu, tidak ada satu kata pun yang mereka ucapkan kepada satu sama lain.Ardan bangkit dari tempat tidurnya dengan frustasi setelah kalah 8 kali berturut – turut. Dia biasanya ahli, namun kali ini, pikirannya sedang kacau, dia tidak bisa berhenti memikirkan Sharon. Dia cukup familiar dengan perasaannya. Dia ingat bahwa dulu dia pernah merasakan hal ini.Lebih tepatnya, dia sudah dua kali merasakan hal seperti. Pertama yaitu tujuh tahun yang lalu saat secara tiba – tiba Almara memutuskan hubungan dengannya tepat di hari ulang tahunnya. Saat itu, Ardan mencoba berbicara pada Alma
“Ini kamar kamu. Kalau kamu mau mandi, kamar mandinya di sebelah situ. Kamu langsung istirahat aja ya. Aku balik ke kamarku dulu.”Almara kembali ke kamarnya. Namun, dia tak bisa tidur semalaman. Dia terus menerus berpikir bagaimana jika seandainya Rangga menemui Nayra di kamar tamu saat dia tertidur. Dia tidak ingat sejak kapan dia menjadi mudah curiga dan kurang percaya pada suaminya. Yang jelas, saat ini Almara merasa dia benar – benar tidak ingin kehilangan Rangga.Terlebih, dia merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan pada Rangga. Dulu, dia yang menyakiti Rangga. Sekarang, dia malah tidak bisa percaya pada Rangga bahkan meletakkan kamera pengawas di ruangan lelaki itu.Namun, setelah dipikir ulang, ini semua tetap salah Rangga yang bersedia menemui Nayra tengah malam di hari wanita itu sakit. Jika saat itu Rangga menolak dengan tegas, Almara mungkin masih bisa lebih percaya padanya.Paginya, Rangga bangun lebih awal. Dia menyadari bahwa Almara ternyata juga bangun lebih awal.
Siang itu juga, mereka berkemas untuk pindah ke rumah cinta mereka. Rumah itu telah menjadi milik Almara saat Rangga menceraikannya. Namun, sekarang mereka ingin kembali hidup di sana.Rangga sudah menjelaskan kepada Nayra kesepakatannya dengan Almara. Nayra pada awalnya menolak untuk tinggal di apartemen itu, namun Rangga sedikit memaksanya.“Kami pergi ya. Kamu bisa tinggal di sini sampai kamu nemu rumah baru,” pesan Rangga ketika dia hendak beranjak pergi.Almara masih diam dan tidak mengucap sepatah katapun kepada Nayra.Di mobil, Rangga masih berjuang membujuk Almara untuk tersenyum.“Ayo dong sayang. Jangan giniin aku. Sakit lho rasanya,” ucap Rangga dengan merengek.“Kamu kira aku gak sakit waktu kamu diem – diem nemuin mantan kamu tengah malam?”“Oke oke, aku yang paling salah. Harusnya aku gak kayak gitu.Please, kamu katanya mau hukum aku kan? Apa hukumannya buruan? Kalau kamunya ngambek terus kayak gini, justru ini hukuman paling berat buat aku.”“Oke. Kamu harus menjalani 3
“Kamu kenal Julio juga?” tanya Rangga.“Emangnya kamu kenal?” Almara bertanya balik.“Iya. Kapan hari dia nemuin aku. Dia pengacara Sharon kan?”“Iya. Aku percaya kalau Sharon difitnah. Bukan dia yang coba buat bunuh aku pas di taman. Dan aku pikir ini masih ada hubungannya sama buku harianku ini,” terang Almara.“Apa hubungannya sama buku harian?”“Hm...Kamu tahu kan peristiwa kapan hari itu seolah ulah seseorang yang gak suka sama hubunganku dan Ardan. Seolah dia mau kita berdua berpisah. Tapi entah kenapa, aku ngerasanya justru sebenarnya pelaku gak suka sama hubunganku sama kamu.Aku ngerasa dia bukan mau pisahin aku sama Ardan tapi pisahin aku sama kamu.”Almara memandang suaminya, tatapannya penuh penyesalan.“Salah satunya ini. Tiba – tiba aja seseorang kirim kunci laci buku harianku ke kamu. Pasti supaya kamu marah dan benci sama aku. Buku harian ini sebelumnya aku simpan di laci dan sengaja kuncinya aku simpen jauh banget, di rumah mama papa. Gak mungkin kan pelakunya orang tu
Mereka hanya butuh waktu sepuluh menit untuk bersiap. Dan perjalanan dari rumah menuju rumah sakit memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Maka dalam waktu kurang dari satu jam, mereka telah tiba di lokasi, mendapati Nayra terduduk sendirian di depan ruang jenazah.“Rangga, kamu beneran dateng,” ucapnya saat melihat kedatangan Rangga. Tatapannya jatuh pada sosok Almara.“Makasih kamu juga mau dateng Almara. Maaf soal kejadian sebelumnya.”“Itu udah gak penting lagi. Di mana ayah kamu sekarang?” tanya Almara.“Ayah masih di ruang jenazah.”“Apa aja yang udah kamu urus sejauh ini Nay?” Rangga bertanya pada Nayra, namun tatapannya terpaku pada pintu ruang jenazah. Jadi, di sanalah terbaring sosok Om Heri sekarang?“Aku belum ngurus apapun. Aku terlalu bingung dan aku sendirian. Aku cuma diem di sini aja dari tadi.”“Ya udah habis ini kami bantu semuanya mulai memulangkan jenazah dari sini sampai pemakaman nanti ya. Om Heri meninggal karena apa Nay?” Rangga bertanya.“Kecelakaan. Ayah ng
Almara bangun pagi dengan perasaan yang tidak seringan biasanya. Ada sebuah ganjalan dalam hatinya yang dia tidak tahu berasal dari mana. Dia memiliki firasat yang buruk entah mengenai apa. Karenanya, Almara mendadak menjadi over protective kepada Rangga. Dia berpikir jangan –jangan firasat buruknya adalah tentang keselamatan Rangga.“Pasang sabuk pengaman kamu sayang,”ucap wanita itu saat dia dan Rangga sudah berada di dalam mobil hendak menuju ke kantor.Rangga menoleh kepada Almara. Dia tersenyum dan mendekatkan tubuhnya lalu meraih sabuk pengaman Almara, “Kamu harus pasang juga.”“Kamu kenapa sih mulai pagi? Kamu jadi kayak khawatir sama hal – hal kecil,” Rangga memasang sabuk pengamannya sendiri lalu mulai menjalankan mobilnya.“Gak tau. Dari pagi aku kayak deg – degan gitu. Rasanya kayak orang ketakutan tapi gak tahu apa yang aku takutin. Kayak ada firasat buruk.”“Bawaan si baby jangan – jangan? Aku baca – baca katanya hormon bumil bikin moodnya gampang berubah. Apa kamu mau i
“Gimana kabar kamu Fi? Lama banget deh gak ketemu. Seru jalan – jalan ke Eropanya?” tanya Sharon saat Fiolina baru datang dan duduk di hadapannya dan Almara. “Seru dong. Maaf ya telat, aku bangun kesiangan,” jawab Fiolina sambil merapikan make up nya. Mereka bertiga berjanji untuk bertemu di sebuah cafe setelah 2 bulan Fiolina berlibur di Eropa. “Eh Fi, jadi kamu sama sekali gak denger kabar apapun dari perkembangan kasus Nayra, Mama Kinanti dan Billy?” tanya Almara. “Iya lah. Aku kan ngelarang kalian cerita apapun soal itu selama aku healing di Eropa dan aku juga ngelarang semua orang untuk kasih tahu aku supaya aku gak terganggu sama masalah mereka lagi selama di sana,” jawab Fiolina. Memang benar, tiga bulan sudah berlalu semenjak penangkapan Billy, Fiolina memutuskan untuk berjalan – jalan dan tidak mendengar kabar apa pun soal kasus itu selama dua bulan terakhir. “Emangnya ada kabar apa?” tanya Fiolina kepada Almara dan Sharon yang terlihat sedikit tegang. “Billy bunuh diri
Almara menjalani kehidupan barunya sebagai seorang ibu dengan ceria. Sekalipun banyak hal yang membuatnya kaget bahkan kelelahan namun dia tetap menikmati prosesnya. Dia dibantu oleh Hardian dan juga Rangga yang super semangat merawat Rama sekalipun mereka berdua banyak melakukan kesalahan konyol.Saat Rama genap berusia satu bulan, Rangga dengan antusias memiliki ide untuk merayakan. Almara bersikeras menolak, “Gak gak buat apa sih. Namanya ulang tahun itu ya setiap tahun, tunggu umur satu tahun. Lagian emangnya kamu mau merayakan setiap bulan?”“ya gak papa dong,” kekeh Rangga.“Gak usah, pemborosan. Dan gak wajar juga jadinya.”“Hm... oke oke ya udah, aku nurut bundanya Rama aja deh,” ujar Rangga.“It’s okay. Papa dulu juga terlampau semangat gitu kok waktu baru pertama kali jadi ayah pas Almara lahir hehe,” Hardian kali ini maju untuk membela Rangga karena merasakan kesamaan nasib sebagai ayah.“Tuh kan, berarti gak cuma aku,” saut Rangga.Di tengah kecerian mereka, ponsel Rangga
“Apa kabar Fi?” tanya Rangga kepada sosok mungil di hadapannya.Fiolina menyempatkan menyeruput minumannya sebelum menjawab pertanyaan basa – basi Rangga. Hari ini, tiga hari setelah sidang pertama kasus penikaman Almara, Rangga dan Fiolina berjanji untuk bertemu di sebuah cafe.“Aku dalam keadaan yang super baik,” jawab Fiolina, “Almara tahu kamu ketemu sama aku?”Rangga mengangguk, “Tahu dong.”“Dia gak masalah kita ketemu berdua? Gak cemburu?”“Aku sempat berpikir kalau dia mungkin bakal ngelarang aku ketemu berdua aja sama kamu, tapi waktu aku minta ijin ternyata dia gak keberatan. Dia bilang, dia yakin kamu orang baik jadi dia gfak khawatir.”Fiolina tertawa ringan, “Itu karena dia gak tahu aja dulu aku cinta banget sama kamu. Kalau dia tahu, dia pasti cemburu dan berpikir kalau aku mungkin berniat merebut kamu dari dia.”“Gak kok. Dia tahu.”“Kamu yang cerita?”“Sedikit detailnya iya. Tapi dia udah tahu sebelum aku cerita?”“Tahu dari mana?”“Hm... itu agak panjang dan kompleks
Billy menghilang. Sebagaimana Hardian, Melissa juga tinggal di rumah Ardan dan Sharon karena tak ingin sendirian. Hari – harinya diisi dengan tidur dan menangis. Ardan nyaris putus asa tak tahu harus bagaimana menghibur mamanya gar bangkit dari keterpurukan.Sidang Sharon terus berlanjut. Julio bahkan menghadirkan Frans dan istrinya sebagai saksi. Pengacara itu dengan brilian membalikkan keadaan, membuat Sharon terlepas dari segala tuduhan dan berganti status sebagai saksi.Sidang – sidang selanjutnya berubah menjadi Nayra dan Kinanti yang sudah menjadi terdakwa. Namun Billy masih menjadi buronan.“Mama, gimana kalau kita jalan – jalan? Kita bisa menikmati puncak atau pantai buat refreshing,” bujuk Sharon kepada mama mertuanya.“Yuk Ma, bagus tuh idenya Sharon. Sekalian kita rayain kebebasannya Sharon karena dia udah lepas dari fitnah dan bukan tahanan rumah lagi,” tambah Ardan.Melissa hanya tersenyum dan mengangguk, “Ya udah ayok besok kita jalan – jalan.”“Yey.... gitu dong Ma,” s
Kinanti bergegas keluar dari mobil begitu Hardian memarkir mobilnya di depan rumah. Sepanjang perjalanan, tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir wanita itu sekalipun Hardian berjuta kali meminta penjelasan padanya.Almara dan Rangga yang berhenti tepat di belakang mobil Hardian menyaksikan bagaimana Kinanti keluar dari mobil dan bergegas masuk ke rumah lalu disusul Hardian yang mengikutinya dari belakang.“Ayo,” Rangga meraih tangan Almara untuk turun dari mobil setelah dia membukakan pintu.“Aku takut Rangga,” ucap Almara terbata – bata sembari menghapus air matanya sendiri.“Apa yang kamu takutin? Kan ada aku. Aku akan lindungi kamu. Mama Kinanti gak akan bisa sakitin kamu.”Almara menggeleng, “Bukan itu. Aku takut dengan kenyataan yang akan aku denger nanti. Aku terlalu gak siap.”Rangga berlutut lalu menggenggam tangan Almara, “Tapi ini harus dihadapi. Gak ada gunanya bertahan dalam keindahan tapi semuanya bohong Almara. Seperti...”“Seperti apa?”“Seperti saat dulu kamu pu
Fiolina datang bersama seorang pria muda tampan di sisinya. Dia dengan anggun berjalan ke kursi saksi. Saat melewati Rangga, dia menoleh dan menyempatkan memberikan senyuman kecil untuk lelaki itu.Julio mengernyitkan dahinya menatap Fiolina. Memang langkah wanita itu terlihat tenang dan anggun, tapi Julio merasa pakaian dan dandanannya berlebihan untuk sebuah acara sidang.Julio menghela nafas, tidak mau ambil pusing mengenai hal itu. Bagaimanapun dia paham, Fiolina adalah seorang model internasional, jadi di mana pun dia berada, dia mungkin harus mempertahankan citranya.“Ehem,” deham Julio seperti biasa memulai pertanyaan kepada Fiolina, “Saudari Fiolina, apakah benarFairy Tale Karaoke adalah salah satu bisnis milik keluarga Anda?”“Tidak benar. Fairy Tale adalah milik saya. Keluarga saya tidak memiliki bagian apapun dalam pembangunan dan bisnisnya,” jawab Fiolina dengan santai.“Begitu rupanya. Anda sering ke luar negeri untuk pekerjaan Anda sebagai model, seberapa sering Anda men
Kinanti mengepalkan tangannya saat melhat mantan ART nya maju ke depan, ekspresinya campur aduk antara marah sekaligus takut.Saat Kinanti hendak berdiri meninggalkan ruang sidang, Rangga menahannya, “Mau ke mana Ma?”“Eh Hm... Mama mau ke toilet dulu ya Rangga,” jawab Kinanti sedikit terbata.Rangga tersenyum lalu menarik tubuh Kinanti dengan agak kuat sehingga Kinanti terduduk di kursinya lagi, “Mama yakin mau ke toilet? Lebih baik Mama tunggu di sini. Karena kalau Mama kabur, resikonya mungkin lebih berat.”“Apa maksud kamu Rangga? Mama gak ngerti.”“Lihat itu Ma,” Rangga menunjuk ke arah seorang lelaki yang juga merupakan penonton sidang.“Itu juga,” Rangga kembali menunjuk ke arah seorang lelaki yang lain, “Dan itu. Intinya di ruangan ini banyak orang yang sebenarnya adalah orang – orangku. Di luar ruangan juga ada. Mereka akan mengawasi Mama kemanapun Mama pergi. Jadi percuma aja kalau Mama mau melarikan diri.”“Tapi... Tapi kenapa?”“Kalau Mama gak melakukan kejahatan, Mama gak
Sidang dimulai kembali dengan melanjutkan pemeriksaan Lia sebagai saksi oleh JPU. JPU hanya menanyakan beberapa hal karena sebagian besar sudah dia tanyakan sebelum sidang di skors.Hakim menanyakan apakah pihak terdakwa memiliki pendapat mengenai keterangan saksi yang dihadirkan.Julio meminta ijin hakim untuk menanyakan beberapa hal kepada Lia. Setelah mendapat ijin dari hakim, Julio bersiap mengajukan pertanyaannya.Lelaki kharismatik itu menatap tajam ke arah Lia dengan senyuman misterius yang tertoreh pada wajah tampannya.“Ehem,” Julio memulai, “Saudari Lia Saputri, apa benar Anda bekerja di rumah keluarga Sagara dengan gaji dua juta perbulan?”Lia sedikit mengerutkan keningnya, tidak menyangka dia akan menerima pertanyaan mengenai gajinya yang dia pikir tidak ada hubungannya dengan kasus ini, “Iya benar,” jawabnya.“Apakah Anda memiliki suami?”“Tidak, suami saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”“Lalu selain Anda siapa yang turut membantu ekonomi keluarga Anda?”“Tida
“Ck ck ck mereka berdua emang paling jago buat jadi berita viral melebihi aku yang artis,” ujar Ardan saat dia asyik bermain dengan media sosialnya. “Siapa?” tanya Sharon. “Rangga dan Almara.” “Mereka masuk berita viral lagi? Kenapa emangnya? Oh, pasti karena Rangga poligami ya?” “No... Jadi di pernikahan yang harusnya dilaksanakan kemarin, polisi menangkap Nayra. Dan ternyata... Rangga yang laporin dia ke polisi. Trus satu lagi, karena Rangga dan Nayra gak jadi menikah, pestanya berubah jadi pesta anniversary Rangga dan Almara.” “What?” Sharon yang terkejut dengan penjelasan Ardan nyaris melompat dari tempat duduknya. “Iya, coba baca aja di sini, rame banget di semua media sosial,” Ardan melempar ponselnya kepada Sharon, “Kamu sih ngelarang aku dateng kemarin. Ah, tahu gitu kan aku bisa lihat live kejadiannya. Pasti seru.” “Ya mana aku tahu kalau bakal kayak gitu kejadiannya? Almara kan temenku jadi aku sebel banget sama acara pernikahan itu,” Kali ini Sharon asyik menggulir po